Skip to main content

Terurai

Aku melihat seorang anak terduduk di sudut sendirian. Ia seperti tenggelam di tengah hiruk pikuk dunia yang begitu sibuk. Tatapannya kosong.

Aku mengambil tempat di sebelahnya. Dia tidak menghiraukan sama sekali. Aku memilih diam dan perlahan ikut tenggelam. Tiba-tiba, aku seperti masuk ke dalam kotak transparan, hanya ada aku dan anak itu. Aku bisa melihat apa yang terjadi di luar, tapi seperti di film bisu. Semua jelas, tapi tanpa suara.

Dia kemudian memandangiku, tatapannya yang tadi kosong berubah menjadi tatapan yang begitu hangat dan polos. Aku balas memandanginya. Kami seperti bercerita hanya lewat tatapan mata.

Tanpa sadar, tubuhku terguncang. Aku terisak. Dia tetap mematung di sana, memandang dengan mata yang begitu mendamaikan seolah mengatakan, "aku mengerti."

Kemudian dia memelukku. Erat. Erat sekali. Begitu hangat dan damai. Berangsur-angsur, aku tidak lagi merasakan apa-apa. Semuanya terasa ringan. Kami melayang. Anak itu sedikit demi sedikit terurai menjadi ribuan kupu-kupu. Di tengah kekaguman itu, aku merasa ada sesuatu yang merayap di tanganku. Aku pun teurai perlahan, menjadi daun-daun berwarna jingga. Tidak ada lagi rasa takut, tidak ada lagi rasa sedih, sedikit demi sedikit terurai sampai tidak lagi bisa merasakan apa-apa.

Comments

Post a Comment