Skip to main content

Mendorong Sampai Batas




Seberapa sering kita mendorong diri sampai ke batas? Berusaha dengan segala daya dan upaya, sampai akhirnya tubuh benar-benar menyerah karena tidak ada lagi kekuatan yang tersisa. Ada kepuasan tersendiri ketika kita sudah sampai di batas itu, kepuasan yang hanya kamu dan seluruh ragamu yang bisa merasakannya. Berikutnya, kita mencoba membuat batas-batas baru yang lebih dari itu sampai mendorong diri ke batas menjadi candu.

Naik gunung membuat saya mampu mendorong diri sampai ke batas. Terus bergerak, selambat apapun, sambil meyakinkan tubuh bahwa kita masih bisa bergerak, sedikit lagi. Lalu seluruh tubuh menikmati setiap langkah yang perlahan semakin berat. Akhirnya, tidak ada kekuatan yang tersisa, selain memutuskan beristirahat sejenak.

Saya juga menjadikan berlari sebagai sarana mendorong diri sampai ke batas. Terus berlari, memaksa kaki dan jantungmu berpacu pada kecepatan tertentu, terus melaju, sampai seluruh tubuh menikmati lelahnya, sampai kaki tidak lagi mampu berayun di udara. Saatnya berjalan santai.

Ketika kuliah dulu, saya juga mendorong diri saya sampai ke batas dengan belajar. Memberi perintah pada otak untuk terus bekerja, mencoba memahami teorema A dan buktinya, sampai akhirnya tertidur atau menyerah dengan mencari penyegaran.

Saya rindu mendorong diri saya sampai ke batas. Mengusahakan yang terjauh yang saya bisa. Terlalu banyak kompromi akhir-akhir ini, terlalu sering memaafkan diri sendiri. Terlalu permisif pada diri sendiri. Saya rindu sensasi kepuasannya.

Comments

Post a Comment