Skip to main content

Nomaden Jilid II - Hari 21

Pagi di Tegallalang

Halo! Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan nomaden saya yang sudah nggak nomaden - nomaden amat. Seminggu pertama, saya tinggal di Tegallalang, kemudian seminggu selanjutnya di Seminyak, lalu kembali ke Tegallalang. Untuk selanjutnya, saya memutuskan untuk kembali menjadi anak kos di sini sampai batas waktu yang belum ditentukan.

di-beranda

Awalnya sempat kesulitan mencari penginapan jangka panjang yang nyaman dan sesuai budget. Bahkan sampai hari H, saya masih belum mendapatkan penginapan dan akhirnya survey langsung ke beberapa tempat dengan door to door. Beruntung sekali, saya langsung mendapatkan tempat tidak jauh dari tempat pertama kali saya datang. Tempatnya sangat nyaman, semacam private villa yang berdinding kaca, dengan beranda dan taman yang luas, dan kamar mandi semi-outdoor yang kalo mandi malam-malam bisa langsung melihat bulan purnama. 

Kanan-kiri penginapan ini masih sawah, bahkan ada kandang kerbau yang baunya semerbak kadang-kadang sampai ke beranda. Di beranda inilah workstation saya dari pagi sampai siang. Siang ke sore saya harus pindah ke dalam karena sinar mataharinya terlalu panas, untungnya ada kursi dan meja juga di dalam. Saat matahari tidak terlalu panas, saya akan kembali ke luar.    


Karena tamannya yang luas, bahkan tenda bisa didirikan di sini. Nggak camping juga sih, hanya memastikan tenda kiriman dari Jakarta aman untuk dibawa ke pendakian Gunung Agung nanti.


Yang paling menyenangkan dari tempat ini bagi saya adalah berandanya. Pagi bisa duduk-duduk sambil menulis atau membaca, diiringi kicauan burung, atau sekedar bengong melihat langit pagi. Malamnya masih ada kunang-kunang, dan kalau langitnya tidak sedang berawan, bintangnya masih sangat terlihat jelas. Beranda ini sungguh serbaguna. Bisa jadi ruang kerja, ruang tamu, dapur, bahkan ruang makan. 

Hmm, sebentar lagi lebaran. Nggak sabar menunggu kiriman kue dari keluarga di Depok. Cieee akhirnya saya jadi anak rantau. Hahaha. 

Comments