"Ran, Run?" Pertanyaan khas dari Will, orang yang akhirnya memicu saya untuk kembali berlari setelah sekian lama dorman. Saya memulai lari kembali di Februari 2018. Masih sangat jelas dalam ingatan, beberapa bulan terakhir ketika itu jam tidur saya sangat kacau. Saya baru bisa tidur jam tiga pagi, bangun jam sembilan, jam setengah sepuluh sudah ada di kantor. Rutinitas yang sangat buruk untuk kesehatan, baik fisik maupun mental. Senin, 19 Februari, hari perdana lari. Seperti biasa, saya baru bisa tidur jam tiga. Jam lima subuh, alarm sudah berbunyi. Astaga, itu beratnya bukan main. Perasaan saya baru tidur lima menit. Satu-satunya alasan untuk akhirnya tetap bangun dan bergegas adalah saya tidak ingin kepayahan lari di Sabtu nanti, hari pertama saya akan bertemu Will. Gengsi. Alasan yang sungguh mulia bukan. Hari itu saya lari di sekitaran Setiabudi, tidak sampai lima kilometer dengan pace yang lambat. Hari kedua, saya sudah bisa tidur satu jam lebih cepat, jam dua pagi. Go...