Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2021

Kamar Sembunyi

Semua yang pernah singgah pasti tahu bagian beranda. Karena di sanalah gerbang pertama tempat dimulai perbincangan. Hal-hal yang ringan, yang gembira, dan fakta-fakta yang hampir semua orang tahu dibicarakan di sini. Obrolan di beranda seperti tempat screening  apakah ia akan mengajakmu ke dalam atau tidak.  Lalu bagaimana dengan bagian dalam rumahnya? Seperti rumah pada umumnya, ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Rumah sederhana tanpa ornamen apapun, yang ia pastikan bahwa segala peralatan di rumah itu memiliki fungsi. Oh, ada satu ruangan yang pintunya selalu tertutup rapat dan letaknya agak tersembunyi, ia menyebutnya Kamar Sembunyi. Di kamar inilah ia meletakkan bagian dirinya yang gelap, memori-memori yang mengerikan untuknya, penyesalan, dan ketakutan-ketakutan baik yang beralasan maupun tak beralasan.  Berpuluh-puluh tahun, tak ada satupun orang yang dibawanya ke sana. Ia merasa tidak perlu ada yang tahu kamar itu. Jika ia sendiri saja sesekali masih sesak napa

Yakin?

Bagaimana kamu bisa yakin? Salah satu pertanyaan yang cukup sering saya sampaikan ke teman-teman terdekat. Mereka hanya menjawab, ya yakin saja. Saya tidak pernah puas dengan jawaban itu. Bagaimana bisa meyakini tanpa ada penjelasan logis untuk salah satu keputusan terpenting dalam hidup.  Belakangan baru saya mengerti ketika pertanyaan itu dilemparkan seorang teman kepada saya, "Bagaimana kamu bisa yakin?" Saya terdiam sebentar, "Sejujurnya sulit untuk dijelaskan, tapi hatimu tahu. Itu aja ." Ia tampak tidak puas dengan jawaban saya, mungkin sama seperti ketika saya tidak puas dengan jawaban teman-teman saya dulu. Setelah dipikir-pikir kembali, sebenarnya bisa saja dicari banyak alasan yang logis kenapa bisa yakin, tapi balik lagi, itu "dicari-cari". Padahal, ketika yakin, ya yakin saja.  Hmmm, entahlah, ketika masih ada pertanyaan itu di dalam hatimu, mungkin sebenarnya hati kecilmu tahu bahwa kamu masih ragu. Ketika sungguh meyakini, pertanyaan ini tida

Cerita dari Gunung Agung

Gunung Agung, May 2021 Ketika kembali ke Bali, saya memang sempat terpikir untuk ke Gunung Agung, tapi karena sendiri, rencana awalnya adalah tektok bersama guide lokal. Saat bertemu Cen, dia bercerita bahwa beberapa minggu sebelumnya dia sudah ke Batur sendirian dan berencana ke Gunung Agung untuk merayakan ulang tahun. Karena satu dan lain hal, akhirnya diputuskan kami akan mendaki di hari kedua lebaran. Pendakian kali ini saya mendaki bersama Cen, Erik dan satu guide lokal, Yudha yang masih muda belia, baru dua puluh tahun usianya. Tim pendakian kali ini Hari H, kami bertemu di Alfamart Besakih untuk kemudian melanjutkan ke Pura Pengubengan, tempat parkir motor dan titik awal pendakian. Targetnya adalah camp di Pos 2. Dari Pura Pengubengan ke Pos 1 jalurnya masih lumayan landai, kami menghabiskan waktu satu setengah jam untuk sampai Pos 1.  Istirahat di Pos 1 Yang menguras tenaga adalah dari Pos 1 ke Pos 2. Jalurnya terjal, nggak ada ampun. Jalurnya mengingatkan saya pada Cikuray da

Tercekat

Ternyata, saya dan kamu bisa merasakan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. Senang, takut, dan khawatir bisa dirasakan di momen yang sama.  Ada saat dimana ketakutan dan kekhawatiran membuatmu sulit bernapas dan terasa sungguh nyata daripada realita itu sendiri. Kamu tercekat pada skenario yang hanya ada di kepalamu, padahal kenyataan yang ada di hadapanmu berkata sebaliknya. Kamu takut kehilangan pada hal-hal yang saat ini jelas-jelas berada di dekapanmu. Kamu takut gagal pada hal-hal yang sejauh ini sebenarnya berjalan baik-baik saja. Pikiranmu refleks merancang skenario terburuk sebagai respon atas suatu hal yang kamu anggap masalah. Entah karena alam bawah sadarmu membawamu pada momen-momen serupa yang pernah terjadi sebelumnya, atau karena survival instinct yang bekerja tidak pada tempatnya. Perasaan takut dan khawatir seperti pencuri, ia mengambil porsi kebahagiaan yang sedang kamu rasakan. Lain kali ia hadir, mungkin kamu perlu mengajaknya berbincang tentang maksud kehadiranny