Skip to main content

Climbing

Kegiatan outdoor dan olahraga ekstrim sedang booming beberapa tahun terakhir. Kalau dahulu hanya komunitas atau penggiat dari kalangan tertentu yang bisa terlibat, sekarang banyak pihak yang sudah membukanya untuk umum, sebagai bagian dari usaha komersil mereka, termasuk climbing. Di Tangerang sana, ada fasilitas climbing indoor yang terbuka untuk umum. Saya mencobanya awal Desember kemarin.

Setelah tujuh tahun berlalu, ini pertama kalinya saya kembali ke papan panjat. Tempatnya lumayan menyenangkan. Di lantai dua ada tempat untuk latihan bouldering. Di lantai empat, untuk latihan panjat. Ada berbagai level kesulitan, mulai dari very easy sampai Cry. Segala peralatan, dari sepatu, harnest, dll sudah disiapkan. Disediakan juga petugas belayer, yang siap sedia memandu dan menjaga kamu selama memanjat. 

Mas belayer bertanya kepada saya, "Mba dulu anak sispala ya?"
"Kok tahu mas? Pernah ketemu gitu dulu?" Saya ingat, sispala kami beberapa kali melakukan latihan bersama dengan sekolah lain. Mungkin dulu kami pernah bertemu.
Dia hanya menjawab, "Oh, nggak. Nggak apa-apa. Tahu aja." 

Hmmm. Pertanyaan itu membuat saya kembali ke masa-masa SMA saat saya masih aktif di Sispala, Ekstanba tepatnya (tapi sekarang sudah tidak pernah datang untuk kumpul. Yayaya, saya alumni durhaka). Dulu kami suka latihan panjat di Pusgiwa PNJ atau di Kappa UI, sore-sore sepulang sekolah. Teman-teman yang pria akan memasangkan alat dan menjadi belayer. Yang memang berbakat, akan latihan intensif. Saya yang tidak terlalu berbakat, sekali latihan, paling hanya dua atau tiga kali mencoba, selebihnya berbincang, beli gorengan atau makan warteg, kemudian makan ramai-ramai. Lewat kegiatan-kegiatan seperti inilah rasa kekeluargaan itu makin terbentuk.

Pernah menonton film Richie Rich? Saya menontonnya siang ini. Di film itu, ada adegan dimana Richie berlatih baseball dengan orang-orang terlatih dan alat yang serba modern. Esoknya, dia melihat sekumpulan anak-anak pinggiran kota yang bermain baseball dengan begitu bergembira. Kemudian dia sadar, ada sesuatu yang tidak dia dapatkan dari latihan baseballnya. 

Yaaa, demikian kira-kira. 

Di kantor sehari kemudian setelah latihan panjat, saya sedang menunggu lift untuk turun makan siang. Tiba-tiba seorang berpakaian teknisi melintas di hadapan saya. Wajahnya rasanya familiar. Saar dia sudah berlalu, saya baru ingat bahwa dia adalah belayer yang bertanya tentang sispala kemarin. Kebetulan?

Comments