Skip to main content

Lompat

Saya membuat lompatan kepada hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Lompatan yang begitu jauh yang bahkan ketika saya melihat kembali ke belakang, saya masih dibuat terperangah oleh jarak dalam satu lompatan yang saya ambil. Salah satu keputusan paling berani yang pernah saya buat. Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi.

Hidup memberikan banyak pilihan. Kali ini dengan sadar saya memilih jalan yang rumit. Ah, kalau dipikir-pikir sebenarnya tidak melulu rumit. Sama seperti proses pendakian. Mendaki kalau dipikir-pikir adalah proses yang rumit. Perlu meneliti tentang jalur yang akan dilewati, menyiapkan perbekalan, memperlengkapi diri dengan gear paling nyaman, dan tentu saja menyiapkan fisik dan mental. Segala persiapan matang tidak menjamin perjalanan akan baik-baik saja, banyak hal di luar kendali yang justru menjadi faktor utama. Tapi setidaknya, dengan persiapan terbaik, kita berharap bahwa pendakian paling rumit sekalipun akan berakhir baik, pulang ke rumah, dan tidak tercecer di jalan.

Saya sesungguhnya tidak tahu apa yang saya ekspektasikan ketika memutuskan untuk melompat sejauh ini. Nyatanya, perjalanan ini membawa saya pada kesyahduan yang luar biasa, membawa saya pada hal-hal yang selama ini sudah saya kubur dalam-dalam dan bahkan lupa bahwa saya pernah memimpikannya. Justru yang terjadi bahkan lebih baik dari yang pernah saya bayangkan. 

Ketika memulai persiapan perjalanan nomaden kedua, semua terasa too good to be true. Saya bahkan sempat ketakutan akan terjadi sesuatu selama perjalanan, entah mobil mogok di jalan, pesawat delay, reservasi saya tidak terdaftar, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Ternyata tidak. Semuanya berjalan baik dan lancar. 

Di sinilah saya sekarang, memutuskan untuk menetap, entah sampai kapan. Di tengah sawah, dengan kicauan burung, kunang-kunang, dan sesekali suara sapi. Saya sangat sadar perjalanannya tidak akan mudah, tapi saya tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat.

Comments