Skip to main content

Kehilangan yang Semu di 2018

Sewaktu sekolah, saya sering ditegur ibu karena lupa membawa pulang tempat makan. Iya, biasanya diletakkan di kolong meja kemudian lupa dibawa pulang. Nasib menyedihkan serupa terjadi pada toples, sendok, tempat minum, dan peralatan lain yang saya bawa keluar, biasanya mereka tidak pernah kembali ke rumah.

"Untung saja kepalamu nempel, kalau nggak, pasti ketinggalan juga," Kata Ibu dengan nada campuran antara kesal, agak putus asa, tapi juga sedikit bercanda.

Kalau diingat-ingat, tahun 2018 kalau orang jawa bilang pelupa dan teledor saya unbelievable.

1. KTP

Kuartal satu tahun 2018, saya baru sadar kalau KTP saya tidak ada ketika mau meeting ke client yang masuk gedungnya harus menyerahkan KTP. 

Saya merasa sudah mencari ke semua penjuru mata angin, mulai dari meja kantor, tas, kosan, sampai tanya ke orang rumah, tapi ternyata jawabannya nihil. Saya mencoba mengingat-ngingat dimana terakhir saya menggunakan KTP itu. Dengan ingatan yang terbatas, saya menyimpulkan KTP saya lenyap setelah saya meeting di gedung yang harus menyerahkan KTP, hmm, mungkin jatuh di taksi.

Saya segera menghubungi Ibu saya untuk minta dibuatkan KTP baru, padahal KTP yang hilang itu adalah e-KTP yang baru saya terima tidak lebih dari dua bulan sepertinya. Dengan satu tarikan napas panjang dan posisi kuda-kuda, beliau bilang, "Itu KTP baru aja kamu terima. Orang-orang banyak yang belum terima e-KTP, kamu udah ngilangin." 

Di berita memang sedang santer kasus korupsi e-KTP dan banyak warga yang protes karena blanko KTP habis di banyak kelurahan.

Sebelum KTP jadi, karena saya tidak punya SIM, saya menggunakan paspor. Untuk naik kereta ke luar kota atau pesawat yang dalam negeri pun saya menggunakan paspor. Tidak sedikit petugas yang bingung saat saya menggunakan Paspor.

Akhirnya, setelah berbulan-bulan lamanya, berkat usaha ibu, KTP saya jadi di tengah-tengah kasus korupsi e-ktp dan langkanya blanko KTP. Sampai pada suatu pagi, saya menggunakan blazer yang sangat jarang saya gunakan. Saat merogoh kantong, Eureka! Ternyata KTP yang diduga hilang ada disana. Tiba-tiba, terang-benderanglah semuanya. Saya ingat, blazer ini yang saya kenakan di hari saat KTP saya raib. 

Seisi rumah hanya bisa tersenyum kecut saat tahu KTP saya ditemukan di blazer yang sangat jarang saya gunakan.

Sisi positifnya: Saya jadi punya dua KTP sekarang. Satu disimpan di rumah untuk cadangan. Atau bisa juga untuk digadai di warteg jika sedang tanggal tua. 

2. Dompet

Sabtu malam, di Bulan Juni, saya dan empat saudara perempuan saya makan di suatu Mall di pusat kota. Saudara-saudara saya yang lain pulang ke rumah, sementara saya kembali ke kosan. Sampai di kosan, barulah saya sadar kalau dompet saya tidak ada.

Singkat cerita, dompet itu tidak terbawa oleh mereka dan tidak ada di tas. Dompet dan segala isinya, mulai dari uang yang jumlahnya tidak terlalu banyak, ATM, kartu kredit, kartu commuterline, kartu transjakarta, NPWP, kartu rumah sakit, sampai kartu dunkin hilang semua. Ooh, satu hal yang saya syukuri, KTP saya sedang di Abang untuk didaftarkan acara lari, jadi dia tidak ikut hilang.

Esoknya, saya ditemani Abang, kembali ke Foodcourt dan bertanya ke security dan pihak pengelola. Setelah menunggu hampir setengah jam, petugasnya bilang kalau tidak ada karyawan mereka yang menemukan dompet. Mereka akan periksa cctv dan akan segera dikabari jika ada update

Hari Senin, saya memblokir semua kartu penting lalu datang ke berapa bank untuk membuat kartu baru. Karena KTP nya ada, jadi saya tidak perlu ke kantor polisi untuk mengurus surat hilang. Senin itu juga, petugas foodcourt mengirimkan potongan video cctv dan bertanya apakah itu saya. Ah, rupanya beliau sungguh ingin membantu dan tidak sekadar basa-basi. Ketika saya buka videonya, yang muncul adalah sosok perempuan berambut panjang, memakai dress hitam, tinggi semampai yang tentu saja itu bukan saya.

Akhirnya saya pun mengucapkan terima kasih dan mengatakan tidak usah diteruskan pencariannya, karena toh semua kartu sudah diurus, kecuali NPWP dan kartu dunkin tentunya.

Satu bulan kemudian saya sudah membeli dompet baru dan mendapatkan semua kartu penting saya kembali. Di suatu pagi, saat saya sedang mencari dompet baru di tas, betapa kagetnya saya karena yang saya temukan adalah dompet lama. Teronggok di satu bagian tas yang hampir tidak pernah saya buka seumur-umur tas itu digunakan. Isinya lengkap, selengkap-lengkapnya ketika hilang dulu. Jadi, semua kartu saya double sekarang, bedanya, ATM & kartu kredit tidak bisa digunakan karena sudah diblokir.

Saya dirundung perasaan bersalah kepada petugas foodcourt dan Abang yang sudah saya repotkan. 

"Bang, dompetnya ketemu di tas. Maafin ya.."
"Jangan minta maaf sama aku, minta maaf sama mas-mas foodcourt yang udah puter-puter cctv dan tanya ke karyawannya satu-satu.."

Saya cuma bisa meringis.

3. Ijazah & Transkrip Nilai

Kalau ini, baru terjadi akhir-akhir ini. Paniknya lebih dari yang sebelum-sebelumnya. Kenapa? Karena KTP bisa dibikin lagi, kartu ATM bisa diurus, tapi ijazah? Saya ingat betul, sebelum lulus sudah diwanti-wanti kalau kampus tidak akan mengeluarkan ijazah asli dua kali. Jika hilang, hanya bisa dikeluarkan surat keterangan dan legalisir, bukan yang aslinya.

Seingat saya, saya meletakkan Ijazah dan Transkrip Nilai bersama akte kelahiran dan sertifikat-sertifikat lainnya. Loh, kok tapi yang ada cuma akte kelahiran dan lain-lain tanpa ijazah dan transkrip. Saya cari di kantor mungkin terselip bersama dokumen lain, tidak ada. Saya cari di kosan, tidak ada. Saya tanya ke keluarga di rumah, mereka sampai membongkar semua dokumen, gak ada juga. 

Beberapa bulan lalu, saya mensortir dokumen-dokumen di kosan dan membuang yang tidak perlu. Apa jangan-jangan terbuang? Matilah. Ah, tapi masa saya seceroboh itu. Hmm, mungkin juga. Ah, tapi masa iya.

Saat saya mau masuk ke kamar mandi kosan, tiba-tiba saya melihat tas yang isinya laptop rusak ketika saya kuliah dulu. Iseng, saya buka, aha! Ternyata dia ada disana. Berdua-dua di dalam map plastik batik. 

"Saudara-saudara, ijazah saya sudah ditemukan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mohon maaf untuk ketidaknyamanan dan kerepotan yang timbul atas keteledoran saya." Demikian pesan yang saya kirim untuk orang rumah.

Dari tiga kasus diatas, keterlaluan dan unbelievable kan teledor dan pelupanya. Masalahnya bukan saya sendiri yang jadi repot, tapi banyak orang yang jadi dibuat repot juga. 

Mereka gak benar-benar hilang, cuma kamunya aja yang gak sadar kalo dia selalu ada di sana, menantimu untuk ditemukan. Eaaa. 

Lebih-lebih dari keledai ya. Keledai bahkan gak dua kali jatuh di lubang yang sama. Hmm, saya harus bener-bener berubah buat lebih rapi dan komitmen untuk meletakkan barang dengan nggak asal.

Rasanya perlu dimasukkin ke spreadsheet resolusi 2019. Kita lihat nanti akhir tahun depan, apakah sungguh resolusi atau sekadar delusi dan wacana belaka.

Comments