Skip to main content

Duo Fransiska go to Nepal - At The End of Universe

Perjalanan ini terlaksana akhir Oktober 2014 sebenarnya, tapi baru sempat saya tulis ceritanya sekarang.

Rani Fransiska dan Fransiska Wuri, duo Fransiska, ini pertama kalinya kami akan menjejak ke luar negeri, Nepal. Ada perasaan seru-seru ngeri sebelum berangkat. Mungkin terdengar norak, tapi apapun itu, kalau untuk yang pertama kalinya, pasti akan punya kesannya sendiri. Flight kami jam 06.30 pagi, tapi karena kami takut ketiduran dan akhirnya malah batal jalan-jalan, kami sudah tiba di bandara dari jam 12 malam. Hahaha.

Singkat cerita, ini hari keempat kami di Nepal. Kami ke Nagarkot, tempat dimana kami bisa melihat gugusan Himalaya dan pucuk Everest dari tempat kami menginap. Saat masih di Jakarta, kami memang sudah memutuskan akan menginap di Hotel At The End of Universe, ujung semesta. Namanya terdengar sangat berkesan, kan?

Sooo happy when we found this!


Begitu sampai di Nagarkot, kami langsung mencari hotelnya. Kami begitu bahagia saat menemukan hotel ini, ada sensasi tersendiri saat menemukan tempat yang sudah direncanakan akan didatangi yang selama ini hanya kami lihat lewat internet.

Kami langsung ke receptionist dan menanyakan ketersediaan kamar. Ternyata kamar yang untuk dua orang sudah habis, hanya tersisa yang berupa pondokan seharga 40USD, atau sekitar 450 ribu rupiah. Ini rekor hotel termahal selama di Nepal, biasanya kami menginap di hotel yang harganya hanya 100ribu per malam. Tapi karena tempat ini sudah masuk list kami, jadi kami memutuskan untuk tetap menginap di tempat ini.

Ini pondokan tempat kami berdua, yang harusnya bisa untuk minimal enam orang.
Bisakah kamu membayangkan, kita duduk di beranda itu, menikmati udara dingin dan mentari pagi sambil menyesap teh hangat? Lagu Today milik John Denver mengalun menggenapi pagi kita yang syahdu.  

Nawa, sang receptionist pria, membawa kami untuk melihat pondokannya. Pondokan ini terdiri dari dua lantai, bernuansa kayu, dan banyak lilin-lilin. Ah, pondokan ini terlalu romantis untuk kami nikmati berdua saja.

Saat kami sedang menaiki tangga ke lantai dua, tiba-tiba Nawa bertanya, "What is your relationship? You and her."

"We are friends," kata saya mantap.

"When it was started?" Nawa seperti menginterogasi dengan senyum dan kerlingan mata yang aneh.

"Since 5 years ago, maybe. We studied in the same university," kali ini Siska yang menjawab.

"Oooh.." Dia masih tetap dengan senyum anehnya yang mencurigakan tapi tetap ramah.

"Sial, kita kayanya dikira lesbong deh, Ran!" Kata Siska pada saya dalam bahasa Indonesia.

"Wasuuuu, ini kamar terlalu romantis buat kita berdua kayanya, makanya dia curiga."

"What are you talking about? Did you talk about me?" tanyanya saat dia mendengar kami berbincang dalam bahasa Indonesia.

"Hahaha, no. This hotel is very beautiful," jawabku.

Di akhir, Nawa mengingatkan kami bahwa kami bisa melihat sunset dari halaman hotel dan besok pagi, kami bisa melihat matahari terbit dan pemandangan everestnya.

Sisa - sisa sunset yang tertinggal


Belum beruntung, saya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, dan begitu selesai, ternyata sunsetnya sudah hampir selesai. Pelajaran berikutnya, mandi bisa ditunda, tapi sunset tidak.

Malamnya ternyata sangat dingin. Kami diberikan arak tradisional oleh Nawa yang baik hati. Araknya enak dan cukup menghangatkan. Saat sudah agak malam, kami kembali ke pondokan kami yang romantis itu.

"Lilinnya gak usah dinyalain ya, Sis? Pake lampu aje."

"Iye gak usah. Ntar makin romantis kita. Kenapa mesti lo yang ada di sini," katanya berseloroh.

Melihat pondokan yang sebesar ini sepi, membuat saya membayangkan, betapa serunya bila sahabat-sahabat yang lain ikut serta. Mungkin kami bisa menghabiskan semalam suntuk untuk bermain kartu, atau sekedar bercerita apa saja. Tak berapa lama kemudian, saya dan Siska tertidur, dengan angan masing-masing.

Restaurant at The End of Universe

Paginya, kami bersiap untuk segera melihat matahari terbit dan pucuk everestnya. Yuhuhuuu. Ternyata sudah ada beberapa orang juga yang menanti di atas sana. Tidak seindah yang saya bayangkan memang, tapi, ini tetap luar biasa. Menambah daftar tempat melihat matahari terbit di umur 23.

Jadi, nikmati saja perjalananannya, karena semua akan baik-baik saja.

Baju hadiah ini sengaja saya bawa, untuk melihat pucuk Everest yang sangat kecilllll... Fransiska, 23.

Comments

  1. Kalau aku diajak mestinya romantis sungguhan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, at least gak akan disangka suka 'sesama', Mas.

      Delete
  2. Uuu keren bingitzz raniiiiii. Berani bgt lu berdua aje kesono. Pondokannya so sweet abis. Ceritain juga dong lu pade ngabisin duit berape ksonoh. Duhhh kereenn x)

    ReplyDelete
  3. Semua keberanian ini berawal dari ekstanbaaaa!!! Jaya.. Haha.

    Di sini nih rincian duitnye bo..
    http://di-beranda.blogspot.com/2014/12/itinerary-nepal-2014.html

    ReplyDelete

Post a Comment