Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Kapten Bentang

Aku berdiri di sampingmu, mencoba mencari perbedaan dirimu yang sekarang dengan dirimu tiga puluh tahun lalu. Dalam setelan jas lengkap, aku masih bisa melihat sisa-sisa ketampanan dan keras kepalanya dirimu. Tahi lalatmu masih di tempat yang sama. Hidungmu masih tinggi. Entah kau masih mendengarkan permintaanku dulu atau tidak, tapi aku tersenyum saat mengetahui bahwa perutmu tidak membuncit meskipun kau tidak sekurus dulu. Bola matamu? Ah, kenapa kali ini tidak kau buka matamu. Aku ingin berkaca sekali lagi di sana. Lantunan rosario membawa pikiranku terbang ke tiga puluh tahun silam, saat jiwa kita masih begitu muda dan bergairah. Saat mimpi dan optimisme adalah dua sahabat terbaik. Sampai akhirnya hari itu tiba, di suatu Desember yang seharusnya ceria. Di saat orang-orang sibuk menyambut kelahiran Mesias, di saat lagu-lagu natal yang ceria dan menghangatkan jiwa diputar di mana-mana, di saat itulah pengetahuanku tentangmu berhenti.  Penuaan mungkin menyerang hampir seluru

Itinerary Nepal 2014

Kenapa Nepal? Hampir setiap orang akan tanya ini, ketika tahu Nepal adalah tujuan destinasi backpacking kami berdua. Jawabannya, because Himalaya is there . Lebih dari lima gunung tertinggi dunia ada di negara ini. Himalaya, atau Everest ibarat "naik haji"-nya para pendaki. Perjalanan kali ini cuma bisa lihat bentangan Himalaya memang. Kalau pinjem istilah temen jalan saya, kali ini kita cek ombak dulu. Doakan, kunjungan berikutnya, kita bisa tracking.  Berikut itinerary ke Nepal dengan tiket AirAsia promo. Saya pergi berdua dengan sistem sharing cost. Kalau mau versi excelnya, bisa hub saya di rani_fransiska@yahoo.com. Thanks to Mba Elok yang udah share itinerary ke Nepal tahun lalu. Enjoy! Semoga membantu. Notes: Siapkan pas foto 4x6 untuk Visa on Arrival Tukar USD ke NPR di Bandara Kathmandu. Tapi di sepanjang pusat pariwisata banyak money changer kok. Tourist Bus dari Thamel - Pokhara berbagai macam harga dari 600 - 1000. Ada banyak tour, pilih

Sejatinya Turis

Ini jumlah terbanyak yang pernah dia minum, di tempat terjauh yang pernah dia pijak, dengan hanya ditemani seorang teman jalan. Dia ingin sekali saja berada diantara batas sadar dan tidak, sekali saja. Ah, tetapi tidak kali ini sepertinya. Tidak mungkin teman jalannya sanggup menyeret dia untuk kembali ke penginapan jika itu terjadi. Tempurung kepalanya menjadi terasa lima kali lebih berat, tetapi pikirannya jauh terasa lebih ringan, menyusut sepersepuluh kalinya. Dia menjadi lebih banyak bicara. Band accoustic sedang mengalunkan Let It Be dari The Beatles dengan syahdu, dia ikut bersenandung pelan, seolah sedang mempersembahkan lagu itu untuk seseorang. “Biar saya ceritakan kepadamu. Di tempat yang sejauh ini, saya tidak membawa serta hati saya rupanya. Dia masih tertinggal. Saya berharap bir ini sanggup membentuk hati saya yang baru. Pelarian saya tidak berhasil. Sama sekali tidak. Ah, atau mungkin saya yang memang tidak ingin benar-benar pergi. Kadang saya berharap

Saat Untung dan Malang, Saat Sehat dan Sakit

"Ka, ada undangan," begitu kata ade saya waktu saya sampe di rumah. Saya berharap itu undangan ulang tahun, harapan yang nggak mungkin. Haha. Umur dua puluh tiga udah nggak jaman dapet undangan ulang tahun. Saya punya "geng" yang isinya empat orang dari jaman SMP. Satu udah nikah, satu lagi segera di akhir tahun ini. Satu lagi, entah kenapa, saya yakin, juga akan lebih cepet dari saya. Ah, saya salut untuk keberanian mereka. Saya bisa dengan yakin nulis target tempat yang mau saya kunjungin, pencapaian apa aja yang mau saya dapetin, mau belajar hal baru apa, baca buku berapa banyak, dan semacamnya untuk beberapa tahun ke depan. Tapi anehnya, di tulisan itu, setelah saya baca ulang, nggak ada target punya rumah di umur berapa, mau punya kendaraan apa, investasi apa, pokoknya nggak ada ciri-ciri kemapanan pada umumnya, termasuk target berkeluarga. Ada beberapa temen yang tanya, "emang target lo umur berapa?" Saya bengong, ngawang-ngawang, nggak p

Pulang

Sudah lama aku tidak pulang, tidak juga memberi kabar. Belum terlalu rindu. Kuhabiskan waktuku sehabis-habisnya, menyibukkan diriku dengan apapun, menyempatkan melakukan banyak hal, kecuali menemuimu. Mungkin karena hidupku baik-baik saja akhir ini, aku sehat, dikelilingi keluarga dan teman-teman yang membahagiakan, pekerjaan yang memang aku inginkan - meskipun kadang aku pertanyakan, dan buku-buku yang bisa membuatku larut berjam-jam. Di saat-saat seperti ini, biasanya aku tidak rindu padamu. Kerinduan itu akhirnya tiba, memanggilku tanpa bisa kuelakkan lagi. Aku memutuskan untuk pulang. Secara tidak sengaja, yang pertama aku temui adalah ibumu, ibu kita, di kebun mawarnya. Kebun mawarnya sangat cantik dan penuh. Aku mencoba mengingat bulan apa sekarang. Ah, bulan ini memang sedang musim mawar. Aku menyapanya, memberi salam. Aku takjub dengan bibirku sendiri. Entah, sudah berapa lama aku tidak menyuarakan salam ini keras-keras untuknya. Tapi ibu tetap tersenyum, tidak ada kecewa apa

Bentang Raya

Simple miracles, kata lain yang cocok untuk pertemuan ini jika Raya tidak mau menganggapnya hanya sekedar kebetulan. Dua hari berturut-turut Bentang hadir dalam mimpinya. Mimpi yang pertama mereka saling menatap tanpa suara. Di mimpi yang kedua, Raya dan Bentang berjalan bersama, seperti yang pernah mereka lakukan dulu. Di mimpi itu, Bentang mengangkat tangannya persis sesaat sebelum Raya meraihnya. Akhirnya, Raya meninggalkan Bentang yang meneriakinya di belakang.  "Besok saya ke Jakarta, Raya. Ada kerjaan dari kantor." Isi pesan singkat dari Bentang untuk Raya. Raya menarik napasnya pelan, dalam. Andai Raya tidak membatalkan rencana pendakiannya, mungkin Raya tidak akan sempat menemui Bentang. Andai rencana extend perjalanan dinasnya kali ini dikabulkan oleh perusahaan, Raya juga tidak akan sempat menemui Bentang. Pendakian Raya dibatalkan karena ada perjalanan dinas, dan perusahaannya tidak mengizinkan rencananya untuk extend di luar kota. Jadilah   Raya sedang m

Saya Mimpi

Saya mimpi, saya punya temen jalan yang jadwalnya nggak jauh beda sama saya. Ketika diajak, "ayo, minggu depan kita ke sana!" Dia akan jawab, "OK!" Atau ketika dia yang ngajak, "Gimana kalau bulan depan kita ke sana?" Saya akan bilang, "Ide bagus. Let's go!" Saya mimpi, saya punya temen jalan yang di sepanjang perjalanan, kita bisa berbincang tentang banyak hal. Tentang mimpi, tentang pencapaian, tentang kerjaan, tentang temen-temen, tentang tempat yang baru aja kita lewatin, tentang kemanusiaan, tentang negara, tentang ikan paus di laut atau tentang bunga padi di sawah.

Dua Tiga

Happy 23rd! older and older.. Semenjak 2011, saya nggak ngerayain hari lahir di rumah. Selalu ada alasan dan temen jalan untuk keluar rumah. Beda sama tahun ini. Mau banget naik gunung, tapi apa daya, nggak ada temen jalan. Bahkan ke Pulau Harapan aja batal karena nggak ada peserta. Dan akhirnya, di yang kedua puluh tiga, saya full di rumah. Dua puluh dua saya penuh dengan angka dua. Dua kali ke Sukamantri, dua kali ke Sawarna, dua kali naik gunung, dua kali gagal untuk mata ujian yang sama, dan nomor dua menang pemilu *eh nggak nyambung.

Topi Hijau

Kalau sebagian orang sedang berusaha menemukan belahan jiwa mereka, aku rasa aku sudah bertemu dengan belahan jiwaku. Travelling , dia adalah belahan jiwaku. Aku sudah merasa penuh ketika aku travelling. Ibuku bilang, ada bulu kakiku yang sudah jatuh di jalan, sehingga aku tidak pernah betah di rumah, persis seperti ayahku. Dari cerita ibuku, aku tahu bahwa Ayah adalah seorang petualang, bahkan dia melamar ibu di Segara Anak. Ayahku masuk ke dalam golongan yang berbahagia menurut Gie, karena dia mati muda. Dia meninggal di usianya yang ke tiga puluh dua, saat sedang melakukan ekspedisi arung jeram di sungai Citarik. Saat itu, aku baru berusia lima tahun. Ingin rasanya aku bertanya pada Gie, apakah mereka yang ditinggalkan oleh orang yang mati muda juga termasuk golongan yang beruntung.

Enrico

Kalau minggu lalu saya foto sama Ayu Utami, minggu ini, sekaligus minggu terakhir, berhasil foto sama suaminya. Beliau ini tokoh "Enrico" dari novel "Cerita Cinta Enrico". Jadi, buat yang penasaran karakternya seperti apa, mungkin bisa baca novelnya langsung. Wow rasanya baca novel, kagum sama tokoh yang diceritain yang awalnya cuma bisa hidup di imajinasi sendiri, terus sosok itu beneran ada di kehidupan nyata. Btw, pas banget di baju Bapak Erik ini tulisannya Nepal! Mission Completed! :D

bungkus kado

Sebelumnya, bungkus kado adalah hal yang nggak penting buat saya. Untuk apa dibungkus, kalau akhirnya disobek dan dibuang, toh yang penting kan memang isinya. Saya termasuk yang sangat jarang kasih kado, dan biasanya kalaupun kasih, nggak pake dibungkus. Ok, saya akui, saya nggak pernah bisa rapi kalau bungkus kado. Tapi ada yang beda malem ini. Saya lagi siapin kado untuk mereka yang udah kaya ade sendiri. Setelah tulis surat dan dilipet jadi kapal terbang kertas, saya masih ragu untuk dibungkus apa gak. Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk bungkus sesuai kmampuan saya, nggak rapi-rapi amat. Dan akhirnya saya tau, apa fungsinya kado itu dibungkus. Tangan saya emang ngebungkus, tapi pikiran saya ada entah dimana. Pikiran saya membungkus memori yang pernah ada. Pengalaman pertama ketika ketemu mereka, momen-momen yang nggak terlupakan sama mereka, keunikan mereka, dan betapa beruntungnya saya bisa ketemu sama mereka. Ketika ngebungkusnya selesai, saya bisa senyum dan bilang dal

Iwan Fals - Kontrasmu Bisu

Malam ini, saya melihat sepasang kakek nenek berbaring di depan Stasiun Manggarai, cuma beralas tikar. Sang nenek menggigil. Saya berjalan sambil lalu, mencoba menerka apa yang terjadi. Sepuluh menit kemudian, saya memutuskan untuk kembali. Sang Nenek masih mnggigil, sementara Kakek berusaha mencari sesuatu di gerobaknya. Begitu saya berhadapan dengan Sang Nenek, wajahnya  sangat pucat ternyata. Akhirnya saya pamit undur diri dan masih tidak mengerti apa yang yang terjadi. Satu yang saya tahu, ini yang namanya Jakarta. Tinggi pohon tinggi berderet setia lindungi Hijau rumput hijau tersebar indah sekali Terasa damai kehidupan di kampungku Kokok ayam bangunkan ku tidur setiap pagi Tinggi gedung tinggi mewah angkuh bikin iri Gubuk gubuk liar yang resah di pinggir kali Terlihat jelas kepincangan kota ini Tangis bocah lapar bangunkan ku dari mimpi malam Lihat dan dengarlah riuh lagu dalam pesta Diatas derita mereka masih bisa tertawa Memang ku akui kejamnya kota Jakarta Namu

Belajar Nulis sama Ayu Utami

Berawal dari ketidaksengajaan beli buku Ayu Utami yang judulnya Larung. Makin baca buku-bukunya yang lain, makin penasaran dan ngefans sama sosoknya. Novel - novelnya Mba Ayu ngenalin saya sama feminisme, budaya - budaya Indonesia, pemikiran tentang keperawanan dan seksualitas, dan spiritualitas. Setelah ikut kelasnya dan tatap muka langsung, saya makin menggemari penulis yang satu ini. Cerdas, sexy, petualang, punya pemikiran yang wah, dan lain - lain. Satu hal yang terus terlintas di kepala saya, "bisakah saya sebugar dan secerdas itu kalau saya nanti seusia dia yang sekarang." Kelas ini katanya dibuka setahun sekali dan berlangsung dalam sepuluh sesi. Tahun ini tahun yang kedua. Biayanya satu juta untuk pelajar dan mahasiswa, dua juta untuk umum. Diharapkan, kita bisa menghasilkan satu cerpen di akhir kelas. Kelas tahun lalu berhasil menghasilkan tiga buku kumpulan cerpen seri zodiak. Tahun ini? Kalau ada lagi tahun depan, wajib ikut. Apalagi kalau ngefans sam

Time healing

Time heals almost everything, give it time! Rasanya pepatahnya bener. Kecewa lama-lama akan ilang. Sakit hati lama-lama nggak akan terasa. Sedih pelan-pelan akan biasa. Waktu, semua cuma masalah waktu. Atau, mungkin di antara jeda waktu itu, Kita terinterupsi sama kejadian-kejadian yang lain. Di jeda waktu itu, kita belajar merelakan. Di jeda waktu itu, kita menemukan alasan-alasan untuk menerima. Di jeda waktu itu, kita terima yang lebih baik. Intinya, di jeda waktu itu, kita membiasakan diri. 26012014

HR - 2

Ada semacam karnaval hari ini. Setiap lantai harus menghias dan menampilkan daerah tertentu. Ada Padang, Palembang, Sumatera Utara, Aceh, Bali, dll. Akhirnya, tibalah kami di lantai yang terakhir, lantai yang penuh dengan kejutan. Kejutan yang pertama, ada dia, sebut saja si HR, yang lebih sering saya lihat punggungnya di lift. Dia menjadi penerima tamu dalam balutan blankon, surjan, dan jarik, pakaian adat khas Yogyakarta. Mendadak, saya ingin bersanggul dan berkebaya lalu berdiri di sebelahnya. Gigi geliginya yang rapi bersih menjadi yang paling menarik perhatian saat dia tersenyum. Ah, Tuhan memang bercita rasa tinggi. Di akhir kunjungan setiap lantai, akan ada simbolisasi pemberian selamat ulang tahun. Saya berdiri di sudut, membawa kue ulang tahun, menanti saat saya keluar dari persembunyian ini. Menanti saat saya bisa melihat senyumnya langsung dari dekat. Akhirnya saat itu tiba. Saya nyalakan lilin dan membawa kue ulang tahun ini ke hadapan si HR. Seisi lantai mulai

Dear Kuproy..

Ini untuk kamu yang malam ini sedang dalam perjalanan solo menuju Solo. Ope bakal kangen temen berantemnya pasti. Aku bakal kangen main upil sama kamu nih! Ka Uli bakal kangen sama "tukang ojek" nya yang banyak banget syarat dan ketentuannya. Kalo Ka Nina pulang, yang jadi kuli angkutnya siapa? Bapak bakal kangen nungguin kamu pulang kalo kamu pulang kemaleman. Ibu bakal kangen ngingetin kamu rapihin lemari baju. Kuproy bakal sekolah jauh dari rumah. Kuproy yang kata ibu masih labil, bakal belajar mandiri di sana. Kita semua dukung kamu. Kita semua doain kamu. Kita semua sayang kamu. Selamat belajar. Selamat berproses. Selamat menemukan.

Malam - Payung Teduh

Terang masih saja milik malam Bahkan malam yang terlalu terang Sanggup menjadi terik Dan matahari masih sedih Bersandar dibelakang Mungkin ia belum lelah menanti Kedatangan cinta Atau ia sudah bosan Menanti kedatangan apapun Atau teriknya Sudah tidak membangunkan kita lagi Bukankah kita sudah berjanji semua selesai Ketika ada kita

bersambung 4..

Setelah kenyang dan membersihkan alat masak, kami masuk ke kantung tidur masing-masing, bergegas tidur. Dingin mulai menyengat. Suara tonggeret bersahut-sahutan seolah ada dirigen yang memimpin mereka. “Malem, Gat!” “Hmmm..” Jagat menjawab dengan kesadaran yang tinggal setengah. Tak lama kemudian, kami masuk ke alam mimpi masing-masing. *** Aku terbangun karena silau cahaya matahari. Jagat masih tertidur di dalam kantung tidurnya. Aku buka pintu tenda lalu takjub dengan yang kulihat. Bukit – bukit, kemudian padang ilalang, dan matahari yang muncul di antara bukit-bukit itu. Ya ampun, pemandangan ini adalah foto yang kupasang di wallpaper laptopku, aku dapat dari hasil googling Rinjani setahun yang lalu. “Gat! Bangun, Gat! Lo harus liat,” kataku berteriak sambil loncat-loncat gembira di luar tenda. Jagat akhirnya bangun, menggeliat malas, kemudian duduk mengerjap-ngerjapkan matanya. Tak lama kemudian, dia tersenyum sambil keluar dari tenda. “Besok subuh Jani, kalau semesta me

Family Trip!

Lebaran kemarin, untuk pertama kalinya, saya sekeluarga pulang ke kampung Bapak di Sukajulu, Tanah Karo.  Ibu yang asli sunda tapi udah nggak keliatan lagi sundanya katanya. Homebase Bapak. Pertama kalinya semua anggota keluarga dateng ke sini. di makam bulang (kakek) yang meninggal sekitar 16 tahun yang lalu. SuperBibi & SuperNenek. Perempuan  - perempuan tangguh. Akhirnya punya foto lengkap bertujuh. 13 dari 18 cucu nenek adalah perempuan. 5 dari 18 cucu nenek adalah laki - laki. Pagoda - Berastagi Tomok - Danau Toba. Terakhir kumpul kaya gini 9 tahun yang lalu. Perjalanan ini ngingetin saya sama film Home Alone. Ini impal (sepupu) saya yang seumuran. Bibi teriak, "Ayo foto, gandengan!" 9 tahun yang lalu saya nangis, terus dikasih uang 50ribu upah mau difoto gandengan.

bersambung 3..

Keep travelling, Jani! Jadi sarjana dan masuk belantara dunia kerja bukan penghalang buat tetep jalan-jalan,  Your travelmate, – Jagat. *** “Gimana Jan, udah siap buat jalan besok?” Jagat bertanya tanpa menatapku. Dia sedang sibuk berusaha memasukkan barang-barang perlengkapan naik gunung ke dalam carriernya. Aku yang sudah selesai packing memilih duduk di sudut beranda rumahku sambil memeriksa senter dan kamera. “Hmm, ini salah satu perjalanan impian gw, Gat! Bokap namain gw Anjani karena Rinjani itu gunung favoritnya. Gw nggak tau banyak tentang bokap selain lewat cerita nyokap dan foto-fotonya. Tapi semoga dengan perjalanan kali ini, gw bisa ngerasain apa yang bokap rasain tentang Rinjani.” Aku terdiam. Kaget dengan ucapanku barusan. Selama ini, kerinduan sekaligus rasa penasaranku pada sosok ayah tak pernah aku ungkapkan pada siapapun, ternasuk Ibu. Jagat berhenti packing. Dia melihat ke arahku tanpa berkata apa-apa. Suasana canggung begitu terasa. “Eh Gat, gimana p

Balita dari Tanah Karo

Ini dia oleh-oleh pertama saya setelah mudik dari Tanah Karo. Foto balita yang  "Karo-Pure-Blood" ! Nenek Biring & Cucu-cucunya Sya lupa siapa namanya. Tapi saya jatuh cinta sama matanya yang hitam bulat. Selin. Pertama kali liat, saya kira laki-laki, ternyata perempuan. Belepotan abis makan duren. Gedenya pasti manis! Kalau yang ini namanya Miko. Anteng banget. Cute overload ! Tatap mata saya! Pertama kali liat bola matanya, saya kira dia pake soft lens. Matanya nggak kaya orang Indonesia kebanyakan. Yang ini namanya Tari. Begitu saya bilang, " mejile kam " -bahasa karo yang artinya kamu cantik, dia langsung ambil sisir, terus nyisir. Rasanya pengen saya bawa pulang buat dijadiin pajangan. Haha. Sisir di tangan kananku, duren di tangan kiriku.

4.20 Diskusi Senja

lepaskanlah apa yang kau rasa jingga menyala warna langitnya saat senja saat senja memanjakan kita duduk bersama diskusi rasa saat senja saat senja bertukar cerita ceritakan masalahmu teman lepaskanlah apa yang kau rasakan masih disini dan tetap disini lewati senja berganti malam diskusi sampai di sini jangan tenggelam di dalam masa-masamu yang kelam dan percayalah roda pasti berputar cahaya terang datang aku di sini tempat berbagi saat senang saat susah ku tetap di sini

Tiga Hari untuk Selamanya

"Do you hate me that much?" Jagat .  Aku baru bangun, ku kerjapkan mataku, memastikan kembali kalau aku tidak salah baca nama si pengirim. Sudah lama tidak ada nama ini di kotak masukku. Aku sedang di dalam mobil, dalam perjalanan dari Pantai Sawarna menuju Jakarta, bersama tujuh sahabatku. Sudah lama Jagat tidak mampir di kepalaku, sampai aku tiba-tiba benar-benar memikirkannya sebelum aku ketiduran barusan - aku tidak mau mengakui sebagai merindukannya. Ajaib, ketika aku bangun, dia mengirimkan pesan untukku. Sinyalku sampai ke kepalanya? Atau karena dia sedang merindukanku, maka aku memikirkannya? Jagat! Apa aku perlu membencimu, Gat? Tak lama kemudian, lagu Float mengalun lembut dari telepon genggamku. Lewat sudah Tiga hari ‘tuk s’lamanya Dan kekallah Detik-detik di dalamnya Hari Pertama "Maaf Jani, aku terlambat," katamu sambil mengajak bersalaman. Aku hanya menyambut tanganmu, berjabat tangan, tanpa membalas sepatah katapun. Rambutm