Skip to main content

karo bukan batak (?)

"orang batak ya?" ini hal yang paling sering ditanyain kalo ketemu sama orang-orang pertama kali.
biasanya saya jawab sambil senyum gak jelas, "mba/mas/bapak/ibu/abang orang ke-123 yang tanya kaya gitu ke saya."

"marganya apa?" biasanya pertanyaannya berlanjut ke sini, setelah tau nama lengkap saya.
"bangun," kata saya.
"ko gak ada di nama?"
"iya, dari lima anak bapak saya, cuma saya yang gak pake marga di akte."
"waah, jangan-jangan kamu anak pungut."
"hahaha, bisa jadi. tapi anak perempuan gak bakal nurunin marga ke siapa-siapa kan."

dari kecil, bapak saya selalu bilang, "karo itu bukan batak."
terus, kita tanya,"emang kenapa?"
terus, dia jawab,"ya karena emang beda. sejarahnya, nenek moyangnya, bahasanya."
"ah, tapi kan bagian dari batak. batak karo," saya jawab.
"tetap beda. gak bisa disamain," bapak saya kekeuh.


saya termasuk yang buta sama adat-istiadat orang tua.

bahasanya cuma tau, "uwe" yang artinya iya.
"kai nak ku" yang artinya, apa anakku. waktu kecil, kalo saya manggil, bapak jawab itu.
terus, "ngena ate ku kam" yang artinya saya cinta kamu. Saya tau itu karena pas SMA, temen saya mau nembak cewe dalam berbagai bahasa, terus dia tanya itu ke saya, saya tanya deh ke bapak. Haha.

untuk kekerabatannya, yang saya tau, nenek manggilnya "nenek", tapi kalo kakek, pake "bulang". kalo adenya bapak (bule/pa'le), manggilnya bapak uda atau bibi. tapi kalo ua (bude/pa'de), pake "mama (pa'de)" dan "mami (bude)".

selain itu, bisa nikah sama impal, ada itu aturannya apa yang disebut impal, saya takut salah kalo ngejelasin. yang pasti, karena bapak saya anak cowo paling tua, impal saya itu anak laki-laki dari adenya bapak yang perempuan.

terakhir ketemu nenek saya, dia bilang, "kam kalau bisa, jadilah sama si ****."
terus saya jawab, "aduh nek."
"kam katakan saja 'iya nek', biar senang hatiku." nenek saya bales lagi.
"hahaha, iya nek."
"nah, kan senang hati nenek."
nenek saya itu luar biasa. umurnya udah 80an kayanya. tapi masih seger. giginya masih lengkap, mungkin karena suka nyirih. hobinya jalan-jalan. saya curiga, hobi jalan saya diturunin dari nenek saya ini. haha.

makanan khasnya ada BPK (babi panggang karo), buzzz, makanan ini luar biasa enaknya. untuk kamu-kamu yang bisa makan makanan haram, harus coba makanan ini. terus arsik, itu ikan mas yang direbus pake kacang panjang dan seribu satu macam bumbu. arsik buatan ibu saya enak banget. haha.

udah, sebatas itu yang saya tau. sedihnya, saya gak berminat untuk tau dan belajar lebih jauh. sampe akhirnya sabtu kemaren saya jalan-jalan, dan kita ngomongin budaya masing-masing. terus saya yang banyak hening. budaya mereka ko menarik ya, gimana dengan budaya orang tua saya.

mulailah saya search tentang karo, asal-usul marga, dan kenapa karo menyatakan diri beda sama batak.

baju adat pengantin karo
gak ada yang bener-bener bisa dipercaya si, kaya misalnya buku atau jurnal ilmiah. rata-rata dari blog gitu. tapi ya lumayanlah.
ternyata, karo itu ada yang bilang dari india, terus yang bener itu "merga" bukan "marga", terus karo ada sub-subnya lagi, misalnya karo-karo, bangun masuk ke perangin-angin, terus ada sembiring, dan lain-lain

ada yang bilang karo itu ya sub dari batak, dimana batak itu dibagi lagi jadi toba (yang paling banyak jumlahnya), karo, pak pahan, dan mandailing.
tapi ada juga yang bilang, karo jelas beda sama batak, kenapa?
-karena asal-usul nenek moyangnya beda.
-karena bahasanya beda. karo lebih melayu, lembut, mendayu-dayu. saya suka kalo denger bapak saya     ngobrol dalam bahasa karo, ada nadanya gitu.
-karena budayanya beda.

di blog-blog yang saya baca, debatnya bisa sampe seru gitu. haha. saya kira, debat agama aja yang gak berkesudahan.

ah, tapi mau karo bagian dari batak atau bukan, yang penting, hidup indonesia!

saya baru dua kali pulang ke kampungnya bapak. di sukajulu tempatnya, buat sampe sana, butuh perjuangan. ngelewatin brastagi, jalannya naik turun, tapi pemandangannya cakep banget. saya juga searching tentang lokasi wisata di tanah karo, whoo, ternyata banyak, mulai dari air terjun sampe gunung.

tahun depan semoga bisa backpacking ke sana.
mari belajar budaya orang tua sendiri.

mejuah-juah kita krina!

Comments