Skip to main content

Salam Perpisahan

Sekarang Seroja mengerti mengapa salam perpisahan menjadi begitu penting. Diawali dengan pertemuan, kemudian perkenalan yang menyenangkan, saling belajar satu sama lain, tidak sedikit pertengkaran dan banyak kesalahan, sekalipun harus berujung dengan perpisahahan, tetap harus diakhiri dengan baik.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seroja dan Akar kembali bertemu. Akarnya yang selama tiga tahun terakhir menjadi teman perjalanannya. Akhirnya mereka tiba di persimpangan dan harus melanjutkan perjalanan masing-masing karena tidak lagi satu tujuan. Setelah beberapa bulan tidak bertemu, melihat Akar kembali membuat Seroja mengerti mengapa ia memilih Akar menjadi teman perjalanannya, sekaligus memahami mengapa perjalanan mereka tidak bisa dilanjutkan. 

Mereka menghabiskan hari seperti bagaimana mereka menghabiskan akhir pekan selama tiga tahun terakhir, jalan kaki berjam-jam, duduk berjam-jam. Semua seolah baik-baik saja. Seroja menganggap tidak perlu lagi ada yang didiskusikan mengenai masalah mereka. Ketika pulang, Seroja tahu bahwa ia sudah menerima untuk kehilangan Akarnya yang lembut, tenang, dan penyabar. Salam perpisahan tidak diucapkan dengan lantang. Entahlah, tapi Seroja tahu bahwa mereka berakhir baik-baik. Dan itu sudah lebih dari cukup. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seroja bertemu dengan Jati jauh bertahun-tahun sebelum ia bertemu Akar. Perpisahan mereka tidak berakhir dengan baik. Tidak pernah ada komunikasi lagi setelahnya. Seroja belajar bahwa memaafkan bukan proses semalam jadi, terlebih saat perpisahan itu berakhir dengan amarah. Secara tidak sadar, ia masih menyimpan kemarahannya sampai bertahun-tahun kemudian. Kemarahan kepada dirinya sendiri, kepada Jati, kepada keadaan, kepada kesalahan yang begitu ia sesali. 

"Kita berakhir tanpa sepatah kata pun, penuh dengan kemarahan pada satu sama lain. Saya hanya ingin meminta maaf," untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun Seroja memberanikan diri menelepon Jati.

"Saya sudah memaafkanmu, semua kesalahanmu, sejak lama. Saya juga meminta maaf atas semua kesalahan saya," Jati menjawab dengan suara yang Seroja pernah begitu hafal. 

Mendengar Jati sudah memaafkannya dan meminta maaf dengan tulus, kemarahan dan penyesalan yang selama ini begitu akrab dengan dirinya, tiba-tiba bisa ia lepaskan. Seroja merasa jalannya terasa jauh lebih ringan. Selama bertahun-tahun, ternyata salam perpisahan yang Seroja butuhkan. Ia akan mengingat Jati sebagai sahabat kecilnya, sahabat yang membantunya menemukan sisi dirinya, baik yang paling terang, maupun yang paling gelap.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seroja bergegas melanjutkan perjalanannya, sendirian. Ia merasa banyak hal dalam dirinya yang harus dibenahi. Banyak kotak-kotak yang selama ini ia abaikan dan tanpa ia sadari terus terbawa sampai hari ini. Sembari dalam perjalanan, ia akan memilah-milah mana yang perlu dan mana yang tidak. Meninggalkan yang tidak perlu, membawa serta yang esensial. 

Ia mempersiapkan perbekalan seperlunya. Menyelesaikan janji-janjinya yang tertunda. Berkemas. 

Comments

Post a Comment