Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Itinerary Ambon & Pulau Seram

Pantai di Pulau Jodoh Partner perjalanan saya kali ini adalah Agnes dan Azki, salah dua teman terdekat saya di Matematika dulu, yang entah bagaimana caranya, sekarang kami sekantor lagi. Ambon dan Pulau Seram, menjadi destinasi kami kali ini. Tadinya kami ingin mengikuti paket tour, tetapi akhirnya diputuskan untuk backpacking, membuat itinerary sendiri. Lumayan, bisa berhemat hampir satu juta rupiah. Tadinya kami akan naik angkutan umum selama city tour di Kota Ambon, tetapi supervisor saya yang superbaik hati meminta tolong kerabatnya di Ambon untuk menemani kami. Jadilah kami city tour bersama Om Ferdinan, mulai dari antar jemput bandara dan pelabuhan, sampai mengunjungi pantai – pantai cantik dan membeli oleh - oleh. Mulai dari penyeberangan ke Pulau Seram sampai hari terakhir, ada satu turis Itali yang bergabung bersama kami untuk share cost . Simbiosis mutualisme, saling meringankan biaya perjalanan. Akan ada satu sesi khusus untuk menceritakan turis yang satu itu.

Walkgasm

Kadang kita terlalu terburu-buru sampai lupa untuk menikmati, tapi kali ini aku ingin menikmati desa kecil di kaki gunung ini dalam keheningan malam. Ku lambatkan langkahku, aku ingin mengalami walkgasm di penghujung perjalanan ini. Belasan orang di depanku satu persatu tak kelihatan ranselnya lagi. Tidak banyak suara yang terdengar, hanya jangkrik, aliran air, dan sesekali terdengar gonggongan kambing riuh bersahutan karena merasakan kehadiran kami yang mungkin asing bagi mereka. Ada beberapa rumah yang masih menyetel radio keras-keras, terdengar sampai ke jalan, siaran radio sunda rupanya. Suasana ini membawaku ke kampung halaman ibu, mengingatkanku pada eyang yang dulu suka membawaku menonton pertunjukkan wayang golek di pinggir sungai. Aku begitu tertarik dengan satu rumah yang kulewati. Halamannya luas, tidak berpagar, rumputnya rapi tertata. Belum ada rumah lain di kanan dan kirinya. Bangunan rumah bernuansa putih itu tidak terlalu besar, banyak jendelanya, ada sepa

Cerita dari Salak

Saya perlu naik gunung dalam waktu dekat untuk pemanasan Kerinci. Akhirnya, saya mengajak Leo untuk mendaki Guntur yang beberapa bulan lalu sempat tertunda. Tepat satu minggu sebelum pendakian, rencana berubah, dia menawarkan untuk menjadi “korban” di Latihan SAR organisasi Pecinta Alam yang dia ikuti. Saya dengan mudah mengiyakan, karena saya pikir, ini akan berbeda dari pendakian-pendakian sebelumnya. Senin malam, saya datang ke sekretariat Pecinta Alamnya untuk briefing. Mereka sedang proses perekrutan anggota baru, dan perjalanan SAR ini adalah salah satu tahapnya. Para calon anggota akan diberi tahu bahwa ada sekelompok pendaki berjumlah tiga orang yang hilang di Gunung Salak, dan mereka harus mencari para korban ini. Mereka tidak diberitahu bahwa ini hanya latihan, jadi mereka menganggap bahwa benar ada survivor yang harus ditemukan dan dalam bahaya. Kami diberitahu rute pencarian calon anggota dan dimana posisi kami sebagai korban harus berada. Latihan ini akan diadakan

Bu, Selamat Ulang Tahun!

Ibu, Ini surat pertama kami untukmu, setelah kami semua bisa baca tulis. Setelah sudah lebih dari tiga puluh tahun, tidak menyerah menjadi ibu dari kami berlima. Selamat menggenapi usia yang ke lima puluh tiga tahun. Terimakasih sudah menjadi ibu yang sangat demokratis. Yang tidak melarang kami ini dan itu, membebaskan kemanapun kami melangkah, selama kami bisa bertanggung jawab untuk langkah yang kami ambil. Yaaaa, tidak semuanya, kecuali satu, harus memilih pasangan hidup yang seiman. Sisanya, engkau akan berkata, “Kamu yang akan menjalani, Ibu akan selalu mendoakan.” Terimakasih sudah menjadi ibu yang sangat sabar, dalam keadaan tersulit sekalipun. Semoga hari-hari tersulit sudah berlalu. Sekalipun akan ada hari sulit selanjutnya, semoga kami akan selalu ada bersamamu. Terimakasih sudah menjadi ibu yang sangat tangguh. Sekalipun penuh peluh, tapi tak pernah mengeluh. Perempuan harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri, itu yang tanpa sadar, begitu tertanam di d