Skip to main content

Nomaden - Hari 32


Halo! Kali ini saya akan menceritakan pengalaman kerja dari Ubud. Beberapa hari sebelumnya, saya masih belum tahu apakah akan tetap di Canggu, atau pergi ke tempat lain. Canggu menyenangkan. Ramai, banyak pilihan makanan, dan dekat pantai. Tidak ada yang salah sebenarnya untuk tinggal sedikit lebih lama. Sempat terpikir untuk pindah ke Sanur atau ke Sidemen. Sisil menyarankan kenapa nggak Ubud. Tapi kemudian saya teringat pengalaman enam tahun yang lalu saat pergi bersama ibu dan kakak saya ke sana dan merasa biasa saja. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saya merasa perlu memberikan kesempatan yang kedua kepada diri saya untuk kembali ke sana. 

Pagi setelah Nyepi, hari Senin, saya bangun pagi-pagi sekali untuk packing. Perlu berangkat pagi dari sini supaya saya bisa siap bekerja jam sembilan pagi dari tempat yang baru. Saat packing, koper saya lebih penuh dan berat dari sebelumnya. Saya tepuk jidat. Ini gara-gara dua botol wine yang saya beli di Sababay. Pelajaran yang saya ambil untuk perjalanan selanjutnya, jangan membeli sesuatu yang akan memakan tempat dan menambah berat selama sisa perjalanan. Terlebih jika kamu memutuskan untuk pindah-pindah.

Coworking Outpost Penestanan

Siap packing, saya bergegas, pamit dengan Sisil yang sebenarnya akan menyusul malam harinya. Begitu keluar kamar, cuacanya cerah sekali dan udara terasa jauh lebih segar dari biasanya. Perjalanan satu jam dari Canggu ke Ubud juga terasa sangat menyenangkan, disuguhkan pemandangan yang cantik. Untuk dua malam, saya akan menginap di Outpost Penestanan. Yang rada berbeda dari kebanyakan penginapan lainnya, penginapan ini menyediakan coworking juga. Model penginapannya sangat kekinian, kamar dengan gaya industrial, kolam renang yang lumayan besar, dapur bersama yang modern, dan yang paling membuat saya impressed adalah coworking-nya. Sangat modern, tapi juga dengan pemandangan yang luar biasa. Tempat ini memang di-desain untuk para digital nomad.

Coliving Outpost Penestanan

Keesokan paginya, kami ke Campuhan Ridge Walk yang sangat dekat dari penginapan. Tempat ini adalah jalan setapak sepanjang satu kilometer, cukup naik turun, dan di sekitarnya masih sangat hijau dan asri. Enam tahun lalu, saya kesini bersama kakak saya, siang hari bolong, waktu itu tempat ini sangat ramai dan saya bertanya-tanya apa yang menarik dari tempat ini sampai menjadi sangat terkenal. Entah kenapa, pagi-pagi sekali kami datang ke tempat ini dan saya merasakan sensasi yang sebaliknya. Sekarang saya mengerti mengapa banyak orang datang ke tempat ini. 

Pemandangan di sekitar pintu masuk

Ada beberapa kemungkinan kenapa sensasinya bisa berbeda. Pertama, mungkin dulu saya datang terlalu siang. Kedua, saya berekspektasi terlalu tinggi karena melihat gambar-gambar yang ada di internet. Ketiga, masih terlalu congkak untuk mensyukuri hal-hal seperti ini, membandingkannya dengan pemandangan di gunung yang terasa jauh lebih indah. Kalau dipikir sekarang, ya jelas tidak bisa dibandingkan dong. Tidak apple to apple.

Campuhan Ridge Walk

Hari ketiga di Ubud, saya bergegas untuk pindah ke penginapan selanjutnya, Tebesaya Cottage. Berbeda dengan Outpost yang aura tempatnya memang untuk bekerja, di sini suasananya memang untuk liburan. Tempatnya sangat cantik, sayang saya tidak sempat mengambil gambar sama sekali. 

Persis di seberang tempat ini, ada tempat makan Warung Pondok Madu yang menyediakan makanan super enak. Malam pertama, saya makan tom yum yang luar biasa, kemudian malam kedua saya mencoba menu andalah mereka, pork ribs. Harganya terjangkau, tempatnya sangat cozy

Oh ya, Sisil membuat video selama kami di Outpost, linknya ada di sini. Di video ini, kamu bisa lihat pemandangan matahari tenggelam dari coworking space, benar-benar WFH (work from heverywhere), dan saya yang seperti atlet renang, tingkat RT. Hahaha. Sejauh ini, saya tidak menyesal untuk kembali ke Ubud. Kejutan apalagi selanjutnya?

Comments