Kepada Tuan Anonymous,
Halo! Mungkin ini akan menjadi tulisan terakhir saya tentang
kamu. Semacam ucapan terimakasih karena pernah singgah di beranda. Terimakasih
telah menjadi beberapa halaman cerita bagi satu sama lain.
Tahukah kamu, butuh waktu untuk memaafkan kebodohan diri
sendiri, menerima kenyataan bahwa saya memberi kesempatan untuk dibodohi. Entahlah,
mungkin saya yang membodohi diri sendiri.
Untunglah, akhirnya saat itu tiba. Saat saya sudah bisa menertawai
kisah saya denganmu dan beberapa kebodohan yang menyertainya. Saat itulah saya
menyadari, bahwa saya sudah selesai menginginkan. Saatnya untuk berhenti
menunggu kehadiranmu di beranda, saatnya untuk membubuhkan titik di halaman
yang terakhir.
Jumat Agung, Skid Row, Afrizal Malna, Jerk, dan beberapa kata kunci lain mungkin akan membuat saya
teringat padamu. Ya, sekedar mengingat karena berkaitan erat. Satu hal yang
sangat saya sayangkan, ternyata jujur dan setia tidak selalu berbanding lurus
dengan sisi kerohanian yang selalu kamu tampilkan.
“Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, jika
kelebihannya sangat banyak, sampai kekurangannya terkesan hampir tidak ada,
berhati-hatilah,” masih ingat kamu pernah mengatakan ini? Seharusnya saya lebih berhati-hati dari awal.
Pesan terakhir saya untukmu, bergairahlah! Bergairahlah selalu
seperti saat kamu menyanyikan I Remember
You ketika senja dulu. Belum pernah saya melihatmu sehidup itu sebelumnya.
p.s: Masih ingat taruhan yang saya tawarkan kepadamu? Saya
tahu saya yang akan menang.
hmm.. itu bukan taruhan
ReplyDelete