Seberapa sering kita mendorong diri sampai ke batas?
Berusaha dengan segala daya dan upaya, sampai akhirnya tubuh benar-benar
menyerah karena tidak ada lagi kekuatan yang tersisa. Ada kepuasan tersendiri
ketika kita sudah sampai di batas itu, kepuasan yang hanya kamu dan seluruh
ragamu yang bisa merasakannya. Berikutnya, kita mencoba membuat batas-batas
baru yang lebih dari itu sampai mendorong diri ke batas menjadi candu.
Naik gunung membuat saya mampu mendorong diri sampai ke
batas. Terus bergerak, selambat apapun, sambil meyakinkan tubuh bahwa kita
masih bisa bergerak, sedikit lagi. Lalu seluruh tubuh menikmati setiap langkah
yang perlahan semakin berat. Akhirnya, tidak ada kekuatan yang tersisa, selain
memutuskan beristirahat sejenak.
Saya juga menjadikan berlari sebagai sarana mendorong diri
sampai ke batas. Terus berlari, memaksa kaki dan jantungmu berpacu pada
kecepatan tertentu, terus melaju, sampai seluruh tubuh menikmati lelahnya,
sampai kaki tidak lagi mampu berayun di udara. Saatnya berjalan santai.
Ketika kuliah dulu, saya juga mendorong diri saya sampai ke
batas dengan belajar. Memberi perintah pada otak untuk terus bekerja, mencoba
memahami teorema A dan buktinya, sampai akhirnya tertidur atau menyerah dengan
mencari penyegaran.
Saya rindu mendorong diri saya sampai ke batas. Mengusahakan
yang terjauh yang saya bisa. Terlalu banyak kompromi akhir-akhir ini, terlalu
sering memaafkan diri sendiri. Terlalu permisif pada diri sendiri. Saya rindu sensasi kepuasannya.
ayuk kita naik gunung!
ReplyDeleteAyoooo la.
Delete