Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2021

Tidak Cukup

Ingatan Seroja sedang terbang ke waktu sekitar lima tahun lalu. Ketika itu, ia dan Jati sedang berbincang santai hingga entah bagaimana akhirnya mereka berakhir di perdebatan besar yang menemui jalan buntu. Perdebatan berawal saat Jati bertanya kepadanya akan kemana perjalanan mereka selanjutnya. Seroja dengan santai menjawab bahwa ia sudah merasa cukup dengan yang mereka jalani sekarang. Semuanya tampak baik, mengapa harus bertanya kemana selanjutnya.  Lima tahun lalu, pernikahan adalah hal yang menakutkan bagi Seroja. Komitmen jangka panjang membuat nyalinya ciut. Ia masih haus petualangan, ingin mencicipi semuanya, ingin terbang setinggi-tingginya. Baginya, pernikahan seperti tali yang akan mengikatnya dan membuat semua geraknya menjadi terbatas. Ia belum siap dan tidak bisa membayangkan dirinya menjalani tahap yang lebih serius dengan Jati. Jati sangat kecewa ketika itu. Ia menganggap Seroja hanya main-main, sementara Jati merasa seusia mereka seharusnya sudah tidak lagi main-main.

I wish

I wish I could do better I wish I was wiser in making decision I wish I could see things with more perspectives I wish I could have better understanding I wish I was smarter to get the bigger picture I wish I was not being reckless I wish I was not this messy I wish I was not this impatient I wish I could being more emphatetic I wish I could being less self-centered I wish I could being more genuine I wish I could always be there I wish I could communicate better I wish I could give better advice I wish I knew the answer I wish it was right I wish the dream was not shattered I wish we could survive this together I wish I could do better and I do really sorry about that

Telanjang

Ibu saya adalah orang yang pandai bergaul. Sejak saya masih kecil, saya tahu ia sudah memiliki banyak teman. Jaringannya luas. Mulai dari ibu-ibu muda, ibu-ibu yang sebaya dengannya, nenek-nenek, sampai abang ojek di pangkalan. Kalau kami jalan kaki dari rumah ke jalan besar untuk naik angkot, banyak sekali yang disapa, bahkan bisa berhenti berkali-kali untuk berbincang sebentar dengan orang yang berpapasan di jalan. Waktu kecil, kalau ia sudah terlalu lama berbincang, saya akan melihat wajahnya lekat-lekat, dan ia langsung akan sadar dan segera pamit dengan orang yang sedang berbincang dengannya. Ibu saya adalah pendengar yang baik. Sejak saya masih kecil, banyak teman-temannya yang datang ke rumah untuk berbincang dan curhat kepadanya. Saya suka mencuri dengar pembicaraan orang tua, dan berkali-kali saya disuruh menjauh agar tidak mendengar obrolan orang dewasa dengan segala keruwetannya. Semakin besar, saya makin menyadari kalau ia hampir selalu menjadi pendengar untuk teman-temanny

Cerita dari Banyuwangi

Taman Nasional Baluran, 2018 Kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan ke Banyuwangi, sebenarnya perjalanannya sudah lumayan lama, sekitar May 2018, dan dalam grup yang lumayan besar, delapan orang. Saya cukup antusias dalam proses persiapannya, karena setelah sekian lama, akhirnya membuat itinerary lagi, diskusi menentukan destinasi, dan cari akomodasi. Terakhir pergi dalam kelompok besar dan membuat itinerary seperti ini, bersama teman-teman KMK, dan entah sudah beberapa tahun yang lalu. Karena ini bulan puasa, berharap destinasi yang akan kami datangi lebih sepi dari biasanya. Kami merencanakan untuk perjalanan empat hari tiga malam, dua malam di Banyuwangi, dan satu malam di Surabaya. Naik pesawat dari Jakarta ke Banyuwangi, tiga hari berkeliling Banyuwangi, kemudian di malam ketiga naik kereta dari Banyuwangi ke Surabaya, dan malam di hari terakhir, terbang dari Surabaya ke Jakarta. Untuk penginapan di Banyuwangi, kami memilih rumah dari AirBnB yang lumayan besar, ada empat

Menyeret

Jika melihat kembali ke belakang, saya sungguh ingin meminta maaf karena telah menyeretmu sampai sejauh ini. Memaksamu untuk berlari sejak perjalanan ini dimulai, padahal mungkin kamu hanya ingin berjalan santai atau berputar-putar. Maafkan saya tidak pernah benar-benar peduli pada kamu yang terengah-engah. Terus mendorong, terus menyeret sampai seluruh tubuhmu penuh luka. Saya tahu kamu sungguh peduli, kamu sungguh mengasihi, hingga kita bisa sampai sejauh ini. Saya pun sungguh mengasihimu, maka saya akan mencoba semampu saya untuk memberimu ruang. Saya akan berhenti menyeretmu. Melepaskanmu. Melepaskan segala harapan tentang perjalanan selanjutnya. 

Bergulung

Saya sedang bergulung. Saya berharap dengan bergulung, rasa sakit yang mengintai dari luar tidak akan bisa menembus inti diri. Saya berharap dengan bergulung, seluruh bagian tubuh saling berkait dan menjaga saya untuk tetap utuh.  Aku mendapatinya sedang bergulung. Di sudut malam yang pekat.  Kuputuskan untuk menemaninya, melalui malam-malam tergelap. Saya melihatnya datang menghampiri. Saya masih sibuk bergulung. Sambil tergugu.  Maaf, saya tidak punya energi untuk bercerita.  Aku tidak berharap ia bercerita.  Bergulung sudah pasti menguras energi. Terlebih ditambah tergugu. Jadi kubiarkan ia bergulung. Kutemani dia. Tanpa pertanyaan. Tanpa penghakiman.  Ia rebah di sebelah saya yang sedang bergulung. Menatap langit-langit sambil sesekali melihat ke arah saya. Memberikan sedikit senyuman di ujung bibirnya. Ah, saya masih terlalu fokus dengan sedu sedan saya. Aku tidak punya solusi.  Aku payah dalam memberikan saran. Bahkan aku tak pandai berkata-kata. Tapi betapa ingin aku memeluk gul