Skip to main content

Souvenir

Pertengahan minggu ini, seorang sahabat meminta saya untuk menuliskan semacam rangkuman kisahnya untuk dituliskan di souvenir pernikahannya nanti. Aduh, tentu saja dengan penuh sukacita saya akan mempersiapkan, meskipun kalau nanti akhirnya nggak kepake. Kisahnya memang tidak selinear yang saya sampaikan berikut, tapi sungguh saya belajar dari pasangan ini bahwa yang tulus, tanpa pamrih, dan diperjuangkan, dalam kisah ini akhirnya menjadi 'saling'.


There are no strangers here, only friends who haven’t met. Tagline di komunitas tempat kami bedua bertemu. Berawal dari sesama mahasiswa baru di Fakultas MIPA yang memutuskan untuk sama-sama aktif di Keluarga Mahasiswa Katolik, kemudian menjadi pengurus di komunitas tersebut yang mengharuskan kami bekerja sama dan berkomunikasi dengan sangat intens. Dari sebatas saling kenal, kemudian berteman, hingga akhirnya kami bersahabat baik bahkan hingga salah satu dari kami memutuskan melanjutkan sekolah di luar. 

Jika melihat kembali jejak-jejak itu, rasanya seperti kumpulan kebetulan. Ah, tapi mungkin bukan kebetulan. Tuhan memberikan jalan, dan dengan kehendak bebas, kami memilih menelusuri jalan itu, mengusahakan untuk menghadirkan kasih yang tulus bagi satu sama lain, hingga akhirnya memutuskan untuk lebih dari bersahabat di tahun kesepuluh sejak pertama bertemu.

Satu hal yang selalu kami doakan, semoga kebersamaan kami membuat kasihMu semakin nyata, tidak hanya bagi kami, tetapi juga bagi keluarga, sahabat, gereja, dan masyarakat. 

Comments