Skip to main content

Jati dan Seroja

Jati sudah mati. Jati sudah mati. Jati sudah mati. Seroja merapal kata-kata itu dalam hati. Seroja tidak akan pernah lupa perpisahan terakhirnya dengan Jati. Perpisahan yang penuh amarah dan berakhir begitu saja setelah belasan tahun mengenal satu sama lain. 

Keduanya kini telah menjalani kehidupan masing-masing di 'dunia' yang berbeda. Ada garis batas imajiner yang mereka tahu tidak boleh dilewati karena akan ada chaos jika mereka berani melanggar garis batas itu. Mereka pernah melewati batas itu sekali, chaos terjadi, dan kini mereka harus menanggung akibatnya seumur hidup. 

Segala yang terjadi hanya tinggal kenangan. Tidak akan pernah lagi ada tegur sapa, tidak akan pernah ada lagi pertemuan, semuanya berhenti di hari perpisahan itu. Mereka nyata bagi satu sama lain hanya sampai hari itu. Sisanya hanya reka ulang peristiwa-peristiwa yang pernah mereka lalui bersama-sama. Betapa absurd. Orang yang pernah ada dalam kehidupanmu dengan sangat intens kemudian menghilang begitu saja tanpa pernah bisa kamu temui dan sapa lagi. Pengetahuan dan pengalamanmu dengannya hanya sampai hari itu. 

Jati duduk di hadapannya dengan senyumnya yang khas. Seroja bercerita tentang apa saja yang terjadi semenjak kepergian Jati, sampai akhirnya Seroja menghakhiri ceritanya dengan permintaan maaf, "Maafkan aku, Jati. Aku sudah memaafkanmu sejak lama." Jati mengangguk. Seroja merasa begitu damai.

Tiba-tiba Seroja terbangun dari mimpinya. Jati sudah mati. Jati sudah mati. Jati sudah mati. Ia terkulai di tempat tidur, merapal tak henti sambil tersedu. Entah kapan proses dukanya akan berakhir. 

Comments

Post a Comment