Skip to main content

I am a Killer

I am a Killer adalah serial Netflix yang minggu ini sedang saya tonton. Serial ini terdiri dari dua Season dan mengisahkan tentang orang-orang yang dijatuhi hukuman mati di Amerika Serikat. Setiap episode menceritakan pelaku yang berbeda. Tidak hanya pelaku yang akan diwawancarai dan menceritakan kronologinya, tetapi ada juga detektif, pengacara, dan hakim yang ketika itu menangani kasusnya, bahkan ada juga keluarga atau sahabat korban yang ikut diwawancarai. Hampir semua kasusnya adalah pembunuhan berencana.

Kalau hanya melihat headline berita pembunuhan berencana yang dilakukan dengan sangat brutal, yang pertama kali terbayang di pikiran saya adalah, "Kok tega ya." Setelah melihat serial ini, ada beberapa sisi lain yang akhirnya saya tahu. Pembunuhan tentu saja sisi yang hitam dan tidak pernah bisa dibenarkan, tapi kisahnya bisa dilihat dari berbagai sisi. Untuk satu kasus, setiap yang diwawancara memberikan kisahnya masing-masing, ada yang beririsan, dan ada yang sungguh baru atau bahkan bertolak belakang. Setiap orang memiki persepsi dan kebenarannya masing-masing, yang bisa jadi keduanya 100% benar. Mungkin tidak hanya untuk kasus pembunuhan, tapi berlaku secara umum, bahwa semua harus dipandang dari berbagai sisi. Kebenaranmu, kebenaranku, meskipun bertolak belakang, bisa jadi keduanya benar. Hanya sudut pandangnya aja yang beda. Tinggal bagaimana kemauan kita untuk melihatnya secara menyeluruh. 

Kebanyakan pelaku adalah korban kekerasan dan pelecehan seksual ketika mereka masih anak-anak. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan kejahatannya ketika masih di bawah tujuh belas tahun.  Keluarga yang seharusnya jadi tempat yang paling aman, malah jadi tempat yang paling traumatis. Orang tua yang seharusnya jadi sumber kasih sayang pertama, malah yang memperlakukan mereka pertama kali secara nggak manusiawi.

Make love yang akhirnya menghasilkan anak ini harusnya didasari love dan anak itu adalah wujud love itu sendiri buat orang tuanya. Sudah lahir kok nggak bertanggung jawab. Ini saya misuh-misuh sendiri dalam hati waktu denger bagaimana mereka disiksa atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Itu anak nggak pernah minta dilahirkan loh. Apalagi kalau ditayangkan foto-foto mereka waktu kecil yang senyum polos dan nggak tahu bahwa kemudian hari mereka akan dicap monster oleh masyarakat. Seenggaknya, ini jadi pengingat buat diri sendiri. Memang nggak ada orang tua yang sempurna, tapi ketika memutuskan untuk mau punya anak, harus dipikirkan baik-baik apakah sungguh sanggup dan mau bertanggung jawab seumur hidup jadi versi terbaik dari diri sendiri untuk jadi orang tua.

Psikolog yang diwawancarai bilang kalau memang korban kekerasan sejak kecil itu nggak semua jadi pembunuh, dan perbuatan mereka nggak bisa dibenarkan. Tapi mereka adalah golongan orang-orang yang ada di tepi, dan sangat mudah bagi mereka untuk jatuh ke jurang. These people are on the edge, and very easy for them to fall from the cliff. Begitu katanya. Pembunuhan yang paling brutal biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menyimpan kemarahan, kekecewaan, dan diperlakukan secara nggak manusiawi secara berkepanjangan. Mereka harus hidup dengan beban penyesalan seumur hidup dan kebanyakan juga bilang kalau kisah itu terus keinget setiap hari seumur hidup mereka.

Satu kisah yang paling saya ingat adalah Season 2 episode Pyro Joe, pelaku pembunuhan brutal yang jadi korban kekerasan oleh bapak ibunya. Dia bilang, ternyata penjara jauh lebih baik daripada rumah dan sayangnya saya harus membunuh orang lain dahulu untuk tahu kalau ada tempat yang lebih baik dari rumah. Kasusnya ditinjau lagi dan dia dapet keringanan dari hukuman mati jadi penjara seumur hidup. Kalau banyak pelaku lainnya berharap bisa bebas bersyarat, dia sudah sangat bersyukur untuk bisa dapat hukuman seumur hidup dan mengabdikan dirinya untuk aktif di komunitas penjara dan melayani sesama narapidana disana.

Di tiap episode, hampir semua keluarga atau teman korban juga diwawancara. Kebanyakan mereka nggak bisa memaafkan pelaku dan menganggap hukuman mati adalah hukuman yang adil. Ini sangat bisa saya mengerti karena nggak ada yang bisa pelaku lakukan untuk bikin anggota keluarga mereka hidup lagi. Yang saya takjub dan masih nggak ngerti adalah ada ibu kandung yang bisa maafin pelaku yang bunuh anaknya, bahkan bisa rutin telepon dan ngasih support buat pelaku. Ada juga kakak yang sudah bisa maafin pelaku untuk adiknya yang dibunuh. Nggak kebayang hati dan kasih sebesar apa yang mereka punya. 

Comments