Skip to main content

Nomaden - Hari 1

Langitnya begitu bersih, begitu juga dengan udaranya. Saya sedang berada di tengah-tengah taman, di sebuah rumah, yang dikelilingi sawah. Di Yogyakarta. Apa yang sedang saya lakukan? Entahlah. Seumur hidup, saya menghabiskan waktu saya di sekitaran Depok dan Jakarta. Di tempat inilah saya lahir, tumbuh, sekolah, dan mencari penghidupan. Hampir setahun ke belakang, saya memiliki privilege untuk bisa full kerja dari rumah. Hingga akhirnya suatu pagi, tercetus ide, "Kenapa saya tidak kerja dari antah-berantah yang memiliki akses internet stabil?"

Malamnya saya memberitahukan ide ini ke orang terdekat saya dan tidak ada penolakan sama sekali. Saya bilang ingin mencicipi tinggal di kota lain, karena kalau tidak pandemi, mungkin saya akan tetap harus di Jakarta karena disinilah saya bekerja. Entah harus sedih atau senang, tanpa berpikir panjang, dia hanya bilang  ide bagus. Saya pikir akan ada pertanyaan lanjutan atau setidaknya bilang jangan lama-lama.

Lima hari kemudian saya membeli tiket, sehari kemudian saya berangkat. Hanya tiket berangkat, karena saya belum tahu kapan rencana akan pulang. Entah seminggu atau dua minggu, entah sebulan atau dua bulan. Kembali menjadi manusia purba sebelum menemukan pertanian, nomaden. Menetap selama nyaman, pindah ke tempat selanjutnya jika sudah bosan, pulang jika memang dirasa lebih baik, atau jika ada yang meminta.

Selama tiga hari ke depan saya akan menetap di rumah ini, rumah yang besar dan cantik yang harusnya bisa untuk belasan orang. Untungnya penginapan ini bisa hanya disewa satu kamar saja, dan fasilitas satu rumahnya bisa saya gunakan. Tidak ada pengunjung lain. Selanjutnya? Belum tahu.

Comments