Skip to main content

Hash!

Selepas mandi tengah malam saya bercermin. Saya menuding wajah yang tidak henti-hentinya berjerawat, padahal sudah dirawat dan minum obat. Saya mempertanyakan gigi bungsu yang nyeri, padahal sudah rutin kontrol dan tidak ketinggalan sikat gigi pagi hari dan sebelum tidur. Tidak lupa saya menegur rambut, yang tetap berminyak dan berketombe meski sudah rajin keramas. Saya sempat sedikit terkejut saat beberapa helai rambut putih menyeringai pada saya. Tamu tak diundang, bisik saya kepada mereka.

Saya berkali-kali bertanya pada hidung mengapa begitu sensitif. Dingin sedikit, bersin. Aroma menyengat sedikit, bersin. Debu sedikit, bersin. Bangun tidur, bersin. Mau tidur, bersin. Oh bersin, kenapa kamu menjadi seperti bayang-bayang saya. Ada saya, ada bersin. Hash!

Sepertinya bersin tahu ia sedang jadi bahan pergunjingan, barusan saya bersin ketika sedang menuliskan ini.

Heh, bulu kaki! Kamu tidak akan luput dari umpatan saya. Kenapa, kenapa harus tumbuh lebat? Tidak tahukah kamu bahwa tidak umum perempuan memiliki bulu kaki? Kamu tidak seperti bulu ketiak yang tempatnya terpencil, kamu berada di ruang publik, dan saya terlalu malas untuk rutin menghabiskanmu. Tolonglah pengertian. Bisakah kamu berhenti tumbuh?

Saya tahu saya harusnya bersyukur bahwa hayat masih dikandung badan. Tapi izinkanlah saya misuh-misuh malam ini. Ya, biarkan hayat menuangkan segala kekesalannya malam ini kepada badan. Iya iya, saya marah pada badan saya sendiri, padahal kami adalah satu dan tidak terpisahkan. Saya tahu kamu pasti berpikir ini konyol.

Ah sudahlah, sebelum pagi menjelang, selamat malam.

 



Comments