Skip to main content

pria si abang

"Bang, mana, coba liat dong foto cowo lo!" kata beberapa perempuan di suatu restoran jepang di  kawasan yang katanya kawasan premium di Jakarta.

"Biasa aja kok, bentar ya gw cariin," dia menjawab sambil mencaro-cari foto di telepon genggam yang ada apelnya itu.

Akhirnya dia menemukan fotonya, "niih, lebih tua dari gw 21 tahun."

Telepon genggam apel itu pun berkeliling pindah tangan mengelilingi meja. "Kenal di mana bang?" Tanya salah seorang perempuan. "Di gym." Lalu terdengar paduan suara "ooooh" di sekeliling meja.

"Bang, itu di belakang kita si X kan? Dia "juga"?" Seseorang berbisik agar tidak terdengar ke meja belakang. Di meja belakang ada seorang pria Indonesia dan pria asing yang lumayan tampan.

"Iya," kata si abang sambil tersenyum.

Ada forum di dalam forum. Di ujung meja, ada tiga orang yang memulai percakapannya sendiri.

"Eh, ko yang jadi "cowo"nya "nggak keliatan" sih?" kata seorang perempuan cantik berbadan kecil pada pria straight di sebelahnya saat melihat foto pria si abang dan melirik bule di belakang.

"Laah, kan kalo yang "cowo" nya emang nggak keliatan. Makanya, kalo lo tanya ke "cewe" nya, mereka kadang jawab, cowo gw lagi jalan sama cewenya," kata pria di sebelahnya.

"Aduuh ka, gimana dong. Yang ganteng udah punya cowo," kata perempuan yang paling muda ke perempuan berbadan kecil tadi.

"Iyaa nih. Yang ganteng udah punya cowo, yang jelek brengsek. Aduuh," jawabnya enteng.

"Hahahaha," hampir tersedak dia mendengar istilah demikian, belum pernah dia mendengar ucapan itu sebelumnya.

Makanan akhirnya datang. Semua sibuk dengan makanannya. Seusai makan, perbincangan kembali dimulai.

"Eh, elo gimana siih. Tomboy tapi pake bra warna pink!" kata seorang perempuan seenaknya ke orang yang paling muda di meja itu. Salah kostum. Hari itu diberikan kaos "seragam" putih yang agak transparan dan sialnya, dia mengenakan bra pink. Coba kalau merah, bisa dikira bendera nanti. Merah putih.

Serentak, semua yang di meja melihat ke bagian yang sama. Perempuan itu spontan menutupi dengan paperbag yang diletakkan di bawah kursinya. "Ssssstttt, jangan kenceng-kenceng! Jadi ngeh semua kan"

"Lagian elo, pake pink pink segala. Item gitu sekalian. Gak cocok sama gaya lo," timpal perempuan yang masih tegar pada pendiriannya bahwa perempuan tomboy tidak pantas memakai bra warna pink.

"Loh, bukti, tomboy diluar, feminim di dalem tau!" katanya dengan muka memerah karena malu.

Perempuan yang paling muda tadi masih tidak paham dimana salahnya pakai bra pink selain dia salah kostum. Dia tidak pakai bra diluar dan tidak berniat untuk dipertontonkan, jadi tidak harus bra sesuai dengan penampilan luar.

Ah, kadang apa yang terlihat diluar pun tidak selalu menunjukkan apa yang sebenarnya ada di dalam. Dan apa yang ada di dalam tidak harus selalu ditampilkan ke luar. Meskipun kadang, ada hal yang begitu disembunyikan tapi tanpa disengaja harus muncul ke permukaan.

"Ehhhhh, gak diangkat-angkat. Pengen gw cere'in kali ya!" kata si abang sambil sibuk memegang telepon genggam apelnya itu.

"Halooo, iya, aku udah selesai. Jemput aku di tempat biasa ya. Tempat kamu drop aku kalo aku keluar malem. Aku turun sekarang," kata si abang pada prianya.

Abang menutup teleponnya dan kumpulan itupun bubar meninggalkan restoran, melanjutkan hidup masing-masing.

Comments