Skip to main content

Persiapan Nikah Kilat

Lebih dari satu tahun saya tidak menulis di blog. Sekarang saya kembali, ingin bercerita tentang persiapan menikah saya yang super singkat dengan Cecen. Kami bertemu di Tegallalang, April 2022. Ia melamar di Rinjani pada bulan September, kemudian kami menikah di Bulan Desember di tahun yang sama. Mungkin terkesan buru-buru, tapi memang semua seperti sudah digariskan begitu saja. Begitu ringan, tidak banyak keraguan.

Dago, 23 Januari 2022

Saya bersyukur kami dipertemukan di usia yang tidak lagi muda, sudah sama-sama di atas 30 tahun. Saat ambisi dan keinginan pribadi yang menggebu-gebu dan hingar-bingar masa muda rasanya sudah cukup kami cicipi. 

‘Dulu sih sempet kepikiran nikah di gunung, tapi udah dilamar di gunung aja cukup. Haha. Saya ingin menikah yang sederhana aja, Cen. Yang penting resmi, syukuran sama keluarga dan temen-temen deket aja. Nggak perlu ada pelaminan, nggak perlu formal-formal,’ jawaban saya saat Cecen menanyakan pernikahan macam apa yang saya inginkan. Untungnya, ia juga berpikir hal yang sama. Saat mencari referensi, barulah saya tahu yang kami mau itu namanya intimate wedding. 

Seperangkat Alat Panjat

Kurang dari dua bulan kami menyiapkan semuanya. Kami sepakat bahwa tempat syukuran di Dago dan hanya mengundang 100 orang, 50 dari Cecen, 50 dari saya. Karena sedang pandemi, jadi lebih mudah berbicara ke orang tua, menjelaskan bahwa undangannya sangat terbatas.

1. Undangan
Karena ketika itu kami sedang di Bali, jadi Cecen ide untuk membuat undangannya di atas daun lontar, ia juga yang menggambar dan mencetak langsung. Kami hanya membuat satu undangan, lalu mengambil fotonya untuk kemudian dikirimkan melalui Whatsapp ke teman-teman terdekat. Biaya kurang dari seratus ribu rupiah. 

Daun Lontar, Gunung Rinjani, Benang Tridatu


2. Baju Saya
Saya ingin dress yang sangat sederhana tapi masih cukup layak untuk jadi baju pernikahan. Saya cari desainnya, kemudian menemukan yang bisa membuat dress wedding custom di Surabaya, Raveolux. Semua ukuran dikirim dari sini, tidak ada fitting, dan dalam dua minggu sudah jadi. Ketika sampai, perlu dilonggarkan sedikit, tapi untungnya memang sudah didesain untuk bisa mudah dikecilkan atau dibesarkan. Voila, jadilah wedding dress dengan harga kurang dari satu juta rupiah. 

Berpikir keras, daun dari buket bunga apa dari dekorasi yang jatuh..

3. Baju Cecen
Cecen ingin memakai jas dan celana cokelat. Jadilah kami berkeliling mall di Bali, keluar masuk toko pakaian. Kami menemukan jas yang Cecen mau di Uniqlo, kemudian menemukan celana yang senada di Zara, dan kemeja putihnya di Matahari. Kurang dari satu juta lima ratus ribu rupiah, dan celananya bisa dipakai harian sekarang.

Di banner itu gabungan gambar Cecen dan surat saya untuk Cecen yang dicetak terbalik 

4. Sepatu
Sampai H-7, saya masih bingung memakai sepatu apa. Sudah kepikiran memakai sepatu boots, tapi yang bagus mahal-mahal betul. Akhirnya Cecen mengirimkan link sepatu boots murah dari Shopee, seharga dua ratus ribu rupiah, saya suka desain dan tentu saja harganya. Hahaha. Cecen yang awalnya berencana menggunakan Docmart hitamnya akhirnya menggunakan Docmart cokelat dipinjamkan oleh temannya yang marah-marah karena baju dan sepatu tidak senada.

5. Venue
Awalnya kepikiran di Bali, tapi setelah dipikir-pikir lagi, mahal juga biaya pesawat untuk keluarga. Kalau di Depok, tempat yang paling OK saya rasa di UI, tapi kok masih belum sreg. Akhirnya diputuskan di Bandung, SwissBel Resort - Dago Heritage. Tempatnya sejuk, pemandangannya bagus, masih keliatan gunung-gunung, dan ditambah lagi harga paket weddingnya sangat sesuai. Sebenarnya kami mengambil seperti paket lunch buffet untuk 100 orang saja, tanpa printilan dekorasi, MC, fotografi, dll. 

Dekorasi dari Little Flowers, sebagai bagian dari hadiah pernikahan Nala & Gading untuk kami

6. Dekorasi
Kami berencana dekorasi yang sederhana saja karena memang acaranya hanya makan siang, diselipkan sekitar lima menit untuk sambutan dari Cecen dan saya. Setelah bertanya ke pihak hotel, bahkan dekorasi yang paling sederhana saja paling tidak perlu tujuh juta rupiah. Persis H-7, Cecen mengundang teman kuliahnya, Nala dan Gading. Gading memang memiliki usaha Little Flower, dekorasi pernikahan di Bandung. Ajaibnya, acara kami hari Minggu dan ternyata hari Sabtunya ia mendekor acara pernikahan di sana. Saat kami bilang kami belum ada rencana dekor, Gading dengan sangat baik hati menghadiahkan dekor untuk kami, yang sebagian diambil dari hari sebelumnya. Pasangan hari sebelumnya tidak keberatan. Kami tidak pernah membayangkan bisa memiliki dekorasi yang demikian cantik. 

Keluarga NaGa, Little Flowers Bandung

7. MC dan Fotografer
Teman-teman Cecen dengan senang hati mau membantu menjadi MC, mengisi acara, menjadi fotografer.  Lagu-lagu yang awalnya sudah kami siapkan di Spotify, tentu saja yang premium, karena malu kalau ada jeda iklan, akhirnya hampir tidak terpakai karena pada hari H teman-teman kami banyak yang mau menyanyi. 

MC yang lagi ulang tahun, Pak Wey

Pak Wey dan Pak Syaky, volunteer MC & Cameraman

8. Buket Bunga dan Wedding Cake
Dua hal ini tidak ada di list kami sampai H-3, Azki menanyakan apakah ini sudah ada. Teman-teman dari Prudential akhirnya yang dengan baik hati menyediakan ini. Buket bunga yang sangat cantik dan kue yang enak sekali dengan gambar tujuh gunung.

Gabut, nunggu dipotongin. Thanks to Azki & Kak Nina


“Ini kayanya mengsong, Cen”

Saya dan Cecen sangat berbahagia hari itu. Bisa berkumpul dengan teman-teman dan keluarga dekat, yang mungkin sudah dua tahun lebih tidak bertemu karena pandemi. Hari yang jauh lebih baik dari yang kami bayangkan.





Semoga kebersamaan saya dan Cecen bisa memberi kebahagiaan, setidaknya kepada kami satu sama lain, kepada keluarga dan teman-teman terdekat.

Comments