Skip to main content

Berpulang

Jumat subuh, 17 Agustus 2018, eyang perempuan, ibu dari ibu saya meninggal dunia. Kepergiannya begitu mendadak karena beliau sebelumnya dalam keadaan sehat. Malam sebelumnya, eyang perempuan, eyang laki-laki, mamang, dan bibi saya baru sampai di Bali untuk menghadiri pernikahan sepupu kami. Untuk pertama kalinya para eyang ini naik pesawat dan menginap di hotel.

Selepas sholat subuh, mamang sempat ke kamar eyang untuk berbincang sebentar, kemudian eyang perempuan minta diambilkan air hangat dan ingin tidur sebentar katanya. Tidak lama kemudian, eyang berpulang. Sangat singkat dan tanpa sakit sama sekali. Kepergiannya yang tiba-tiba tentu membuat seluruh keluarga terpukul. 

Saya tahu baru beberapa hari setelahnya. Saat itu saya sedang mendaki Binaiya di Maluku sekitar satu minggu, tidak ada sinyal sama sekali. Saat mengaktifkan ponsel, tiba-tiba ada pesan masuk begitu banyak di grup keluarga. Saya langsung menelepon ibu, dan ia mengabarkan dengan tergugu, eyang sudah nggak ada dan sudah dimakamkan. Ketika mendengar kabar itu, rasanya seperti nyata dan tidak. Percaya dan tidak percaya. Saat seluruh keluarga berduka, saya ada di antah berantah dan tidak terjangkau sama sekali.

Saya dan eyang, September 2014

Kami sekeluarga besar sepakat bahwa beliau adalah sosok yang sangat sabar dan pekerja keras. Sepanjang hidupnya ia abdikan untuk keluarga dan tidak segan membantu siapapun yang datang kepadanya meminta pertolongan. Ia berpulang di hari Jumat, selepas sholat subuh. Semoga jalannya dilapangkan dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan.

Senin, 26 Oktober 2020, nenek, ibu dari bapak saya meninggal dunia. Hari Kamisnya dikabarkan bahwa nenek sakit. Keadaannya memburuk sangat cepat, hanya empat hari sakit, ia kemudian berpulang di usia yang kesembilan puluh. Sebulan sebelumnya, kami masih berbincang singkat lewat telepon, minta dibelikan sirih. Beliau masih sangat segar ketika itu. Beberapa hari setelah telepon, sepupu saya masih sempat mengirimkan video nenek yang mengucapkan terima kasih dan beberapa pesan. Ia masih tertawa-tawa dan bercanda.

Kami dikirimkan fotonya sebelum dimakamkan. Beliau sangat cantik dalam baju adat karo, wajahnya merona dan hanya seperti tidur. Lebaran tahun 2014, saat kami sekeluarga pulang ke medan, itu saat saya terakhir bertemu dengannya secara langsung. Ketika itu, saya mengucapkan terima kasih kepadanya karena memberikan teladan bahwa perempuan harus mandiri, harus mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Saya mengenal beliau sebagai sosok yang humoris dan berdaya hidup luar biasa. Nenek lincah mungkin sebutan yang sangat sesuai. Bagaimana tidak, diusianya yang sudah tidak muda lagi, ia masih suka bercanda dan masih sangat semangat untuk jalan-jalan kemana-mana. 

Nenek dan semua cucu perempuan, 2014

Dua kesamaan eyang dan nenek, mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang menjadi panutan untuk anak dan cucunya. Mereka adalah sosok perempuan mandiri dan pekerja keras yang selalu ada untuk keluarga dan dikenal sebagai sosok yang murah hati oleh orang-orang di lingkungan. 

Semoga mereka sudah berbahagia di surga sana. 

Comments