Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2021

Rahasia Anak Kecil

Bagaimana bisa seorang anak kecil menyimpan begitu banyak rahasia? Mengapa ia harus dibungkam atas kesalahan-kesalahan orang dewasa yang tidak berpikir panjang? Orang-orang dewasa memintanya diam. Jangan bilang siapa-siapa katanya. Anak kecil ini menyimpan segala sesuatunya sendirian. Hanya ia dan kotak-kotak rahasianya, yang terus ia bawa seumur hidupnya. Mengapa anak sekecil ini dibebankan hal-hal yang melebihi kapasitas dirinya? Mengapa ia dilecut untuk menjadi dewasa terlalu cepat?  Bukankah seharusnya ia tumbuh dalam kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman? Bukankah seharusnya ia tumbuh dalam pengharapan? Kehadirannya seharusnya dirayakan dan dipertanggungjawabkan. Ingat, ia tidak pernah meminta untuk dihadirkan. Saya memeluk anak ini erat-erat. Erat sekali. Bagaimana bisa sekuat itu ia menanggung segala sesuatunya sendirian sampai sejauh ini. Saya katakan kepadanya, " It has nothing to do with you . Bukan tanggung jawabmu atas kesalahan-kesalahan orang dewasa yang terjadi di

Nomaden - Hari 32

Halo! Kali ini saya akan menceritakan pengalaman kerja dari Ubud. Beberapa hari sebelumnya, saya masih belum tahu apakah akan tetap di Canggu, atau pergi ke tempat lain. Canggu menyenangkan. Ramai, banyak pilihan makanan, dan dekat pantai. Tidak ada yang salah sebenarnya untuk tinggal sedikit lebih lama. Sempat terpikir untuk pindah ke Sanur atau ke Sidemen. Sisil menyarankan kenapa nggak Ubud. Tapi kemudian saya teringat pengalaman enam tahun yang lalu saat pergi bersama ibu dan kakak saya ke sana dan merasa biasa saja. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saya merasa perlu memberikan kesempatan yang kedua kepada diri saya untuk kembali ke sana.  Pagi setelah Nyepi, hari Senin, saya bangun pagi-pagi sekali untuk packing . Perlu berangkat pagi dari sini supaya saya bisa siap bekerja jam sembilan pagi dari tempat yang baru. Saat packing, koper saya lebih penuh dan berat dari sebelumnya. Saya tepuk jidat. Ini gara-gara dua botol wine yang saya beli di Sababay. Pelajaran yang saya ambil u

Nomaden - Hari 28

Pagi di Hari Raya Nyepi Halo! Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman Nyepi di Bali. Tadinya saya dan Sisil berencana untuk Nyepi di luar Canggu. Awalnya berencana di Nusa Penida, kemudian di Uluwatu, lalu ke Gili, bahkan sempat cek tiket ke Labuan Bajo. Akhirnya, tebak kami Nyepi di mana? Yaaa, tidak kemana-mana. Tetap di Canggu, di penginapan Sisil. Hahaha. Sehari sebelumnya, kami membeli snack, ya tentu saja saya membeli banyak chiki, berbagai macam chiki. Sisil membeli sayur-sayuran dan bahan makanan lainnya. Karena tidak bisa keluar, besok dia berencana masak. Sementara tugas saya, tetap pada keahlian saya yang hakiki di manapun saya berada, mencuci piring. Haha. Pagi hari, ketika bangun, cuaca cerah sekali. Tidak ada suara kendaraan bermotor. Yang membuat saya sangat bingung adalah bahkan anjing saja tidak ada yang bersuara sejauh saya bisa mendengar, padahal biasanya tiap pagi anjing dekat guest house akan menggonggong bersahut-sahutan. Saat berbincang dengan kakak saya

Nomaden - Hari 27

Halo! Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman pertama saya bertemu dengan seorang healer .  Hari pertama saya tiba di Bali, Sisil langsung bercerita tentang Bu Desak, seorang   healer  di Ubud. Ia bercerita dengan antusias bahwa Bu Desak memiliki talenta luar biasa. Ia bercerita singkat tentang proses dan pengalamannya dengan Bu Desak. Saya skeptis awalnya dan tidak tertarik. Bisa saja seperti zodiak yang bisa berlaku untuk semua orang, atau coba dihubung-hubungkan dengan kejadian yang ada. Singkat cerita, Sisil mengatur janji untuk mempertemukan saya dengan Bu Desak dan berangkatlah kami Sabtu pagi ke Genta Agrotourism di Ubud.  Begitu masuk ke Genta Agrotourism, suasana yang di luar sangat panas langsung berubah menjadi sejuk karena tempatnya sangat rimbun oleh pepohonan. Kami tiba jauh lebih cepat dari yang dijadwalkan, seharusnya jam dua siang tapi kami sudah sampai sekitar jam setengah dua belas. Kami duduk-duduk bahkan saya sampai ketiduran. Lebih cepat dari yang dijadwal

Nomaden - Hari 25

Halo! Kali ini saya akan bercerita kepadamu tentang hari kedua puluh lima dalam perjalanan ini. Hari ini hari libur. Saya dan Sisil bangun jam enam pagi dan bergegas untuk jalan kaki. Sisil bilang ada tempat bagus untuk jalan kaki tidak jauh dari tempatnya tinggal. Ada jalan setapak sepanjang satu kilometer yang kanan kirinya sawah. Ketika sampai ke sana, ternyata memang cantik sekali. Ada beberapa yang lari pagi, ada juga yang hanya sekadar jalan santai. Di pinggir jalan setapak, ditanami bunga-bunga warna-warni. Setelah dari tempat itu, kami mandi dan bersiap-siap ke daerah Gianyar untuk ke Bali Bird Park. Setelah sekitar satu jam berkendara, akhirnya kami sampai. Tempatnya sebenarnya tidak terlalu besar dan secara koleksi, Ragunan masih jauh lebih lengkap. Hmm, padahal ini masuknya jauh lebih mahal dari Ragunan, tujuh puluh ribu rupiah. Sisil yang sudah memberikan tumpangan tempat tinggal, nyetirin jauh, dia juga yang membuat video ini. Hahaha.  Sekitar satu jam, kami selesai berke

Nomaden - Hari 24

Anak Kucing di Penginapan Halo! Kali ini saya akan bercerita tentang empat hari di Bali. Selama empat hari ini, saya 'ditampung' oleh Sisil. Sisil adalah kakak kelas saya di SMA, dulu kami sama-sama ikut ekstrakulikuler pecinta alam Ekstanba dan kebetulan kami meneruskan di fakultas yang sama ketika kuliah. Bedanya, dia ambil jurusan Biologi. Singkat cerita, dengan baik hati dia menawarkan tempatnya untuk saya tinggali sementara waktu. Kami tinggal di Anyar Guest House di Canggu, bentuknya seperti kosan bagus di Setiabudi, tapi dengan harga yang jauuuuh lebih murah. Sepertiga harga kosan di Setiabudi sepertinya.  Guest house-nya memiliki kolam renang dan common space yang lumayan besar. Saya biasa bekerja di common space yang ada di sebelah kolam renang. Seperti Yogya, yang mewah dari Bali bagi saya adalah banyaknya pilihan tempat terbuka untuk sekedar jalan kaki dan menghabiskan pagi. Dari tempat saya menginap, jarak ke Pantai terdekat hanya sekitar tiga kilometer, ada juga

Sepotong Malioboro

Tak seramai biasanya Ada yang mengintai di balik udara Memantau tubuh mana yang kira-kira bisa ia singgahi Kuda meringkik Meminta pulang kepada tuannya Setelah seharian lelah menunggu dengan jemu "Bersabarlah. Tak hanya dirimu yang menunggu, kudaku. Anak istriku juga menunggu." Seorang ibu pedagang sedang dipijiti temannya. Masuk angin, angin jahat sepertinya. Mahasiswa-mahasiswa dengan seksama menggambar. Mencoba menangkap sepotong Malioboro di atas kertas. Saya terus berjalan.  Membelah Malioboro. Merekamnya dalam ingatan. Daya hidup yang demikian besar menjadi potret yang paling jelas. Daya hidup orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada sepotong Malioboro Semoga daya hidup mereka menyublim menjadi imunitas terbaik Membuat yang mengintai di balik udara segan untuk singgah apalagi menetap

Nomaden - Hari 20

Pelabuhan Ketapang Subuh-subuh saya sudah bangun. Siap-siap menuju Stasiun Lempuyangan. Rencana awalnya adalah ke Surabaya naik kereta, lalu dari sana langsung menyambung untuk penerbangan ke Bali. Saya belum beli tiket pesawat karena saya pikir beli di hari H pun akan masih tersedia. Begitu saya sampai kereta Sri Tanjung, ternyata tiket yang direct flight sudah tidak ada. Sempat sekilas terpikir untuk menginap semalam di Surabaya, tapi akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan kereta sampai Banyuwangi kemudian menyeberang ke Bali dan meneruskan dengan bus sampai Denpasar.  Walaupun saya sudah melakukan perjalanan seperti ini dua kali sebelumnya, tapi sempat ciut juga membayangkan perjalanan yang akan menjadi super panjang. "Mungkin Bali bukan tujuan perjalanan ini. Tujuan perjalanan ini adalah ya perjalanan itu sendiri," saya mencoba menguat-nguatkan nyali.   Tiga belas jam dalam kereta. Dari jam tujuh pagi sampai jam delapan malam. Perjalanan kereta ini membelah J

Nomaden - Hari 19

Akhirnya saya jalan pagi ke Alun-Alun Selatan dan ternyata di sana cukup ramai. Banyak orang berolahraga. Esok malam harinya, saya kembali ke sana. Ya inilah alun-alun yang saya kenal. Alun-Alun Selatan yang saya kenal adalah alun-alun di malam hari. Saya duduk di atas rumput. Tiba-tiba ingatan saya pergi ke tahun 2013 dan 2015 silam, saat saya dan teman-teman KMK datang ke tempat ini. Masih teringat jelas baju yang kami kenakan, permainan yang kami lakukan, beberapa percakapan yang kami diskusikan. Kami masih berteman baik sampai sekarang, walaupun belum tentu sebulan sekali saling berkomunikasi. Pertemanan dengan mereka adalah salah satu hal yang paling saya syukuri.  Di akhir minggu ketiga, akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan Yogya walaupun sebenarnya masih betah di sini. Tapi ya mungkin kita coba dulu tempat lain, akan selalu ada kesempatan kalau memang ingin kembali toh. Oh ya, saya juga ingin merekomendasikan tempat saya menginap. Jika kamu ingin berkunjung ke Yogya da

Nomaden - Hari 14

Ini Minggu dan sebenarnya saya nggak tahu mau kemana. Lihat halte Transyogya, saya iseng tanya ke petugasnya apakah bisa ke Kaliurang. Petugasnya bilang bisa, tapi cuma sampai Pakem dan harus transit di Bandara Adi Sutjipto. Sejujurnya saya nggak paham Pakem dimana, tapi ya namanya orang nggak punya tujuan, jalanin aja dulu. Waktu busnya datang, ada tiga remaja yang saya dengar obrolan mereka mau ke Kebun Binatang Gembira Loka. Saya cek reviewnya bagus, bahkan katanya lebih bagus dari Ragunan. Mendadak saya merasa tertantang. Jadilah saya beralih tujuan ke Gembira Loka dan ikut tiga krucil ini. Kami turun di halte dan ternyata dari halte ini harus jalan sekitar lima ratus meter untuk sampai gerbang terdekat. Begitu sampai di gerbang terdekat dari halte, ternyata gerbang ditutup dan kami harus ke gerbang utama yang sekitar satu kilometer dari tempat itu. Seperti kepala suku, saya jalan paling depan di antara krucil-krucil itu. Di perjalanan, perut saya mendadak sakit sekali. Saya ba