Setiap dari kita pasti punya mimpi yang tidak pernah terucap. Entah karena tidak patut untuk diucapkan atau memang tidak ingin kita bagikan. Raya melihat salah satu mimpinya yang sederhana dan tidak pernah terucap menjadi nyata malam itu. Bentang berdiri di sana, di pelataran kantornya. Bentang yang berdomisili di pulau lain akhirnya menyempatkan diri mengunjunginya, di sela-sela jadwal kunjungan dinasnya di kota ini. “You have to burn your hope, as I have burnt my hope first,” kata Bentang tenang. “Saya tahu. Kamu sudah bilang berkali-kali,” jawab Raya tak kalah tenang. Dan berkali-kali juga saya gagal, celotehnya dalam hati. Bentang menambahkan, “Saya sudah janji pada ibu saya.” “Iya, saya tahu. Saya hargai pilihanmu.” Raya terlalu lelah untuk memperdebatkan hal yang sama berulang-ulang, dengan hasil akhir yang tidak mungkin berubah. Bentang sesekali meniupkan sangkakalanya, agar keduanya tetap sadar bahwa mereka tidak akan ada di jalan yang sama, sampai kapanpun. S...