Ada yang esensial, ada yang nggak. Nah, masalahnya, esensial atau nggak, tergantung pendapat kita masing-masing.
Saya sempet debat kecil masalah bungkus kado. Dia mau rapi, sedangkan buat saya, sekedarnya aja cukup.
Saya nggak pernah berusaha bungkus kado dengan rapi, karena bungkus kado nggak esensial buat saya. Ujung-ujungnya juga disobek.
Apa fungsinya?
Temen saya pernah tanya, "Kapan lebih putih. Ran?"
Saya jawab, "buat apa?"
Menjadi lebih putih atau menghindar dari sengatan matahari nggak esensial buat saya. Yaaa, walaupun katanya ada masalah kanker kulit.
Saya pernah coba, sekitar sebulan pake cardigan atau jaket kalo keluar siang-siang.
Pake handbody yang SPF nya tinggi. Tapi ternyata, lebih ribet. Saya berenti buat coba jadi lebih putih.
Udah lah ya, kalo udah cokelat mah cokelat aja.
Mandi sinar matahari itu salah satu anugerah.
Punya tabungan banyak, atau memperbanyak harta, juga belum jadi hal yang esensial buat saya sekarang.
Kalo kuliah, nggak keliatan ni yang masalah begini.
Tapi semenjak masuk kerja, orang-orang di sekitar saya ngomonginnya KPR, cicilan mobil, investasi reksadana/emas/properti, sampe dana pensiun. Haisssh.
Saya?
Saya cuma mau nabung buat jalan-jalan dan beli buku. Haha.
Kadang saya mikir, untung saya perempuan, tuntutan untuk menumpuk harta lebih sedikit.
Smartphone yang lagi booming belakangan ini. Hampir setiap orang punya yang namanya whatsapp sekarang.
Di antara temen-temen kantor, di antara kakak adek saya, di antara temen-temen kampus, cuma saya satu-satunya yang nggak punya smartphone dan nggak punya whatsapp.
"Kapan ganti handphone, Ran?"
"Nanti, kalo ada duit. Atau kalo hape gw rusak."
"Nabung, dikit-dikit."
"Hehehe." Senyum doang.
Smartphone dan segala fiturnya belum esensial buat saya sekarang. Handphone bisa sms, telepon, cukup. Opera mini di HP udah lebih dari cukup.
Wets, tapi ada ko, yang dulu nggak esensial, tapi semenjak 2014 ini, jadi esensial. Apa itu? MANDI!
Hahaha.
esensial atau nggak, mungkin berubah seiring waktu.
Saya sempet debat kecil masalah bungkus kado. Dia mau rapi, sedangkan buat saya, sekedarnya aja cukup.
Saya nggak pernah berusaha bungkus kado dengan rapi, karena bungkus kado nggak esensial buat saya. Ujung-ujungnya juga disobek.
Apa fungsinya?
Temen saya pernah tanya, "Kapan lebih putih. Ran?"
Saya jawab, "buat apa?"
Menjadi lebih putih atau menghindar dari sengatan matahari nggak esensial buat saya. Yaaa, walaupun katanya ada masalah kanker kulit.
Saya pernah coba, sekitar sebulan pake cardigan atau jaket kalo keluar siang-siang.
Pake handbody yang SPF nya tinggi. Tapi ternyata, lebih ribet. Saya berenti buat coba jadi lebih putih.
Udah lah ya, kalo udah cokelat mah cokelat aja.
Mandi sinar matahari itu salah satu anugerah.
Punya tabungan banyak, atau memperbanyak harta, juga belum jadi hal yang esensial buat saya sekarang.
Kalo kuliah, nggak keliatan ni yang masalah begini.
Tapi semenjak masuk kerja, orang-orang di sekitar saya ngomonginnya KPR, cicilan mobil, investasi reksadana/emas/properti, sampe dana pensiun. Haisssh.
Saya?
Saya cuma mau nabung buat jalan-jalan dan beli buku. Haha.
Kadang saya mikir, untung saya perempuan, tuntutan untuk menumpuk harta lebih sedikit.
Smartphone yang lagi booming belakangan ini. Hampir setiap orang punya yang namanya whatsapp sekarang.
Di antara temen-temen kantor, di antara kakak adek saya, di antara temen-temen kampus, cuma saya satu-satunya yang nggak punya smartphone dan nggak punya whatsapp.
"Kapan ganti handphone, Ran?"
"Nanti, kalo ada duit. Atau kalo hape gw rusak."
"Nabung, dikit-dikit."
"Hehehe." Senyum doang.
Smartphone dan segala fiturnya belum esensial buat saya sekarang. Handphone bisa sms, telepon, cukup. Opera mini di HP udah lebih dari cukup.
Wets, tapi ada ko, yang dulu nggak esensial, tapi semenjak 2014 ini, jadi esensial. Apa itu? MANDI!
Hahaha.
esensial atau nggak, mungkin berubah seiring waktu.
Comments
Post a Comment