Perkenalkan, saya Alfa. Perempuan saya Omega.
Saya mengasihinya, saya kira. Tidak ada kurangnya, dan yang terpenting, dia
bisa dibawa pulang menghadap Ibu saya, Semesta.
Kamu kenal Teta? Saya tidak sengaja bertemu
dengannya di suatu masa kejenuhan.
Saya senang bercerita, dan Teta senang
mendengarkan. Sampai akhirnya saya sadar, Teta mengasihi saya.
Teta tidak tahu Omega. Omega tidak tahu Teta.
Tapi saya rasa, Omega dan Teta mengenal satu sama lain di dimensi yang lain.
Saya sedang dalam masa-masa sulit, dan Teta
ada di sana, berjaga-jaga. Tidak banyak bantuan yang bisa Teta berikan. Tapi
setidaknya, dia salah satu pos bantuan saya.
Teta sempat bertanya tentang keberadaan Omega.
Tapi saya menyangkal. Kamu perlu tahu, bahwa penyangkalan terhadap yang satu, bisa
menjadi pupuk harapan bagi yang lain.
Bermain bersih, itu yang terpenting.
Setidaknya, saya tidak meninggalkan jejak apapun, menjadi anonim, ketika
bersama Teta. Berharap Omega atau siapapun, tidak menemukan jejak saya.
Saya mengasihi Omega, itu jelas. Sejatinya,
masa kejenuhan itu singkat.
Saya mengasihi Teta? Saya ragu. Saya bertanya,
jika dia tidak ada di sana sebagai pos bantuan, masihkah saya mau
menghampirinya. Ya, menghampirinya sebagai Teta. T – E – T – A seutuhnya.
Teta harus memangkas habis pohon harapannya.
Haruskah saya bilang, bahwa sudah ada Omega. Jika itu saya katakan, mungkin
Ayam akan berkokok, karena saya mencabut penyangkalan saya.
Dari kisah Sangkuriang dan Roro Jongrang, kita
tahu bahwa Ayam tidak boleh berkokok terlalu cepat. Akhirnya, saya memilih
untuk mengatakan padanya, “Maaf, kamu tidak bisa dibawa menghadap Ibu saya,
Semesta.” Saya berperan sebagai anak sulung yang baik di kisah ini.
Keadaan mulai membaik. Saya tidak lagi
membutuhkan pos bantuan. Matahari mulai siap terbit. Saya kumandangkan pada
dunia, bahwa saya dan Omega, kami, saling mengasihi, siap melalui hari orange
bersama.
Dan ayam berkokok.
Pohon harapan Teta harusnya benar-benar mati
sekarang, tercerabut sampai ke akar.
Saya menghantam Teta dengan kenyataan bahwa
dia hanya pos bantuan saya, bahwa dia hanya persinggahan saya yang hanya
sepersekian putaran waktu, dan bahwa dia bahkan tidak mencapai satu bab dari
ratusan bab lembar kisah saya.
Teta perlu belajar, bahwa "Perkuat pusat, perbanyak cabang" adalah naluri alami kami. Bagaimana menghadapinya? Jangan jadikan kami investor satu-satunya.
Comments
Post a Comment