Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Teman Kecil

Teman-teman kecil yang tak lagi kecil   Minggu, 22 Sept 2013. "Halo, gw david, temen SD dulu. Kalo ada yang masih kenal gw, add gw ya." Post ini gw baca di grup SD facebook minggu pagi. Tiba-tiba, tring! Astaga, ini David yang dulu bandel banget itu. "Rani! Rani!" 5 menit kemudian, ada yang manggilin gw, aih, ternyata itu David sama Ardi udah di depan rumah. Gileee, terakhir gw liat dia itu 10 tahun yang lalu. Akhirnya, Aina dateng juga ke rumah, dan tercetuslah ide buat ngadain Reuni SD. Doi emang terkenal jadi pentolan SD gw. Hobinya berantem, pernah ditusuk pulpen ampe berdarah, gak banyak yang mau temenan sama dia. Tapi pas dia dateng minggu lalu, dia bilang udah berubah. Haha. Senin, 23 Sept 2013 Ada telepon masuk pas jam kantor, nomor gak dikenal. R: Halo. A. Halo. Ini Rani? R: Iya, ini siapa ya? A: Ini gw Hanafi. Temen SD. Ini gw lagi kumpul, ada david, agus, komeng, ijal. R: Oooh, ya ampun. Eh, gw lagi kerja ni. Ntar gw telepon ya. A:

mimpi

ini tentang mimpi bukan, bukan mimpi yang artinya cita-cita ini benar-benar mimpi, yaa, ketika kita tidur katanya, ketika tidurmu tidak terlalu nyenyak, maka kamu bermimpi mitosnya, kalau mimpimu terang, maka akan jadi kenyataan kalau gelap, ya itu benar-benar sebatas mimpi entah, itu teori dari mana ada yang bilang, kamu akan melupakan mimpimu ketika kamu terbangun yaa, sebagian besar tapi untuk beberapa yang sangat berkesan, mimpi jadi tidak terlupakan waktu SD, saya pernah bermimpi pergi ke kamar mandi pagi-pagi, kasur saya sudah basah alamaaak..

saya mau itu!

where will we go then? saya pernah meminta sesuatu padanya. terduduk di tanah, sambil menarik-narik jubahnya dengan menangis. saya mau itu! saya merengek sambil menunjuk sesuatu. dia cuma menoleh ke arah saya dengan pandangan lembutnya. memegang kepala saya, tersenyum, lalu berjalan meninggalkan saya.

mezzanine

ada kumpulan nenek renta di lorong tangga mereka ingin turun dari lantai 98 ke mezzanine saya berdiri di belakang mereka, memandangi dengan suram. mereka berjalan tergopoh-gopoh, tersengal berhasil menuruni satu anak tangga seperti berhasil menipu penjaga neraka. ada pesta besar di mezzanine! semua orang diundang, tidak terkecuali saya dan para nenek renta ini. "antriiiiiii!!" mereka teriak sambil membelalak galak ketika saya bilang permisi. ah! ingin rasanya saya dorong mereka sampai kami semua jatuh terhuyung-huyung terguling sampai mezzanine. sial, kenapa saya harus terjebak di sini bersama mereka. ada pintu keluar dari lorong ini sedikit lagi, ke lantai 97. bagaimana kalau saya menjatuhkan diri saja ke balkon mezzanine? ide bagus!

teruslah melangkah!

malam pekat dua pasang kaki berjalan cepat semoga pos 2 segera di dapat agar bisa segera istirahat dan besok bisa mendaki lagi dengan sehat terus melangkah, pikir mereka angin sibuk bernyanyi membuat malam semakin sunyi

halo!

"halo, kamu mau ikut saya?" suaranya berbisik di telinga saya. lembut dan hampir tidak terdengar. saya memicingkan mata. wajahnya samar, "siapa kamu?" saya lari ketakutan. sembunyi di balik bising. suaranya hilang kini. "hai! kamu mau ikut saya?" dia datang lagi, masih berbisik, tapi lebih terdengar kali ini. saya perhatikan lekat-lekat garis wajahnya, ahaa, saya mengenalnya sepertinya. "hey! kamu salah orang. nggak mungkin kamu ajak saya." saya berjalan meninggalkannya, sambil tertawa dan bergumam,"hahaha, mana mungkin saya yang diajak. aneh!"

sirkus

Tubuh kita hanya minta kita untuk tak mati, sebenarnya. Tubuh kita hanya ingin bersentuhan dengan girang pagi, geletar burung jantan,  hangat uap kopi dan mendengar sebuah amar yang ringan, seperti: “Hidup sekedar singgah minum  di perjalanan.” —“Sirkus”, Goenawan Mohamad

dua dua

"waaah, ada amplop!" saya teriak dalem hati, pas ngeliat ada amplop putih di atas meja kerja saya. saya buka, taraaaa, ternyata isinya foto jadul waktu saya masih ganteng. "Azki, ini dari lo?!" saya tanya ke azki.  tapi dia jawab, "gak!" sambil ambil kartunya, "ya ampun, ganteng banget ran." "iye, gw kalo jadi cowo mah ganteng ki."  saya gak curiga lagi, karena tulisan di kartu itu bagus, sedangkan tulisan azki, sama kaya tulisan saya, jelek. hmm, mungkin dari ka Yunita, temen satu tim di kantor. pas dia dateng, saya tanya, eh dia malah ambil kartunya sambil bilang, "ya ampun, pendek banget rambut lo dulu Ran." thanks a lot! abis makan siang, amplop-amlop putih bertebaran di atas meja saya, isinya kartu ucapan ultah yang bikin terharu, foto-foto dari kecil, SMA, kebiasaan, plus fact-fact yang digambar lucu, yang gak semua orang tahu, sampe akhirnya ada satu fakta di kartu itu yang beneran cuma keluarga

karo bukan batak (?)

"orang batak ya?" ini hal yang paling sering ditanyain kalo ketemu sama orang-orang pertama kali. biasanya saya jawab sambil senyum gak jelas, "mba/mas/bapak/ibu/abang orang ke-123 yang tanya kaya gitu ke saya." "marganya apa?" biasanya pertanyaannya berlanjut ke sini, setelah tau nama lengkap saya. "bangun," kata saya. "ko gak ada di nama?" "iya, dari lima anak bapak saya, cuma saya yang gak pake marga di akte." "waah, jangan-jangan kamu anak pungut." "hahaha, bisa jadi. tapi anak perempuan gak bakal nurunin marga ke siapa-siapa kan." dari kecil, bapak saya selalu bilang, "karo itu bukan batak." terus, kita tanya,"emang kenapa?" terus, dia jawab,"ya karena emang beda. sejarahnya, nenek moyangnya, bahasanya." "ah, tapi kan bagian dari batak. batak karo," saya jawab. "tetap beda. gak bisa disamain," bapak saya kekeuh.

ku cari kamu (payung teduh)

dua dua (1)

dua dua kali ini jauh lebih manis dari dua satu tahun lalu. seseorang bilang ke saya, "kau memiliki anugerah yang sangat indah.. para sahabat." kadang saya mikir, saya bukan temen yang baik-baik banget, kadang saya masih egois, masih suka oportunis, kadang suka lupa mereka kalo lagi seneng. tapi mereka selalu ada. ya, itu mereka. Ya Tuhan, saya gak sebaik itu, tapi mereka bener-bener nyata ada di sekeliling saya. kita gak selalu komunikasi tiap hari, kita gak selalu ketemu tiap minggu atau mungkin tiap bulan, tapi kita tahu, kita akan berusaha untuk ada satu sama lain. selalu ada kerinduan untuk ketemu dan berbagi, itu poin pentingnya. kalo ada yang paling berharga, salah duanya buat saya, itu kekeluargaan dan persahabatan.

ada yang salah (?)

kadang, kita tau ada yang salah. ada yang harusnya gak begini, gak begitu, ada yang mesti diperbaikin. tapi, kadang kita pura-pura gak denger. pura-pura gak ngeh. dan bilang, "nanti-nanti aja." ke diri sendiri. atau kasih excuse, "yaudahlah, emang harusnya begini." mungkin, makin lama di "ntar-ntar", makin banyak pihak yang gak dienakin. nggak tau sampe kapan. jauh di dalem hati kecil kita, kita tau, suatu saat, akan ada yang negur kita tentang hal itu. tapi, akhirnya, kita pilih, "yaudah deh, tunggu aja saat itu tiba." sampe akhirnya, "saat itu" tiba, dan sedihnya, lo cuma bisa nyesel saat itu. semoga gak ada kata terlambat untuk memperbaiki.

itik buruk rupa

aku adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. kami adalah anak anak dari 2 kultur yang berbeda. ayah kami suku karo dan ibu kami jawa. 2 orang tersebut bersatu dan menghasilkan 5 orang wanita baru di bumi. ya.. aku adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. aku mendeskripsikan diriku adalah itik buruk rupa. yang menurut dongeng itik buruk rupa itu akan menjadi angsa cantik. tapi berbeda dengan diriku. aku itik buruk rupa yang mungkin tidak akan berubah menjadi angsa cantik, tapi mungkin aku juga akan berubah. berubah menjadi entok. aku berbeda dengan ke 3 saudaraku. kok 3? bukankah anaknya 5, harusnya kan 4. karena anak ke5 itu masih terlalu kecil untuk menjadi pebanding.

anjing babi bego

Lebaran kemaren, gw sekeluarga main ke tempat sodara-sodara yang muslim. Salah satunya, kita ke tempat mamang (dalam bahasa sunda, yang artinya om) yang udah punya dua anak, perempuan semua. Anak keduanya baru mau satu tahun, nurut dan manis banget. Anaknya yang kedua, bener-bener bertolak belakang. Lari sana-sini, airnya tamu diminumin, minta digendong gw, terus uget-uget di gendongan, bola adenya diambil terus dikempesin, nangis minta dikeluarin sepedanya, dan pas kita mau pulang, dia lagi jongkok, pipis di halaman. Tapi dari semua kenakalannya, keliatan si, dia pinter. Ya namanya juga anak-anak. Pas pulang, di mobil, gw bilang, “Itu kakak ade bisa beda banget ya.”  Terus nyokap dengan santainya bilang, “dulu kamu lebih nakal dari itu.” Jleb. Dari lima anak, kata nyokap, gw yang kecilnya paling nakal. Gw inget-inget lupa si. “Iya, dulu tuh, pas ibu selesai masak, keluar rumah, eh nemuin kamu sama Melisa lagi di jalan depan rumah, ngerayap, lagi makanin tanah berd

umar dan senja jingga

X: Aku mau namanya Umar.  Y: Kenapa Umar? Udah jarang banget gw nemuin itu nama. X: Soalnya dia itu cowo banget. Pemimpin yang tegas di masanya. Bijaksana banget. Bener-bener mimpin, gak Cuma di luar, tapi juga istrinya di rumah. Oke banget lah pokoknya. Y: Kalo gw, hahahaha, aduh, gw malu. Gw gak ada tuh alesan kaya lo tadi. X: Hah? Apa emang? Y: Senja jingga.