Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2021

Seandainya

"Seandainya kamu bisa memilih satu profesi lain selain seniman, kamu akan memilih jadi apa?" Pertanyaan ini keluar begitu saja di percakapan acak saya dan Cen. Kemudian ia menceritakan profesi lain yang masih terkait dengan estetika tetapi lebih teknis. Dua hal yang sebenarnya memang sangat mencerminkan dirinya saya kira. Ia bisa sangat mengolah rasa tapi sangat teknis sekaligus.  "Hmm, kalau saya bisa memilih satu profesi lain selain aktuaris, saya mau jadi apa ya.." Saya terdiam beberapa saat, kemudian terpikir profesi yang berkaitan dengan anak-anak dan perempuan. Dua isu yang saya cukup peduli walau sekarang saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya dan entah apa yang sudah saya lakukan untuk isu tersebut. Entah kenapa dengan hanya membayangkan, ada gairah  yang menyala. Menyenangkan rasanya membayangkan saya bisa ahli di bidang itu, melakukan hal yang disukai, terjun ke hal-hal yang saya peduli, kemudian menjalani profesi yang bukan untuk mencari penghidupan

Hitam Putih Tiga Puluh

Genap tiga puluh di Rinjani. Kali ini saya akan bercerita singkat tentang pendakian saya dan Cen ke Rinjani awal September lalu.  Perjalanan dimulai dari Bali, menggunakan motor sewaan, menuju Lombok. Perjalanan dimulai pukul sebelas malam dari Ubud menuju Pelabuhan Padang Bai. Motor inilah yang akan menemani kami menyeberang dan mengelilingi Pulau Lombok. Setelah empat jam di tengah laut, subuh kami sampai di Pelabuhan Lembar, Lombok. Tidak langsung ke Lombok Timur, kami ke selatan dulu mampir di Pantai Mandalika menghabiskan pagi di sana. Setelah itu, kami menyusuri pantai lombok dari selatan ke Utara untuk bisa sampai Sembalun. Pukul tiga sore kami sampai basecamp. Keesokan harinya, kami baru memulai pendakian. Ini barang yang akan kami bawa selama pendakian.  Rencananya, kami akan mulai mendaki melalui Sembalun kemudian turun melalui jalur Torean. Sembalun terkenal dengan jalurnya yang cantik dan terbuka. Sepanjang perjalanan ke Plawangan, kamu akan disuguhi dengan savana hijau yan

Mata - Mata

Ia datang dengan mata yang berbinar-binar. Sepanjang kedatangannya, ia bernyanyi tak henti, sesekali menari. Seluruh ruangan mendadak ikut riang dan hangat, padahal di luar sedang gerimis dan agak sendu.  Sorot mata yang paling saya kenal darinya adalah sorot mata yang teduh dan penyabar. Saya bisa berlama-lama menatap matanya dan menemukan kedamaian di sana. Kalau ia sedang tertawa, matanya akan tertarik ke samping dan ada garis-garis halus di ujung-ujung matanya yang membuat tawanya semakin meriah.  Kali ini berbeda. Tatapan matanya tidak semeriah kalau ia tertawa, tapi juga tidak setenang biasanya. Ia tersenyum dengan matanya. Ada kegembiraan yang menyala, yang seolah-olah memanggilmu untuk ikut merayakannya bersama-sama. Jiwa saya ikut bernyanyi dan menari di kedalaman matanya.