Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

nggak seluas itu

Dunia nggak seluas itu, kadang-kadang. Ternyata si A yang baru gw temuin hari ini adalah adek kelas si B, si B adek kelas gw di kampus dulu. Ternyata si C, temen kantor gw yang kece itu, kakak kelasnya sohib gw. Ternyata si X itu - yang entah gimana caranya tiba-tiba ada di lingkaran baru gw  - adenya dia, satu kantor sama gw. Ternyata, ternyata... Entah lingkarannya yang disitu-situ aja, entah semesta yang terkoneksi secara absurd, atau entah tarikan-tarikan paksa supaya terhubung, yang pasti, dunia nggak seluas itu, kadang-kadang.

halo, apa kabar?

halo, apa kabar? lama kita tidak berbincang panjang. begitu banyak yang ingin saya ceritakan kepadamu. hmm, seandainya saya diberikan kebebasan untuk menemui satu orang dalam satu kedipan mata, saya akan memilih untuk menemuimu. hari ini ada satu internship baru. kebetulan, dia lahir dan besar di tempat yang sama denganmu. logat bicaranya sedikit mengingatkan saya padamu. dua hari yang lalu, saya mendapat email dari seseorang. kebetulan, nama kita terangkai berurutan di sana. impuls syaraf saya langsung mengaitkannya padamu seketika saya membaca email itu. lima hari yang lalu, saya bertemu dengan seseorang. kebetulan, dia berasal dari suku yang sama denganmu. kebetulan, dia memiliki hobi yang sama denganmu. kebenaran, saya mengingatmu saat saya berkomunikasi dengannya. halo, apa kabar? rambut saya pendek sekarang. tahukah kamu, ini adalah bentuk protes. entah protes pada siapa. mungkin padamu, mungkin juga pada diri saya sendiri. apa kabar r

teman perjalanan (remedial) merbabu

Lampu telepon genggam saya berkedip, ada telepon dari nomor tak dikenal. a: "Halo?" b:"Ya, ini Kak Rani ya?" a:"Iya, ini siapa ya?" b: "Ini Iyas ka. Temennya Kak Leo. Kakak lagi dimana?" a: "Gw udah di bikun yang lewat teknik, mau ke psiko. Bentar ya." Jumat senja saya bergegas ke kampus, menemui calon teman perjalanan saya untuk pendakian berikutnya. Syahdu sekali kampus UI hari itu. "Le, gw udah di depan psiko. Ini lewat mana ya? Ada acara gitu. Gak bisa lewat," pesan ini saya kirim ke satu-satunya orang yang saya kenal dari anggota tim perjalanan kali ini. "Lo tunggu situ," begini balasannya. Tak lama kemudian, seorang perempuan berjilbab datang menghampiri saya sambil tersenyum, "Ka Rani ya? Ella!" "Iya kak, tadi Iyas udah jemput kakak ke stasiun, tapi kakaknya udah naik bikun duluan," katanya panjang lebar. Alamak, spesial betul saya sampai dijemput segala, pik

Catatan Perjalanan (Remedial) Merbabu

Siapa yang ada rencana ke Merbabu? Semoga tulisan ini membantu. BTW, ini dalam rangka perjalanan santai dan tidak diburu-buru, jadi waktu kamu sangat mungkin bisa lebih cepat dari waktu kami. Ini perjalanan kedua saya ke merbabu, sebagai bentuk remedial, karena tahun lalu, sepanjang perjalanan, diguyur hujan dan kabut dimana-mana. Perjalanan kali ini, cuaca sangat mendukung. remedial.. Done! 15 May 2014 18.30                 Meeting point di Kantin Psiko UI 19.00 – 20.30     Perjalanan Stasiun UI – Stasiun Senen (Commuter Line) IDR 3.500 21.30                 Makan malam di stasiun                                              IDR 10.000 22.00 – 06.50     St. Senen – St. Lempuyangan             (K.A Ekonomi Progo) IDR 50.000 petjjjaaaah!! 16 May 2014 06.50 – 08.15      Sarapan, bersih2, beli bekal makan siang                               IDR 22.000 08.15 – 08.30      Jalan kaki St. Lempuyangan – Term. Transjogja SMP 5 08.30 – 09.10      Term. SM

pagi syahdu itu

pagi syahdu itu, saat kamu terbangun karena suara bapak ibu yang sedang berbincang akrab di ruang makan. dan kamu kembali tertidur karena tidak ingin mengganggu perbincangan mereka. pagi syahdu itu, saat kamu terbangun karena lantunan gitar temanmu di teras depan kemudian kamu memilih untuk duduk di sebelahnya dan kembali memejamkan mata mendengarkannya bernyanyi pagi syahdu itu, saat kamu terbangun karena ada seseorang bernyanyi lagu katon bagaskara di luar tenda ketika matahari terbit. menikmati suaranya dan kembali tertidur di dalam tenda. pagi syahdu itu, saat kamu terbangun dan kamu dapati orang yang kamu kasihi ada di sebelahmu dan sedang tertidur pagi syahdu itu, saat kamu mendengar suara burung yang berkicau di kawasan sudirman saat kamu lari pagi. pagi syahdu itu, saat kamu terbangun karena mendapat pesan bahwa orang yang kamu kasihi pamit pergi. ralat, ini syahdu yang pahit. pagi syahdu itu, mendengar sayup-sayup lantunan adzan subuh dari masjid sebelah

kadang terpotong

kadang kita terlalu sibuk mempersiapkan potongan-potongan kecil. meletakkannya dengan rapi pada suatu kanvas besar. dan ketika kanvas besar itu sudah penuh, kita tergesa-gesa, berlalu pergi mengisi kanvas lain yang sudah menunggu, tanpa sempat mundur sejenak, memberi waktu untuk memandang kanvas dengan gambaran utuhnya, menemukan maksud dari sang pelukis. kadang kita terlalu sibuk dengan potongan-potongan kalimat singkat. segera bergegas ke halaman selanjutnya. tiba-tiba, kita sampai pada halaman terakhir, dan bergegas ke buku yang lain, tanpa sempat mengangkat kepala, menatap langit-langit kamar sejenak, memberi waktu untuk mendapat gambaran utuh dari seluruh rangkaian cerita, menemukan maksud dari sang penulis. kadang kita terlalu sibuk melalui hari. mengalami potongan-potongan kejadian, tergesa menuntaskan rencana, tiba-tiba, hari menjadi pagi kembali, tanpa sempat berhenti sejenak, melepaskan diri dari putaran waktu, menemukan tujuan dari rencana dan mendapat ga

heartless

Laila datang ke kamar Maya, dengan mata sembap. Atmosfer kamar berubah, bercampur antara aroma canggung Maya dan kegalauan Laila. Maya senang mendengarkan, tapi dia tidak piawai menghadapi orang yang menangis. Maya terdiam. "Lo kenapa, La?" Cuma tiga kata itu yang bisa terucap. "Nggak apa-apa," sambil mengelap matanya dan menatap kembali layar handphonenya. Maya semakin canggung. Memberi pelukan? Aneh rasanya. Menyalami Laila saja dia hampir tidak pernah. Pertemanan Maya dan Laila memang akrab, tapi tidak untuk hal-hal pribadi. Perbincangan hanya hal-hal yang ada di permukaan. Laila masih menangis tanpa suara sambil sibuk dengan handphonenya. Maya sudah mati canggung, akhirnya buku menjadi pelariannya, buku karya Bapak Sadono Sukirno. "Kalo mau cerita, cerita aja ya La," katanya sebelum membuka buku. Atmosfer kamar berubah, menjadi satu aroma, aroma kesedihan. Laila sedih karena masalah yang tidak pernah Maya ketahui penyebabnya. Maya sedih

pria si abang

"Bang, mana, coba liat dong foto cowo lo!" kata beberapa perempuan di suatu restoran jepang di  kawasan yang katanya kawasan premium di Jakarta. "Biasa aja kok, bentar ya gw cariin," dia menjawab sambil mencaro-cari foto di telepon genggam yang ada apelnya itu. Akhirnya dia menemukan fotonya, "niih, lebih tua dari gw 21 tahun." Telepon genggam apel itu pun berkeliling pindah tangan mengelilingi meja. "Kenal di mana bang?" Tanya salah seorang perempuan. "Di gym." Lalu terdengar paduan suara "ooooh" di sekeliling meja. "Bang, itu di belakang kita si X kan? Dia "juga"?" Seseorang berbisik agar tidak terdengar ke meja belakang. Di meja belakang ada seorang pria Indonesia dan pria asing yang lumayan tampan. "Iya," kata si abang sambil tersenyum. Ada forum di dalam forum. Di ujung meja, ada tiga orang yang memulai percakapannya sendiri. "Eh, ko yang jadi "cowo"

tangan kosong

datang dan pergi, ooh, memang hakikatnya begitu ternyata. bagian terpentingnya adalah,  ketika dia ada bersamamu, seutuhnya jiwa dan ragamu ada bersamanya. ketika dia pergi, biarkan dia pergi, pastikan dengan tangan kosong. tanpa ragamu, apalagi jiwamu.