Raya menemani Alam berbuka puasa hari ini. Ya, hanya
menemani, karena Raya memang tidak perlu berpuasa selama bulan Ramadhan.
“Mampir dulu, Lam?” tanya Raya dengan maksud hanya basa-basi
saat Alam mengantarnya kembali ke kos. Sempat agak terkejut, ternyata Alam
menerima tawarannya. Itulah pertama kalinya mereka menghabiskan setengah malam
dengan berbincang di beranda.
Kejutan, hadiah! Mungkin ini kata yang paling cocok untuk menggambarkan pertemuan mereka kembali. Keduanya tidak pernah lagi berani berharap bisa bertemu sejak sabtu malam dulu.
Kejutan, hadiah! Mungkin ini kata yang paling cocok untuk menggambarkan pertemuan mereka kembali. Keduanya tidak pernah lagi berani berharap bisa bertemu sejak sabtu malam dulu.
Kemarau setahun dihapus hujan sehari. Tidak bertemu selama
sembilan tahun dihapus dengan pertemuan sehari. Mereka berbincang sangat banyak
malam itu. Saling mengisahkan apa yang terjadi selama mereka tidak
berkomunikasi sama sekali. Begitu banyak yang terjadi, begitu banyak yang
ditemui, sampai akhirnya mereka menyadari, bahwa ada bagian yang tidak pernah
bisa terganti.
Malam itu, barulah mereka tahu bahwa mereka hampir selalu berada dalam jarak yang begitu dekat selama ini. Rumah yang berdekatan, kantor yang berada dalam satu kawasan, dan tempat Alam bermain futsal berada pada jarak setempongan dari kos Raya.
Malam itu, barulah mereka tahu bahwa mereka hampir selalu berada dalam jarak yang begitu dekat selama ini. Rumah yang berdekatan, kantor yang berada dalam satu kawasan, dan tempat Alam bermain futsal berada pada jarak setempongan dari kos Raya.
Ibu kos akan punya tamu tetap baru dan kursi tua di beranda kelak menjadi tempat favorit
mereka untuk saling berbagi cerita.
Comments
Post a Comment