Skip to main content

Floor Warden



Saya dan seorang teman, Bek, baru saja menjadi volunteer dari departemen sebagai Floor Warden, yang bertugas untuk membantu evakuasi dari gedung jika ada gempa bumi, kebakaran, dan sejenisnya. Akan diadakan meeting untuk briefing semua Floor Warden dari tiap departemen di jam makan siang, lunch will be provided, begitu katanya.

Ka, nanti dateng meeting ini? Bareng dong.

Saya mengirim email ke Bek yang juga Floor Warden, dengan di bagian bawahnya terdapat undangan meeting dari seminggu yang lalu. Saya mem-forward tanpa membaca kembali isi emailnya, dan berasumsi bahwa meetingnya adalah hari ini.

Iya, dateng. Ok.

“Lo nggak beli makan siang, Ran?” teman saya bertanya.

“Nggak. Makan siang gratis hari ini,” jawab saya.

Jam makan siang tiba, saya dan Bek bergegas turun ke lantai dua. Saat membuka ruangan yang dimaksud, ternyata masih kosong. Aneh, padahal di undangan jam 12, tapi sekarang belum ada orang. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di tempat yang lain.

Saat sudah pukul 12.10, kami kembali ke ruangan itu. Sudah ada beberapa orang ternyata, 1 orang pria dan lima orang perempuan di sisi yang berbeda. Tapi yang aneh adalah mereka duduk lesehan di bawah. Hmm, mungkin akan ada simulasi, jadi tidak duduk di kursi, pikir saya.

“Ya ampun, rajin banget lo bawa agenda segala!” kata pria satu-satunya di ruangan itu kepada Bek.

Saya agak bingung dengan pernyataannya. Apa yang aneh dengan membawa agenda ke meeting. 

“Haha, siapa tahu ada yang mau dicatet,” jawab Bek.

Saya masuk dan memilih duduk di sisi perempuan berkumpul.

“Eh, cewe di sana, cowo di sini. Bukan muhrim!” kata pria tadi sambil menarik Bek yang mengikuti saya duduk di sisi wanita. Akhirnya Bek mengikuti pria itu, duduk di sebelahnya.

Sudah jam 12.15, yang berdatangan lebih banyak perempuan berhijab. Hmm, Floor Warden sebelumnya lebih banyak pria, tapi kenapa kali ini lebih banyak wanita ya. Pikir saya dalam hati.

“Eh eh, duduk sini aja. Sebelah lo kosongin, buat si A sama si B, ntar mereka juga katanya mau dateng!” kata si C. Kebiasaan umum wanita, reservasi tempat untuk teman.

Kebetulan saya tahu A, B, dan C. Mereka dari departemen yang sama. Aneh. Setahu saya, perwakilan departemen biasanya hanya dua orang, satu wanita dan satu pria. Ini kenapa tiga-tiganya wanita. Pasti ada yang salah.

“Mba, maaf, ini acara apa ya?” akhirnya saya memberanikan diri bertanya.

“Ini acara tausyiah bulanan kan,” jawab C singkat.

Dang! Terbukalah mata saya. Terjawablah keanehan dari semua ini. Kenapa duduk lesehan, kenapa membawa agenda dianggap aneh, kenapa pria dan wanita duduk dipisah, kenapa lebih banyak wanita dibandingkan pria, kenapa hampir semua perempuan yang hadir berhijab…

Tausyiah adalah acara keagamaan dalam Islam. Saya juga kurang tahu persisnya seperti apa. Mungkin semacam siraman rohani.

Saya ingin tertawa, “Ini bukan meeting Floor Warden?”

“Lah, bukan. Beda ruangan mungkin?”

Saya meneriaki Bek yang di ujung sana sedang sibuk bermain game di smartphone yang ada logo apelnya, “Kak, ini acara Tausyiah!”

“Hahaha…” dia tidak menanggapi saya, dikira saya bercanda karena pria dan wanita duduk terpisah.

“Ih Kak, beneran,” saya mempertegas.

“Ini beneran acara Tausyiah?” katanya melupakan gamenya, bertanya ke pria yang ada di sebelahnya.

Akhirnya, dengan bingung, kami keluar dari ruangan itu, dan segera kembali ke meja untuk mengecek email.

Meeting tanggal 20 April 2015, jam 12.00. Hari ini adalah tanggal 21 April 2015. Kami salah hari, harusnya meetingnya kemarin!

“Nggak jadi makan siang gratis, Ukhti Rani?” teman saya meledek. Hahaha.

Untung saya bertanya sebelum ustad/ustadzahnya hadir. Untung kami keluar sebelum acara dimulai. Lain kali, tandai di kalender begitu dapat undangan.

Comments