Skip to main content

Pram, Teman Kecilku

Pram, dia teman pertama dan terbaikku saat masih di taman kanak-kanak dulu. Tinggi kami tidak lebih dari 100 cm saat itu. Ibu Pram sangat baik, aku sering mampir ke rumahnya sebentar setelah pulang sekolah, sekedar untuk minum dan makan makanan kecil. Ayah Pram juga sangat ramah, kami sesekali diantar Ayah Pram ke sekolah. Pram baru punya satu adik saat itu.

Rupanya aku dan Pram masuk ke sekolah dasar yang sama. Seiring bertambahnya kelas, dia semakin tinggi dan kurus menjulang, persis seperti ayah dan ibunya. Tidak hanya tingginya yang bertambah, adik Pram pun terus bertambah, sampai ia memiliki empat adik. Ibuku dan Ibunya saling mengenal. "Mama Jani", begitu Ibu Pram memanggil ibuku. Ibu Pram tidak sesegar ketika aku masih TK dulu. Meskipun tubuhnya semakin kurus, tetapi senyumnya tetap seteduh dahulu. 

Aku dan Pram tidak lagi satu sekolah di SMP dan SMA. Yang aku tahu, keluarga Pram sudah pindah ke Bogor. Sejak saat itu, aku tidak pernah melihat Pram dan seluruh keluarganya. Sampai akhirnya, aku mendengar kabar yang begitu mengejutkan. Ibu Pram meninggal dunia. Ia meninggalkan Pram yang masih belasan tahun dan empat adik Pram yang pastinya lebih muda dari Pram.

Maaf Pram, aku tidak bisa hadir di pemakaman Ibumu. Semoga Ibumu mendapatkan tempat terbaik. Semoga Ibumu kembali segar seperti saat aku dan kamu masih di taman kanak-kanak dulu. Mungkin dia sedang menghidangkan air minum dingin dan kue-kue lezat di surga sana.

Waktu berlalu. Entah sudah berapa tahun aku tidak berjumpa dengan Pram. Akhirnya, reuni SD mempertemukan kembali aku dengan teman kecilku dulu. Tidak jauh berbeda ternyata, dia masih kurus dan semakin menjulang. 

"Apa kabar, Pram? Adek-adek sama bokap apa kabar?" Sapaku ingin tahu kabar Pram dan keluarganya. Matanya tidak sejernih dulu. Tantangan hidup mungkin salah satu penyebabnya. Tapi aku berdoa, semoga hatinya semakin jernih lewat segala tantangan yang menerpa.

"Sehat, Jani. Bokap sama adek-adek masih di Bogor. Gw udah nikah, sekarang tinggal di Cilandak," katanya sambil tersenyum dengan mata menerawang.

"Wow. Kok bisa cepet banget, Pram?" Aku begitu terkejut. Kami sebaya, itu artinya, dia menikah di usia 21 tahun. Pria menikah di 21 tahun, itu mengejutkan. Kenyataan bahwa yang menikah adalah temanku sendiri, itu semakin mengejutkan.

"Waktu nyokap meninggal, gw kacau banget, Jani. Kayak keilangan pegangan hidup. Sampe akhirnya, gw ketemu istri gw yang sekarang dari Facebook. Sebentar banget pacarannya, tapi gw ngerasa udah mantep dan keluarganya setuju, akhirnya gw nikah. Sekarang istri gw udah lagi hamil loh. Jani, gw bakal jadi bapak!" Kali ini ada kegembiraan di matanya. Aku ikut bahagia melihat sorot bahagia itu.

Andai Pram perempuan, mungkin sudah kupeluk erat. "Waaah, selamat Pram. Semoga sehat ya. Jadi suami siaga dong!"

"Pasti!" Pram menjawab dengan begitu mantap.

*****

Satu tahun kemudian.

Ada panggilan dari nomor tak dikenal di telepon genggamku. "Halo?" 

"Jani, ini gw Pram. Mau diadain buka bersama SD nih di rumah gw. Lo dateng ya!" Pram langsung berbicara tanpa jeda.

Aku langsung mengiyakan setelah tahu aku kosong di tanggal yang diajukan.

Kami berbuka puasa di rumah kontrakannya, di sudut Cilandak. Ada istri Pram yang perawakannya begitu mirip dengan Ibu Pram, kurus dan tinggi. Anak Pram sudah berusia 9 bulan, matanya besar dan jernih, satu hal yang paling kusuka dari buah hati Pram, anak ini mudah sekali tertawa. Sayang, dia tidak mau aku gendong. Aku terkagum-kagum melihat kelihaian Pram menggendong anaknya.

Buka puasa selesai. Sementara kami bersiap pulang, Pram bersiap berangkat kerja. Pram menjadi teknisi di salah satu Mall di Jakarta. Aku begitu terharu melihat Pram dalam seragam kerjanya. Ia akan dinas malam untuk anak dan istrinya. Ah, kawan kecilku, dulu kita hanya perlu berlari-lari dan bermain sepuasnya, kini, dia sedang 'berlari' untuk keluarga kecilnya.

Selamat berlari, Pram. Bahagia untukmu sekeluarga.

Comments

  1. ran, ini yg lnjutan "bersambung 2" bkan? atau cma crita lpas?

    ReplyDelete
  2. Bukan ja. Ini cerita lepas aja. Yg bersambung 2 belum gw lanjutin lg. Hehe.

    ReplyDelete

Post a Comment