Skip to main content

Lintasan Ungu


Aku sedang berada di lintasan ungu, lintasan yang selama ini tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Lintasan ini adalah lintasan yang paling ramai, banyak orang yang aku kenal disini. Dua sahabatku sudah melambaikan tangan di ujung jalan sana, aku hanya membalas dengan senyum yang ragu. Mereka tampak berbahagia. 

Ada banyak lintasan disini. Ada lintasan merah dan hitam yang sejajar tanpa pernah bersinggungan sedikitpun, ada lintasan hijau dan ungu yang bertemu di suatu titik, ada lintasan yang melingkar tanpa ujung, dan masih banyak lintasan lain dengan warna yang berbeda, warna lintasannya lebih beragam dari warna pelangi.


Aku berhenti sejenak, menoleh ke belakang untuk melihat sudah sejauh apa lintasan yang kulalui. Kulihat sekeliling. Ah, aku rindu lintasan cokelatku. Sebelumnya aku berada di sana sendiri, tidak ada satupun yang aku kenal, tapi anehnya aku tidak pernah merasa asing dan sendirian. Aku merasa aman dan yakin di sana.


Lalu bagaimana aku bisa berada di lintasan ungu ini? Seseorang menggandengku dengan cepat ke lintasan ini. Bukan salahnya, keputusanku yang mengiyakan dan berusaha menyamakan langkah dengannya. Dia menggenggam tanganku erat, terlihat dia begitu lelah menarikku ke lintasan ini. Aku terseok-seok mengikutinya, setengah hatiku masih berada di lintasan cokelatku. Sesekali aku merengek ingin tetap berada di lintasan cokelat dan akan segera meloncat ke lintasan ungu ketika aku sudah siap, tapi dia menolak. Pilihannya hanya dua, berada bersamanya di Ungu atau tanpanya di Cokelat.


Kami berjalan dengan langkah terseret sampai akhirnya saling melepas genggaman. Aku duduk, mempertanyakan, apakah ini sungguh lintasan yang aku inginkan, apa yang sebenarnya menjadi tujuanku. Sementara dia duduk di seberangku, melihat ke depan. Entah apa yang dia pikirkan, tapi aku tahu, dia lelah berjalan bersamaku di lintasan ini.

Comments