Skip to main content

Nomaden - Hari 38

Tegalalang

Halo! Kali ini saya akan bercerita tentang penutup rangkaian nomaden jilid pertama. Jumat pagi, saya memutuskan untuk pindah ke daerah Tegalalang, menginap di Kuwarasan. Saya datang terlalu pagi dan petugasnya bilang kamarnya belum siap. Lalu saya bertanya apakah ada common space yang tempatnya sepi untuk saya bisa bekerja di sana. Akhirnya diantarlah saya ke Sunset Bar, restoran mereka di lantai tiga. Ketika sampai, saya sangat terkejut karena pemandangan dari tempat ini cantik sekali. 

Hari itu cuacanya sangat cerah dan berangin, tapi tetap sejuk. Saya menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk duduk tanpa melakukan apa-apa, tidak memikirkan apa-apa. Ketika seperti sedang di camp kalau naik gunung. Hanya duduk, menikmati pemandangan, dan meresapi cuaca yang sangat cocok untuk tubuh. Sampai akhirnya jam menunjukan pukul sepuluh dan saya ada jadwal call. Sebelum jam makan siang, dikabarkan kamar saya sudah siap, jadi saya melanjutkan bekerja dari kamar.

workstation hari ini

Begitu sampai di kamar, ternyata pemandangannya tidak kalah cantik. Di dalam kamar disediakan workstation, di balkonnya juga disediakan sofa dan kursi. Ketika saya memutuskan untuk kerja secara nomaden, tempat seperti inilah yang saya bayangkan. Tempat kerja dengan internet yang memadai, suasana yang tenang, dan pemandangan yang bagus tanpa saya harus kemana-mana. Sekali lagi, aneh rasanya saat apa yang ada di bayangan ternyata bisa jadi kenyataan. 

Penginapan ini adalah salah satu penginapan terbaik yang pernah saya kunjungi. Apa yang langsung terpikir di pikiran saya ketika itu? Saya berharap bisa mengajak keluarga saya ke sini. Ingin sekali mereka bisa menikmati tempat ini juga. 

Pemandangan dari Balkon

Setiap Jumat di minggu ganjil, jam tiga sampai lima sore, kantor saya mengadakan People's Time. Waktu yang dikhususkan untuk setiap tim mengadakan acaranya masing-masing. Kebetulan sekali hari itu saya yang menjadi koordinatornya. Jadilah saya mengusulkan 'Me Time' untuk tim kami. Setiap orang bebas melakukan apa yang mereka sukai selama satu jam, kemudian divideokan, dan setiap orang harus menceritakan videonya di sesi satu jam berikutnya. 

Saya memilih untuk jalan-jalan sore. Saya jalan kaki random di sekitar penginapan, menyusuri sepanjang Jalan Cinta. Sumpah, namanya Jalan Cinta. Saya jadi teringat embung di dekat rumah yang namanya Embung Cinta. Saat di pertengahan jalan, saya melihat segerombolan remaja berjalan ke suatu tempat. Saya ikutilah mereka, karena saya pikir anak-anak ini pasti tahu tempat yang bagus dan mereka mau berfoto ria. Hmm, benar saja. Mereka membawa saya ke jalan setapak kecil, semacam track jogging, tapi dengan pemandangan yang luar biasa. 

Saya terus menelusuri tanpa arah sekitar setengah jam sampai akhirnya saya bingung untuk menemukan jalan pulang dan harus bertanya ke penduduk setempat. 

Pemandangan saat Jalan Sore-Sore

Enam tahun lalu, saya bingung kenapa Ubud begitu digemari oleh banyak orang. Rupanya kebingungan itu disebabkan oleh pengetahuan saya yang terbatas, saya hanya kurang informasi untuk menemukan bagian yang tepat. Sekarang, saya sangat mengerti kenapa orang menyukai tempat ini, bahkan bos saya bilang bahwa ini adalah salah satu tempat favoritnya dari semua tempat yang pernah ia kunjungi.

Sejujurnya, ketika perjalanan ini dimulai, saya sedang lari dari sesuatu. Lari yang saya kamuflasekan sebagai memberi jeda dari rutinitas untuk bisa melihat dari jauh, mendapatkan helicopter view. Sekarang, saya siap untuk pulang. Untuk menghadapi kenyataan yang sebenar-benarnya. Bagaimana rasanya tidak lagi melihat dari jauh dan sungguh berada di dalamnya? Tidak enak. Tidak enak sama sekali, tapi saya rasa, saya perlu memberikan waktu bagi diri saya untuk berduka. 

Berpindah-pindah tanpa banyak perencanaan mengingatkan saya kembali bahwa berhenti bukan pilihan. Tanpa terus berjalan, banyak hal indah yang mungkin akan terlewatkan. 

Bagaimana rasanya kembali ke rumah? Orang bijak bestari bilang, "The magic thing about home is that it feels good to leave, and it feels even better to come back." Setuju sekali dengan hal ini, nyaman sekali kembali ke rumah. Sudah hampir dua minggu saya kembali ke rumah dan tidak sekalipun saya terbangun tengah malam, nyenyak sekali tidur saya. Oh satu lagi, senang sekali akhirnya bekerja kembali di kursi yang super nyaman dan ramah punggung. 

Sampai ketemu di nomaden jilid dua, tapi saya tahu, yang selanjutnya bukan lagi untuk lari. Untuk kalian yang sempat terpikir untuk berhenti, please, keep going. Keep going, please!

Ke Jakarta, Aku kan Kembali! Pemandangan Belakang Rumah Saat Pulang

Comments