Skip to main content

Cerita dari Banyuwangi

Taman Nasional Baluran, 2018

Kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan ke Banyuwangi, sebenarnya perjalanannya sudah lumayan lama, sekitar May 2018, dan dalam grup yang lumayan besar, delapan orang. Saya cukup antusias dalam proses persiapannya, karena setelah sekian lama, akhirnya membuat itinerary lagi, diskusi menentukan destinasi, dan cari akomodasi. Terakhir pergi dalam kelompok besar dan membuat itinerary seperti ini, bersama teman-teman KMK, dan entah sudah beberapa tahun yang lalu. Karena ini bulan puasa, berharap destinasi yang akan kami datangi lebih sepi dari biasanya.

Kami merencanakan untuk perjalanan empat hari tiga malam, dua malam di Banyuwangi, dan satu malam di Surabaya. Naik pesawat dari Jakarta ke Banyuwangi, tiga hari berkeliling Banyuwangi, kemudian di malam ketiga naik kereta dari Banyuwangi ke Surabaya, dan malam di hari terakhir, terbang dari Surabaya ke Jakarta. Untuk penginapan di Banyuwangi, kami memilih rumah dari AirBnB yang lumayan besar, ada empat kamar, penginapannya sangat nyaman, lengkap dengan sarapan dan perlengkapan mandi.

Hari Pertama

Kami sampai di Banyuwangi siang hari. Hari pertama nggak kemana-mana. Sampai penginapan, saya banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan Adel karena sudah lama sekali saya nggak ketemu Adel. Teman-teman yang lain menghabiskan waktu dengan bermain kartu, sayang saat itu saya masih anak bawang, belum bisa main kartu. Malam itu kami tidur cepat karena jam dua pagi kami harus berangkat ke Ijen. 

Hari Kedua

Jam dua pagi, kami semua sudah siap dengan setelan naik gunung. Mobil sewaan L300 yang sudah kami pesan ternyata belum juga datang. Saat saya telepon, matilah, ternyata mobilnya masih entah dimana dan bilang baru bisa sampai di penginapan sekitar jam delapan pagi. Saya meringis sambil bilang ke teman-teman kalau kita bisa melanjutkan tidur saja dan itinerary hari kedua akan ditukar dengan hari ketiga. 

Jam delapan pagi akhirnya mobilnya datang. Lumayan kaget karena ternyata mobilnya sudah sangat tua. Dalam hati saya pikir, pantesan ini harganya murah banget dibanding yang harga pasaran, sekitar 50% nya. Salah saya adalah nggak tanya kondisi mobilnya waktu proses booking. Lumayan nggak enak sama teman-teman yang lain sebenernya, tapi ya mau gimana lagi.

Setelah sarapan, destinasi pertama kami adalah Benculuk. Semacam hutan kota, tapi pohonnya unik, jadi kaya semacam hutan purba. Kami juga naik delman keliling-keliling, dua teman kami gembira sekali karena mereka diizinkan jadi kusir sama bapak kusir sungguhannya.

Taman Benculuk yang dikendarai kusir gadungan

Setelah dari Benculuk, kami melanjutkan perjalanan ke Teluk Ijo. Oh, yang harus diingat, tempat wisata di Banyuwangi itu lumayan jauh satu sama lain, bahkan bisa sekitar dua sampai tiga jam. Sebelum ke Teluk Ijo, kami makan siang di salah satu pantai dan sempat jalan-jalan sebentar di pantainya. 


Untuk sampai Teluk Ijo, ternyata masih harus naik ojek lagi, dan tracking sekitar 15 - 20 menit dengan track yang lumayan terjal. Tapi begitu sampai tempatnya, ternyata bagus banget. Pasirnya putih dan pantainya bersih. Mirip-mirip sama pantai di sekitaran Gunung Kidul, hanya saja ini ombaknya lebih kecil dan pantainya lebih kecil. Ngapain kita di sini? Adel dan Felix sibuk foto-foto, beda memang kalo fotogenik. Rombongan pria sisanya lomba lari, iya lomba lari. Yang kalah harus traktir Indomie di Ragunan. Saya membayangkan camping di Teluk Ijo pasti menyenangkan, karena sepi dan cantik banget tempatnya. 

Teluk Ijo

Setelah rada sore, kami siap-siap bergegas dari Teluk Ijo dan akan ke Pantai Pulau Merah untuk melihat matahari tenggelam. 

Pantai Pulau Merah

Hari Ketiga

Saat orang-orang siap-siap sahur, kami siap-siap berangkat ke Ijen. Dari penginapan ke pos pendakian sekitar dua jam. Begitu sampai, kami sudah disambut oleh Pak Ardy, guide Ijen, dan dibagikan masker. Saya kira akan sepi karena puasa, ternyata nggak sama sekali. Saya lumayan shock waktu tahu ada yang naik ke Ijen pake semacam kereta dorong, yang ditarik sama dua orang. 

Ijen

Kami mulai pendakian sekitar jam tiga pagi sepertinya, dan butuh dua jam untuk sampai kawah Ijennya. Jalurnya nggak terlalu terjal, hanya waktu mau sampai kawah yang lumayan terjal. Please pakai jaket dan headlamp, terus juga masker karena belerangnya lumayan menyengat. Begitu sampai, kami disambut blue fire Ijen yang terkenal sekali itu, terus duduk-duduk sambil nunggu matahari terbit. 

Sekitar jam tujuh pagi, kami siap-siap turun. Saya justru lebih takjub sama pemandangan ketika turun. Hari itu kebetulan lagi cerah banget, jadi pemandangannya bagus banget. Dengan pendakian yang singkat, tapi pemandangan yang didapet udah bagus banget. Lagi-lagi, saya jadi pengen camping disini. Tapi nggak tau sih, apakah dibolehin atau nggak. 

Setelah sarapan Indomie di pos awal pendakian, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Baluran yang kira-kira butuh tiga jam dari Ijen. Banyak sekali kupu-kupu di sepanjang jalan menuju Baluran. Begitu sampai, kami disambut savana yang luas. Menurut saya, Baluran memiliki aura magis yang menyenangkan. Saya teringat Savana Lonceng di Argopuro. Tempatnya damai dan sunyi. Oh ya, di Baluran ini sebenarnya ada penginapannya, awalnya kami ingin menginap disini, tapi karena aksesnya lumayan sulit, jadi kami memilih penginapan di tengah kota. Kami juga melihat merak liar di perjalanan dari savana ke pantai. 

Taman Nasional Baluran

Destinasi terakhir di Banyuwangi adalah Pantai Grand Watu Dodol. Pantai ini persis di seberang Bali Barat. Dari tempat ini, Pulau Bali sudah terlihat jelas, jadi kalo kamu kuat berenang, kamu sudah bisa sampai ke Bali. Menjelang maghrib, kami sudah sampai di penginapan, untuk selanjutnya siap-siap naik kereta ke Surabaya.

Masih banyak tempat yang belum kami kunjungi sebenarnya di Banyuwangi, mungkin lain kali.

Kera di Pantai Baluran. Ia berhasil mencuri Pocari kami yang masih utuh. Lumayan surprise karena dia kuat lari-larian bawa botol 2,5 liter yang masih penuh, walaupun gemes karena pas dia buka, banyak tumpah-tumpah. Mubazir kan. Ckck.

Comments