Skip to main content

One Step at a Time

Bisakah kamu merasakan ketergesaan saya? Ketidaksabaran saya. Berharap semuanya sesuai dengan ritme yang saya punya. Belum lagi masalah-masalah imajiner yang saya ciptakan. Sebagian saya mengetahui itu bisa jadi bukan masalah sama sekali, tapi sebagian saya yang lain mempercayai bahwa itu sungguh masalah yang harus segera diselesaikan, saat itu juga.

Suatu hari, seseorang pernah berkata, "Kalau saya bisa menggandakan sesuatu, saya ingin sekali menggandakan dirimu. Bukan untuk saya, tapi untuk dirimu sendiri. Sehingga kamu bisa menyadari betapa keras kepalanya dirimu, betapa egoisnya dirimu. Betapa kamu berharap semuanya harus berjalan sesuai maumu. Mungkin disitu kamu baru bisa menyadari, bahwa kamupun tidak sanggup menghadapi dirimu sendiri." 

Saat itu, dengan sombongnya saya menjawab, "Oh tentu akan sangat menyenangkan, saya akan memiliki seseorang yang sungguh mengerti apa yang saya maksud. Sungguh mengerti jalan pikiran dan alasan yang mendasari semua yang saya lakukan."

Akhirnya saya belajar bahwa ada sifat dasar dari dalam diri seseorang yang dengan siapapun dia berhubungan, sifat itu akan muncul ke permukaan. Belakangan saya menyadari, saya punya kecenderungan untuk surrender jika yang sedang saya jalani tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saya sudah membayangkan puluhan langkah ke depan tidak akan berhasil jika masalah yang ada di depan mata tidak segera diselesaikan. 

Pikiran bahwa diri sendiri tidak cukup baik, I am suck and I don't know how to deal with these problems membuat saya makin merasa buruk. Entahlah.

Jadi saya harus bagaimana?

Comments