Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Bedebah

Tidakkah kau bertanya-tanya untuk apa seorang anak manusia dilahirkan ke tengah-tengah dunia? Aku pernah diajarkan bahwa tujuan manusia dilahirkan adalah demi kemuliaan Sang Maha saja Apapun yang aku dan kamu lakukan, itu semata hanya demi kebesaran namaNya Biarlah Ia yang semakin besar, sementara aku dan kamu yang semakin kecil. Demikianlah sabdaNya. Sejujurnya, aku tak pernah sungguh mengerti pelajaran itu. Entah karena otakku yang tak sanggup atau hatiku yang terlalu bebal. Bisa jadi karena dua alasan tersebut sungguh valid adanya. Dan aku masih bertanya-tanya untuk apa seorang anak manusia dilahirkan ke tengah-tengah dunia. Resah bercampur dengan perasaan bersalah. Aku tak lebih dari seorang bedebah. Pengingkar berkah. Sumpah, aku lelah. Bolehkah aku rebah? Kau berhak untuk berserapah. Aku tahu aku sampah! Aku ingin pulang kawan. Menjadi serpihan yang beterbangan. Menyatu dengan kesunyian. Kembali pada ketiadaan. Semoga tanpa penyesalan, Karena tak perna

Tidak Selalu

Yang mencari tidak selalu akan menemukan Yang mengetuk tidak selalu akan dibukakan Yang meminta tidak selalu akan diberikan Yang bertanya tidak selalu akan menemukan jawaban Entah mana yang lebih menyedihkan Berulang kali dirundung kekecewaan Atau memutuskan hilang harapan

Undo

Ada hal-hal yang nggak bisa di- undo sebegitu mudahnya. Nggak selalu ada pintu keluar, kecuali emergency exit . Kadang, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah meneruskan sampai perjalanannya selesai. Menghidupi dan bertanggung jawab atas apa yang sudah diputuskan. Terlebih, keputusan itu adalah hasil buah pikiranmu sendiri, hasil dari kehendak bebas yang kamu ambil dengan sadar. Semakin bertambahnya usia, kesadaran akan hal ini semakin besar rasanya. Saya resmi menginjak dua puluh delapan tahun, dua bulan yang lalu. Pagi ini saya di Gojek, tanpa sadar saya memikirkan kembali apa yang sudah saya jalani delapan tahun ke belakang. Young and wild and free, and STUPID!  Tiba-tiba terlintas banyak kebodohan yang telah saya buat, dari yang lucu sampai yang paling menyedihkan. Energi muda saya banyak dihabiskan untuk menemukan hal yang menurut saya seru dan baru, walau kadang tidak menciptakan kedamaian dalam diri. Hal-hal 'liar' yang kalau sekarang diminta untuk melakukannya l

Nggak Tahu

Nggak tahu gimana cara terimanya. Nggak tahu gimana cara nyampeinnya. Nggak tahu gimana nyeleseinnya. NGGAK TAHU! Salah nggak sih? Nggak tahu. Egois banget gitu? Nggak tahu. Terus harus gimana? Nggak tahu, Nyet! Nanya mulu. Kalo dibiarin, gak akan selesai. Mau nyelesain, gak punya amunisi. Jangan harap ada konklusi, kalo solusi aja cuma ilusi. Atau gimana kalo tutup mata seolah-olah bukan masalah? Yakin nggak dirundung amarah atau perasaan bersalah? Eh, mau kemana? Cari pohon! Mau ngapain? Cari inspirasi? Bukan, ada yang perlu digantung. Apa? Bukan. Siapa.

Cerita dari Argopuro (2)

Sabana Setelah Mata Air 2 Empat tahun lalu, awal September 2015, saya melakukan perjalanan ke Argopuro, sekaligus merayakan ulang tahun kedua puluh empat. Argopuro menjadi salah satu gunung favorit karena jalurnya yang cenderung landai namun panjang menyimpan banyak sekali keindahan, ditambah lagi tidak terlalu banyak pendaki lain ketika itu. Sabananya yang sungguh menawan, Danau Taman Hidup yang magis, dan merak-merak liar yang cantik. Berikut catatan perjalanan yang kami lakukan. Perjalanan ini dilakukan dalam kelompok kecil jadi dari awal hingga akhir perjalanan, kami menggunakan angkutan umum. Tadinya saya mau menuliskan biayanya juga, tetapi mengingat sudah empat tahun berlalu, rasanya ongkos dan biaya mungkin sudah tidak lagi terlalu relevan. 3 September 2015 15.15 Berangkat dari Stasiun Senen menggunakan Kereta Matarmaja 4 September 2015 08.30 Sampai di Stasiun Kota Baru, Malang 09.20 Berangkat dari Terminal Arjosari Menuju Probolinggo 11.30 Sampai di Terminal B

Ruma

Saya selalu membayangkan punya rumah yang banyak kacanya agar matahari bisa masuk dari segala penjuru. Rasanya punya teras kecil untuk sekadar duduk-duduk dan bengong di sore hari mungkin akan menyenangkan. Rumahnya tidak boleh banyak barang-barang yang tidak perlu. Tidak usah yang terlalu besar, yang penting banyak ruang terbukanya, siapa tahu bisa belajar berkebun dan memelihara ikan. Kalau bisa, dekat tempat lari outdoor jadi pagi-pagi bisa jogging. Yang tidak kalah penting tentu saja tidak boleh lebih dari satu jam waktu yang dihabiskan di perjalanan untuk sampai ke kantor.  Hampir setiap minggu selama dua bulan saya melakukan survey. Hampir putus asa karena tidak bisa menemukan seperti bayangan saya di atas. Saya memberi timeline  pada diri saya sendiri, jika Idul Fitri masih belum dapat yang cocok, ya sudah ditunda saja. Nanti dipikirkan lagi rencana selanjutnya. Persis tiga hari sebelum Idul Fitri, saya iseng-iseng lihat iklan di OLX. Dalam pikiran saya, ini yang terakhir seb

Tuan,

Tuan, Aku selalu suka bagaimana ia kehilangan kata-kata saat aku memujinya Bagaimana menyaksikan bahasa tubuhnya yang selalu jujur Menggemaskan sekali Rasanya ingin kupeluk dan kubawa pulang Bolehkah, Tuan? Tuan, Kehadirannya sungguh membuat aku merasa terberkati Kesabarannya sedang pelan-pelan aku ikuti, dengan tergopoh-gopoh Kelebihannya tidak pernah membuatku berhenti bersyukur Kekurangannya memperingatkanku bahwa ia ternyata sungguh manusia Tuan, Jaga ia baik-baik.  Semoga ia berumur panjang dan penuh damai sejahtera.  Tuan, Aku tahu Kau suka kejutan Tapi untuk kali ini, Bolehkah aku minta kejutan yang menyenangkan? Plisss.. Tapi Tuan, Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu, hehe.

Zona Waktu

https://thecsrjournal.in/csr-single-time-zone-in-india-causing-hinderance-in-national-development/ "Kalau gue jadi lo, gue bakal mulai nyicil rumah di daerah Depok atau Bogor. Daripada uangnya setiap bulan habis buat bayar kosan, jalan-jalan sana-sini gak karuan. Duit habis gak jelas kemana," seorang teman menceramahi saya di sekitar tahun 2016. "Kosan buat gue sekarang udah cukup kok. Jalan-jalan bikin gue semangat kerja. Gue nggak mau mulai nyicil rumah sekarang, tapi punya hutang lima belas sampe dua puluh tahun ke depan. Mending nabung DP nya dulu sampe banyak," saya menjawab santai. Bodo amat dengan iklan di tv yang bilang hari senin harga properti naik. Pikiran saya ketika itu adalah saya merasa cukup dengan tinggal di kosan yang tinggal lima menit jalan kaki ke kantor, menabung untuk jalan-jalan, dan membeli apa yang perlu saja. Kami terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Saya percaya bahwa tiap orang punya pertimbangannya masing-masing. Saya

Percaya

Saya masih ingat pagi dimana pertama kali ia memegang pundak saya. Kemudian perjalanan panjang dan dingin ketika ia membenarkan letak jaket yang sedang digunakan untuk menghangatkan kami berdua. Saya selalu ingin tersenyum mengingat bagaimana pertama kali saya memberanikan diri menggenggam tangannya terlebih dahulu. Ada saat dimana saya gemas karena tak kunjung ada pesan darinya Atau ketika potongan rambutnya yang membuat saya mendadak ingin jadi guru BP Ia membantu saya melewati salah satu masa tersulit dengan kehadirannya yang jujur dan tulus Di suatu siang, saya melihatnya dari kejauhan, ia sedang berbincang dengan sahabatnya Saat itu saya tahu bahwa saya sangat beruntung berkesampatan mengenalnya lebih jauh A very good man with no harm intention. A very patient man that you will have no heart to hurt, even feel very sorry when you react not properly. Bagian terbaik dari mempercayai? Kamu percaya bahwa ia akan mengusahakan segala yang terbaik yang ia bisa. Menghargai d

Linglung

Ada kisah yang memang belum dibukakan untukmu Kamu hanya bisa menerka dan menyimpan semua pertanyaan itu dalam hatimu Hingga suatu hari kamu memberanikan diri bertanya untuk akhirnya menemukan, Atau sampai suatu hari hal itu menjadi terang-benderang begitu saja di hadapanmu Kamu tertegun mendapati keresahanmu adalah nyata Terkaan yang kamu sangkal, alih-alih adalah kisah yang sebenarnya Seperti ada yang tercerabut dari dalam dirimu Kamu seketika seperti linglung Dunia yang kamu tinggali ternyata tak pernah membuatmu kehabisan bingung Kebenaran memang membebaskan Kejujuran seharusnya melegakan Tapi tidak semua dari kita siap mendapati kenyataan Yang kerap kali adalah ketakutan-ketakutan yang selama ini hanya ada dalam pikiran

Main Kartu

Sewaktu saya masih sekolah, rumah kami sering disambangi oleh sahabat-sahabat Bapak, terutama saat akhir pekan. Mereka senang sekali bermain kartu di ruang tamu kami dengan durasi yang tidak sebentar, bisa dari siang sampai dini hari. Dulu, saya terheran-heran bagaimana mereka bisa main kartu lama sekali. Memangnya tidak bosan ya. Saya memanggil mereka dengan panggilan dalam Bahasa Karo, yaitu 'bulang' yang artinya 'kakek'. Ada Bulang Bukit yang sangat dermawan. Saya paling gembira kalau sudah disuruh membeli rokok olehnya, karena itu artinya akan ada tambahan uang jajan. Ada Bulang Tarigan yang kalau berbincang dengan Ibu saya suka pakai bahasa sunda. Yang paling saya ingat darinya adalah sakit pinggangnya kalau kelamaan duduk main kartu. Yang terakhir adalah Bulang Gang Suci, dipanggil demikian karena rumahnya di Gang Suci. Perawakannya yang tinggi besar dan rambutnya yang keriting agak gondrong langsung tidak lagi menakutkan kalau sudah mendengar ia bersenandung at

Amigdala

Ada dawai-dawai yang tak bisa dipetik Dan dibiarkan bergeming dalam hati manusia Ada binatang jalang yang tak bisa dilawan Dan dibiarkan menari liar dalam tubuh manusia -Amigdala Sejak kecil, kita diajari bahwa iri hati, serakah, sombong, dan tidak pandai bersyukur adalah contoh sifat-sifat yang buruk. Sebagai manusia yang baik, tidak seharusnya kita memiliki sifat-sifat itu. Seringkali, saya berusaha menghindari sifat-sifat itu, tapi sesering itu juga entah sadar atau tidak, dalam berbagai kesempatan saya jatuh ke dalam pelukan sifat-sifat yang katanya buruk tersebut. Ada saat dimana saya tidak sadar melakukan kesalahan itu dan berlalu begitu saja. Ada saat dimana saya sadar melakukan kesalahan itu, lalu berusaha menyangkal dengan berbagai alasan. Bahwa hal itu dilakukan karena ada pemicu yang lain. Intinya saya tidak berbuat salah. Ada saat dimana saya sadar, lalu merasa malu pada diri sendiri, dan kembali menyangkal diam-diam. Saya sedang belajar untuk tidak han

Terima Kasih Sudah Hadir dan Saling Menemukan

Kamu pernah bertemu seseorang yang menghadirkan dirinya dengan cara yang sangat sederhana? Saya pernah. Saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang yang tidak berusaha menampilkan kelebihannya, tapi tidak juga malu menutupi kekurangannya. Dia yang menghadirkan diri sebagai dirinya seutuhnya, tidak lebih dan kurang. Tidak bertaktik dan licin. Dia mengingatkan saya pada serangkaian proses pendakian. Ia seperti gunung. Gunung tidak pernah menjanjikan apapun selain dirinya sendiri. Ia hadir dengan begitu jujur. Ia tidak berusaha untuk terlihat indah, tapi tidak juga berusaha menutupi segala keajaibannya maupun bagian-bagian gelap yang membuatmu sedikit takut. Bagimu yang menginginkan untuk menjelajahinya lebih jauh, tidak jarang kamu merasa kesulitan, tapi lebih sering kamu menemukan bagian yang membuatmu takjub dan berkali-kali terdiam lalu mensyukuri karena kamu menjadi bagian dari perjalanan ini. Menjelajahinya tidak hanya membuatmu semakin menemukannya, tapi juga me

Biar Kayak Orang-Orang

Di lingkungan kami semasa sekolah, adalah hal yang wajar jika anak-anak pulang ke rumah dan meminta kepada orang tuanya apa yang dimiliki anak-anak lain atau ingin pergi ke tempat anak-anak lain pergi. Intinya mengikuti tren. Tidak hanya mainan dan jalan-jalan, saat memilih tempat les atau SMP/SMA, salah satu pertimbangan yang biasa diambil adalah seberapa banyak teman-teman yang juga masuk kesana. Sayangnya, itu tidak berlaku di keluarga kami. Semasa sekolah, anak-anak seusia saya akan lari pagi ke suatu tempat yang harus naik angkutan umum, lapangan RRI namanya. Ini artinya, butuh ongkos untuk sampai RRI dan tidak mungkin tidak jajan disana.  "Ibu, besok aku mau lari pagi ke RRI ya?" Kataku meminta izin Ibu. "Mau ngapain kesana? Ada lari dari sekolah?" Ibuku lalu balik bertanya. "Nggak, ya mau lari pagi aja sama temen-temen." Kemudian Ibu akan menjawab dengan memberi ceramah panjang untuk tidak perlu ikut-ikutan teman, harus punya pendiri

Kereta Senja

Pernahkah kau sedekat ini, Ku berlari dan berlari.. Pernahkah kau sedekat ini, Ku berlari dan berlari.. Pernahkah kau sedekat ini, Ku berlari dan berlari.. Pernahkah kau sedekat ini, Ku berlari dan berlari.. Pernahkah kau sedekat ini, Ku berlari dan berlari.. --Gardika Gigih feat. Banda Neira

Senja dari Kadidiri

Saya berada di tempat yang begitu asing, tapi sangat nyaman. Di suatu antah-berantah, di antara matahari yang hampir tenggelam dan laut yang begitu tenang. Bersama salah satu pemandangan matahari tenggelam terbaik yang pernah saya lihat, m emori saya berkilas balik pada masa yang sudah lewat. Saya menyambangi kembali keresahan dan ketakutan yang dulu pernah ada dan memang sangat nyata ketika itu. Ketakutan akan kehilangan, kekhawatiran akan hal-hal yang belum terjadi, dan kepusingan-kepusingan untuk hari-hari yang dilalui. Ternyata semua baik-baik saja sekarang. Untuk beberapa hal, jika saya bisa kembali dan menasihati diri saya yang dulu, saya ingin mengatakan bahwa tidak perlu sesedu-sedan itu. Justru merasa beruntunglah karena demikian adanya yang terjadi. Untuk beberapa hal lainnya, saya ingin mengatakan bahwa hal itu memang pantas dikhawatirkan. Tapi tak perlu setakut dan sekhawatir itu. Tak perlu hal itu sampai memburu siangmu dan menghantui malammu. Keluar dari rut

Tidak Ada Ulang Tahun Hari Ini

Sejak jauh-jauh hari, kamu sudah mengingatkan bahwa tidak perlu mengingat-ngingat ulang tahunmu, setidaknya untuk tahun ini. Jangankan untuk memberi ucapan dan merayakan, mengingatpun tidak disarankan. Permintaan yang sederhana tapi tidak terlalu mudah untukku, terutama karena aku menganggap tidak ada salahnya membuat satu hari saja diantara 365 hari lainnya menjadi agak sedikit berbeda. Mensyukuri bahwa ternyata kita diberikan kesempatan telah melewati satu tahun ke belakang dengan segala yang ada di dalamnya, sukses, gagal, senang, sedih. Yaah walaupun tidak dapat dipungkiri, terkadang porsinya tidak seimbang. Tapi yang terpenting sudah dilalui bukan? Toh yang sudah berlalu tidak akan bisa diubah lagi, yang bisa kita lakukan adalah melakukan perubahan ke depan. Keras kepala yang dibalut dengan kelembutan, demikianlah kita. Aku tahu bahwa kamu tidak akan berubah pikiran, tapi tetap saja, pagi di hari ulang tahunmu aku membawa kue cokelat favoritku. Semoga bisa kita nikmati bersama

Cerita dari Lawu

Pendakian Lawu, Maret 2019 Setelah sekian lama, akhirnya kembali ke pendakian dalam kelompok kecil. Kali ini, pendakian dilakukan ke Gunung Lawu via Candi Ceto bersama dengkul-dengkul  racing. Mendengar ceritanya yang sudah kerap kali Lawu tektok  dan ada Warung Mbo' Yem di dekat puncak membuat saya merasa aman dan cenderung menyederhanakan pendakian kali ini. Satu keputusan yang kemudian akan saya sesali. Saya tidak banyak melakukan research tentang jalur yang akan kami lalui karena saya pikir teman perjalanan kali ini sudah khatam dengan jalur pendakian. Kaus kaki tebal saya masukkan kembali ke lemari dan saya ganti dengan kaus kaki yang lebih tipis. Bahkan kesalahan yang paling tolol adalah obat-obatan seperti obat flu dan sakit kepala tidak ikut terbawa. Saya dijemput di Stasiun Solo Balapan pukul setengah delapan pagi untuk kemudian bervespa ria ke basecamp Ceto. Yuhuu, ini pertama kalinya saya naik Vespa sungguhan, Vespa biru nan antik dan klimis. Masih teringa

Teruntuk Siska yang Kemarin Menikah

Siska yang terkasih, Masih ingat senja di Candi Ratu Boko Oktober lalu? Saat itu saya terdiam mendengar ucapanmu bahwa kamu akan segera menikah tahun depan. Sama seperti perasaan ketika mendengar keputusanmu untuk meninggalkan segalanya di Jakarta dan memulai hidup baru di Australia. Tidak terasa sudah sembilan tahun berlalu sejak pertama kita bertemu. Saya tidak ingat bagaimana kita bisa menjadi teman baik. Yang saya ingat, kamu adalah salah satu anak populer yang banyak berteman dengan senior di KMK, tempat kita dipertemukan. Saya juga lupa mengapa saya mengajakmu untuk ikut MAPALA. Yang saya ingat, pagi itu kita bertemu di Pusgiwa untuk datang pertama kali latihan. Saya tidak kembali di dua pertemuan selanjutnya sedangkan kamu meneruskan hingga memperoleh nomor anggota. Saat itu kita memilih jalan yang berbeda, kamu di MAPALA dan saya di KMK. Masih teringat jelas saat kita bertemu kembali setelah lulus kuliah. Kamu sudah menjadi jurnalis sedangkan saya masih dalam perja

Merayakan Hidup

"We don't read and write poetry because it's cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion.  And medicine, law, business, engineering, these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are what we stay alive for."  - Robin Williams Saat kembali ke gunung setelah tiga tahun tidak mendaki, kemudian berada kembali di tengah-tengah hutan dengan segala magis dan keindahannya, rasanya seperti ada bagian dalam diri yang berbisik, " Oooh, ini sebabnya kenapa saya begitu suka naik gunung. Ini salah satu hal yang bikin saya bahagia. Betapa tololnya saya pernah mau "melupakan" hobi ini." Saat bertemu sahabat yang sudah lama tidak bertemu, saling berbagi cerita, kembali menemukan bagian dirinya yang sudah sejak lama diketahui dan kembali menemukan mengapa kamu memahaminya dan mengasihinya, diam-diam kamu ingin memeluknya dan mengatak

Melayang

Dia menenggak segelas tequila. Berharap kesedihannya berlalu dan sepinya menguap bersama sebotol tequila yang ia minum di sudut kamar. Saya ingin melayang malam ini, gumamnya dalam hati. Ia teringat pengalaman pertama melayangnya. Di tepi pantai, di ujung timur negeri ini, bersama teman-teman yang baru ia kenal selama beberapa hari. Pikirannya melayang menemui orang-orang terkasihnya. Ia bersyukur untuk keluarga besarnya di ujung barat negeri ini yang diberikan kesehatan dan pengertian, kekasih yang begitu sabar dan mendamaikan, sahabat-sahabat yang meskipun terpencar-pencar tapi selalu berada di sisinya, juga rekan-rekan kerja yang menyenangkan. Kepalanya mulai terasa berat. Ia memilih rebah di atas pasir sambil memandang langit dengan bintangnya yang begitu banyak. Tawa dan obrolan teman-temannya terasa jauh. Perlahan ia terlelap. Semuanya terasa sempurna malam itu.  Pikirannya kembali ke sudut kamar di tengah belantara ibukota. Satu teguk. Dua teguk. Tiga teguk. Empat t

Terurai

Aku melihat seorang anak terduduk di sudut sendirian. Ia seperti tenggelam di tengah hiruk pikuk dunia yang begitu sibuk. Tatapannya kosong. Aku mengambil tempat di sebelahnya. Dia tidak menghiraukan sama sekali. Aku memilih diam dan perlahan ikut tenggelam. Tiba-tiba, aku seperti masuk ke dalam kotak transparan, hanya ada aku dan anak itu. Aku bisa melihat apa yang terjadi di luar, tapi seperti di film bisu. Semua jelas, tapi tanpa suara. Dia kemudian memandangiku, tatapannya yang tadi kosong berubah menjadi tatapan yang begitu hangat dan polos. Aku balas memandanginya. Kami seperti bercerita hanya lewat tatapan mata. Tanpa sadar, tubuhku terguncang. Aku terisak. Dia tetap mematung di sana, memandang dengan mata yang begitu mendamaikan seolah mengatakan, "aku mengerti." Kemudian dia memelukku. Erat. Erat sekali. Begitu hangat dan damai. Berangsur-angsur, aku tidak lagi merasakan apa-apa. Semuanya terasa ringan. Kami melayang. Anak itu sedikit demi sedikit terurai men