Skip to main content

Teman, Tetaplah Berpetualang Tanpa Lupa Pulang!

Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut ulang tahun salah seorang teman jalan terbaik.

Perjalanan pertama kami adalah ke Bali lewat jalur darat, di tahun 2011. Saat itu usianya bahkan belum genap 20 tahun. Meskipun masih anak bawang, tapi dia selalu bisa diandalkan. Perjalanan setelah itu, dia selalu menjadi perencana perjalanan handal dan penuh perhitungan..

Dari luar, auranya memang seperti singa. Tapi kenalilah lebih dalam, maka kamu akan menemukan sosok helo kitty yang lembut luar biasa.

"Kesini yuk minggu depan?"
"Ayo!"

"Gw mau naik gunung X bulan depan, mau ikut gak?"
"Mau!"

"Gw pengen ngerayain ultah deh di gunung."
"Yaudah, ke Y aja yuk. Gw temenin."

"Pantai X bagus nih, camping kayanya seru."
"Berangkat!"

Dulu, iya dulu, begitu mudah merencanakan perjalanan. Hampir tidak pernah sekedar wacana. Tentukan tanggal, buat rencana perjalanan, lalu berangkat. Tidak sesering itu memang, tapi setidaknya saat libur semester, selesai UAS atau selesai UTS, perjalanan menjadi hadiah terbaik yang diberikan bagi diri sendiri.

Ada kebahagiaan tersendiri saat membuat rencana perjalanan. Mengusahakan perjalanan yang semurah, tapi senyaman mungkin punya tantangan yang berbeda. Hmm, tidak senyaman itu sih memang, tapi kisah dari petualangan dan perjalanannya jadi tidak bisa dilupakan begitu saja. Ada "kemewahan" yang tidak bisa dibeli.

Jalan kaki berkilo-kilo karena ojek dirasa terlalu mahal, membelah Yogyakarta dengan sepeda motor karena tidak sanggup menyewa mobil, menyusuri daratan pulau Jawa dengan kereta ekonomi, mabuk di kapal ferry, menghabiskan malam di bus dari Gilimanuk ke Denpasar, menerjang angin di mobil pick up. Kita tahu bahwa bisa tidur rebahan di kereta saat hampir mencapai tujuan akhir, nyamannya luar biasa. Kereta eksekutif? Saat itu membayangkannya saja kami tidak berani.

Ada kue brownies murah dan lilin mati lampu di kereta tambahan menuju Rinjani. Dua tahun berselang, ada segelas nata decoco di tengah Argopuro yang menyengat dengan selipan singkat ucapan selamat ulang tahun. Pernah juga menikmati pergantian tahun di Sukamantri dengan hujan yang tak kunjung henti. Sekali waktu, kami menyesapi angin dan ombak pantai Sawarna lewat tenda.

Menjelajah Goa Maria di Yogyakarta tidak luput dari rencana perjalanan. Walau kadang setelah sampai, kami hanya duduk-duduk atau rebahan sejenak. Teduh dan nyaman sekali berada disana.

Ada juga road trip ke Ciletuh yang rasanya tak kunjung sampai. Misa alam di Pasir Muncang. Perjalanan ekstrim di Gunung Salak. Disapa badai di Merbabu yang pertama. Ber"selo-selo" ria di Merbabu yang kedua. Hampir tersesat di Taman Hidup. Sakit di Plawangan Sembalun. Merayakan Cap Go Meh yang penuh sesak di Bogor. Bermain werewolf sampai larut malam di Gunung Kidul. Dan masih banyak lagi. Semua jalin menjalin menjadi kisah perjalanan yang patut disyukuri dan menyenangkan ketika teringat kembali.

Percakapan santai selama perjalanan. Debat singkat yang untungnya hanya sesaat. Obrolan malam yang ternyata cukup dalam. Hening yang mengalun di antara matahari tenggelam dan senyap malam. Saling menitipkan nyawa di tengah belantara. Berbagi haru saat menjejak puncak..

Kemudian waktu berlalu. Fase berubah. Usia bertambah. Kesibukan berbeda. Tuntutan tidak lagi sama. Akhirnya, sulit sekali melakukan perjalanan bersama. Perjalanan-perjalanan dulu itu menjadi kemewahan "mahal" yang tak terjangkau hari ini. Mungkin mewahnya seperti saat kita melihat kereta eksekutif dulu.

Teman, tetaplah berpetualang tanpa lupa pulang. Biarkan jiwa muda dalam dirimu tetap menyala! Selamat dua puluh lima. Semoga semakin bahagia bersama keluarga dan kekasih tercinta..

Comments