Aku sedang berada di lintasan ungu, lintasan yang selama ini
tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Lintasan ini adalah lintasan yang paling
ramai, banyak orang yang aku kenal disini. Dua sahabatku sudah melambaikan
tangan di ujung jalan sana, aku hanya membalas dengan senyum yang ragu. Mereka
tampak berbahagia.
Ada banyak lintasan disini. Ada lintasan merah dan hitam yang
sejajar tanpa pernah bersinggungan sedikitpun, ada lintasan hijau dan ungu yang
bertemu di suatu titik, ada lintasan yang melingkar tanpa ujung, dan masih
banyak lintasan lain dengan warna yang berbeda, warna lintasannya lebih beragam
dari warna pelangi.
Aku berhenti sejenak, menoleh ke belakang untuk melihat sudah
sejauh apa lintasan yang kulalui. Kulihat sekeliling. Ah, aku rindu lintasan
cokelatku. Sebelumnya aku berada di sana sendiri, tidak ada satupun yang aku
kenal, tapi anehnya aku tidak pernah merasa asing dan sendirian. Aku merasa
aman dan yakin di sana.
Lalu bagaimana aku bisa berada di lintasan ungu ini? Seseorang
menggandengku dengan cepat ke lintasan ini. Bukan salahnya, keputusanku yang mengiyakan
dan berusaha menyamakan langkah dengannya. Dia menggenggam tanganku erat,
terlihat dia begitu lelah menarikku ke lintasan ini. Aku terseok-seok
mengikutinya, setengah hatiku masih berada di lintasan cokelatku. Sesekali aku merengek
ingin tetap berada di lintasan cokelat dan akan segera meloncat ke lintasan
ungu ketika aku sudah siap, tapi dia menolak. Pilihannya hanya dua, berada
bersamanya di Ungu atau tanpanya di Cokelat.
Kami berjalan dengan langkah terseret sampai akhirnya saling
melepas genggaman. Aku duduk, mempertanyakan, apakah ini sungguh lintasan yang
aku inginkan, apa yang sebenarnya menjadi tujuanku. Sementara dia duduk di
seberangku, melihat ke depan. Entah apa yang dia pikirkan, tapi aku tahu, dia
lelah berjalan bersamaku di lintasan ini.
Comments
Post a Comment