Skip to main content

Hitam Putih Tiga Puluh

Genap tiga puluh di Rinjani.
Kali ini saya akan bercerita singkat tentang pendakian saya dan Cen ke Rinjani awal September lalu. 


Perjalanan dimulai dari Bali, menggunakan motor sewaan, menuju Lombok.
Perjalanan dimulai pukul sebelas malam dari Ubud menuju Pelabuhan Padang Bai.
Motor inilah yang akan menemani kami menyeberang dan mengelilingi Pulau Lombok.


Setelah empat jam di tengah laut, subuh kami sampai di Pelabuhan Lembar, Lombok.
Tidak langsung ke Lombok Timur, kami ke selatan dulu mampir di Pantai Mandalika menghabiskan pagi di sana. Setelah itu, kami menyusuri pantai lombok dari selatan ke Utara untuk bisa sampai Sembalun.


Pukul tiga sore kami sampai basecamp. Keesokan harinya, kami baru memulai pendakian.
Ini barang yang akan kami bawa selama pendakian. 
Rencananya, kami akan mulai mendaki melalui Sembalun kemudian turun melalui jalur Torean.

Sembalun terkenal dengan jalurnya yang cantik dan terbuka. Sepanjang perjalanan ke Plawangan, kamu akan disuguhi dengan savana hijau yang memanjakan mata.

Menuju Pos 3. Jalan masih panjang katanya. Setelah ini, kami akan disambut dengan Tujuh Bukit Penyesalan. Sepanjang perjalanan, cuaca cerah, kecuali ketika hampir sampai di Plawawan, kabut turun dan mulai gerimis.

Ini adalah Danau Segara Anak dari Plawangan Sembalun. Tidak ada puncak di pendakian kali ini.
Saya dan Cen memang ingin mendaki santai dan tidak berniat ke Puncak.
Jadi, kami bisa lebih lama menikmati Plawangan sebelum akhirnya turun ke Danau.

Ini adalah Bang Amed. Pahlawan kami di pendakian kali ini.
Masakannya enak, kopi buatannya mantap, jalannya cepat.
Pendakian kami tanpa Bang Amed rasanya lapar pasti. Haha.

Setelah dua jam menuruni Plawangan yang berbatu, akhirnya ada jalan yang lebih ramah untuk kaki.
Selama perjalanan menuju Danau, cuaca berganti-ganti. Dari cerah, berkabut, gerimis, sampai cerah lagi.

Jam dua belas siang akhirnya kami tiba di Danau Segara Anak. Kami akan menginap satu malam di sini. Banyak yang memancing di danau karena memang tidak dilarang. Kami sempat mencicipi ikan goreng yang ditawari oleh salah satu pendaki. Rasa ikannya segar dan dagingnya manis.

Pukul delapan pagi, kami sudah mulai turun melalui Jalur Torean. Ini adalah kali pertama kami melalui jalur ini. Pemandangannya tidak kalah cantik dari Jalur Sembalun.
Ada tebing, air terjun, sungai, mata air. Ingin rasanya berlama-lama untuk duduk-duduk santai. 

Sekitar jam sebelas kami sampai di lembahan, ada sungai di sana dengan air yang hangat.  Setelah melewati tempat ini, kami perlu agak mendaki lagi sampai akhirnya masuk ke pintu hutan.
Jam lima sore akhirnya kami tiba di pintu keluar Torean. 

Pendakian selesai. Luar biasa menyenangkan. Jika saya kilas balik kembali pendakian ini, banyak momen-momen yang menghangatkan jiwa.
Mengutip Cen, 'Sugema'.

Comments