Skip to main content

Christmas Wish

Duo Maya akhirnya bertemu lagi. Dua anak manusia ini punya nama yang hampir sama, kesukaan yang hampir sama, tapi nasib yang agak berbeda. Maya pertama seorang jurnalis, sedang Maya yang kedua masih berharap bisa jadi aktuaris. Sebut saja Mayalis untuk Maya Jurnalis dan Mayaris untuk yang satunya lagi.

"Ris, jalan-jalan ke luar negeri yuk!" Mayalis membuka percakapan senja itu.

"Hah? Kemana? Passport aja gw kaga ada," jawab Mayaris dengan agak terperangah.

"Nepal!" Jawab Mayalis dengan senyum anehnya.

Mayaris mengerutkan dahi. Nepal memang terkenal dengan Everestnya. Tapi pergi melihat Everest? Mayaris tidak pernah bermimpi sejauh itu.

"Kapan lo rencana ke sana?" Tanya Mayaris dengan agak bingung.

"Tahun ini! Oktober," jawab Mayalis mantap.

"Harus tahun ini banget?" Mayaris masih berusaha mencerna perjalanan panjang ini.

"Iya, well, sebenernya gw mau "kabur". Doi mau nikah bulan Oktober. Gw nggak mau ada di Indo pas dia nikah. Gilaaa. Jadi, mau lo ikut atau gak, gw bakal tetep berangkat," akhirnya Mayalis menjabarkan tujuan lengkap perjalanan ini.

"Count me in! Gw bikin passport dulu ya," akhirnya Mayaris menutup percakapan senja itu.

Passport Mayaris sudah selesai. Mencari tahu tentang Nepal, musim, budget, dan destinasi selama di sana sudah dimulai meskipun masih sangat mentah. Tapi membayangkan perjalanan ini akan menjadi nyata rasanya sudah menyenangkan.

Tiga bulan kemudian.

"Ketemu yuk! Lo juga cari-cari tahu ya mau ngapain aja di sana!" Pesan singkat di HP Mayaris dari Mayalis. Mayalis sepertinya mencium gelagat Mayaris yang akan "lepas tangan" di perencanaan perjalanan kali ini.

"Njih ndoro. Ntar gw juga cari info."

Mayalis sedang memegang acara jalan-jalan di suatu acara televisi. Dia sudah terbiasa mencari tahu apa yang menarik dari suatu tempat, entah budayanya, tempatnya, orangnya, termasuk biayanya. Jadi, pasti bukan hal sulit baginya untuk menentukan segala tetek bengek di perjalanan kali ini. Pemikiran yang logis tapi agak tidak bertanggung jawab dari Mayaris.

Duo Maya kembali bertemu di tempat yang sama dengan pertemuan mereka tiga bulan yang lalu.

"Doi putus, Ris! Kaga jadi nikah bulan Oktober," Mayalis membuka percakapan dengan nada santai. Mayaris kembali mengernyitkan dahi, terperangah kali ini.

"Hah? Bukannya mereka udah jadian empat tahun lebih. Ko bisa?" Mayaris penasaran dengan berita ini.

"Nggak tau gw. Gw juga tau dari temennya kemaren. Tapi, yang nikah aja bisa cerai, apalagi yang baru mau nikah."

"Terus, kita nggak jadi jalan-jalan dong?" Mendadak Mayaris mengingat latar belakang dari perjalanan ini.

Mayalis tertawa,"Ya jadilah. Mau dia jadi nikah, mau nggak, kita tetep jalan." Syukurlah, bisik Mayaris dalam hati. Kemudian ada hening yang panjang sampai akhirnya Mayalis kembali berujar.

"Kalo lo suka banget sama orang, lo ngedoain dia nggak?" Tanya Mayalis serius.

"Iya. Yaaah, kalo kebetulan gw berdoa," Mayaris sedang berusaha mengingat, kapan terakhir dia "resmi" berdoa.

"Gw nggak tahu ini apa namanya. Pas temennya kasih tau gw berita ini, gw tiba-tiba inget, gw pernah tulis christmas wish pas malem natal dan bahkan sekarang masih gw tempel di kamar," Mayalis berbicara sambil menerawang, menatap ke tembok di belakang Mayaris.

"Lo tulis apa emang?"

Mayalis menyodorkan smartphonenya, ada foto kertas yang bertuliskan, "I hope, He broke with her Girlfriend."

"Hahaha, gila lo, Lis! Kok lo tega si. Yaampun." Mayaris geleng-geleng kepala. Selama ini, dalam kerangka berpikir Mayaris, berdoa adalah mengharapkan yang baik. Harapan yang baik saja mungkin butuh waktu yang lama untuk dikabulkan, apalagi yang seperti ini.

Mayalis mengangkat bahunya, "Mungkin kebetulan aja, tapi bisa jadi semesta mendukung. Yaah, gw bukan anak soleh sih, tapi siapa tahu Tuhan emang bener-bener denger doa gw."

Mayaris masih geleng-geleng kepala. Dia jadi teringat tentang anjuran untuk menuliskan harapan dan mimpi-mimpi, jangan cuma di kepala, tapi tuliskan di kertas, dengan tulisan tangan!

Mayalis menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan muka Mayaris, "Eeeeh, kok lo jadi bengong?!"

"Nggak, gw lagi mikir, gw perlu nulis apa ya buat christmas wish gw," kali ini Mayaris yang menerawang tembok di belakang Mayalis, mencari harapan yang bisa ditulis di christmas wish nya yang pertama.

Comments