Skip to main content

Pasti

Randu rebah di pangkuan Jati untuk pertama kalinya. Dengan canggung, Jati menyisiri rambut Randu yang tebal dan bergelombang dengan jarinya. 

"Saya tidak tahu apakah saya bisa merubah keputusan saya," Randu berbisik.

"Atau mungkin saya yang harus merubah keputusan saya," Jati membalas. Ia sedang menimbang-nimbang. Mungkin menunggu adalah salah satu bentuk usaha terakhir yang dapat dilakukan, karena tentu saja memaksa sama sekali bukan pilihan.

Seperti lari berdua yang selama ini menjadi ritual bersama Jati dan Randu. Meskipun keduanya memiliki pace yang berbeda, tapi mereka tetap bisa menikmatinya. Memaksakan yang lebih lambat mengikuti ritme yang lebih cepat hanya akan menyiksa salah satunya. Pilihan yang mungkin adalah menunggu di tempat yang dijanjikan, memperlambat pace salah satunya, atau menjemput yang tertinggal setelah sampai pada titik tertentu.

"Saya butuh kepastian darimu bahwa kita akan bersama-sama mengusahakan berada di garis finish, Randu. Tidak peduli seberapa lambat pace kita nanti, toh kita tidak perlu buru-buru dan yang terpenting adalah menikmati perjalanannya. Tidak harus juga kita mencapai garis finish jika memang tidak sanggup. Tapi saya butuh kepastian bahwa kita akan sungguh mengusahakannya," Jati meminta dengan seluruh sisa harapan yang ia miliki. 

Randu terdiam. Tidak bisa memberikan jawaban. Betapa dia mengasihi Jati, tapi kepastian bukan apa yang dia bisa berikan untuk saat ini.

Comments